salah besar

11.5K 720 21
                                    

Deeva

Anggap saja aku gila namun keputusan untuk mengakhiri hubungan dengan dia adalah sebuah keputusan yang sangat berefek buatku. Rasanya semua begitu beda tidak ada lagi senyum manisnya yang selalu menyambutku saat pagi menyambut, tidak ada lagi pelukan hangat yang menyambutku saat aku merasa kelelahan dan tidak ada lagi suara tawanya yang telah menjadi lagu pengantar tidurku. Ucapanku bahwa aku akan baik-baik saja saat mengakhiri hubungan ini hanyalah sebuah omong kosong belaka nyatanya aku tidak sanggup berpisah dengan dirinya. Jiwa ini telah terikat dengan dirinya dan raga ini telah terbiasa dengan sentuhannya. Rasanya sungguh menyiksa saat aku hanya mampu melihatnya namun tidak ada keberanian untuk bertegur sapa dengannya. Rasa rindu ini amat sangat menyiksa namun aku tidak tahu harus berbuat apa.

"Deev kamu kenapa?" tanya Dita saat kami sedang menikmati makan siang di kantin kampus

"Hmmm.." sahutku malas-malasan mengaduk makanan kesukaanku yang sama sekali tidak berhasil mnggugah seleraku seperti biasanya

"Deev kamu menganggap aku sebagai sahabat kamu kan?" tatapnya menyentuh tanganku

"Ha...aku ga apa-apa kok" senyumku padanya yang dibalas dengan gelengan olehnya

"Deev kamu tahu nggak aku sudah hafal mati dengan segala tingkah mu kapan kamu baik-baik saja dan kapan kamu lagi tidak baik-baik saja"

"Ta seriusan aku tidak apa-apa" ujarku untuk meyakinkannya

"Deev.." panggilnya pelan

"Iyya" sahutku menatapnya

"Kamu percaya kan sama aku?"

"Tentu saja aku sangat percaya sama kamu"

"Kalau begitu cerita deh apa yang membuatmu sampai tidak tertarik dengan makanan kesukaanmu" pandangannya mengarah kepada makananku yang sama sekali tidak berkurang

"Hufttt....entahlah Ta aku sendiri tidak tahu harus bagaimana menceritakannya" helaku megusap wajahku dengan kedua tanganku

"Hei...dengerin aku seberat apapun masalahmu itu aku akan selalu berada disampingmu" ujarnya seraya mendekatkan dirinya padaku merangkulku ke dalam pelukannya

"Aku sangat mencintainya Ta namun dia selalu meragukanku" lirihku menyandarkan kepalaku di bahunya mengingat pertengkaran yang seharusnya tidak perlu terjadi

"Deev mungkin aku tidak mengenal orang yang mampu membuatmu segalau ini namun aku yakin bukannya dia bermaksud untuk meragukanmu mungkin saja dia malah terlalu takut kehilangan dirimu" ucapnya mengelus lembut pundakku

"Tapi Ta akusudah berusaha sebisa mungkin untuk menuruti segala inginnya namun nyatanya dia tetap saja menuduhku yang bukan-bukan" ucapku sambil kembali ke posisi duduk

"Ya bisa saja caramu masih kurang tepat di mata dia" ucapnya sesekali menyeruput minumannya

"Ta jujur aku bingung di satu sisi aku senang dengan kecemburuannya dengan sikapnya yang terkadang terlalu over namun di sisi lain kadang aku merasa tidak nyaman dengan tingkahnya yang seperti itu" aku bersandar dikursi mengaitkan kedua tangan di belakang tengkukku

"Lagipula tidak ada gunanya lagi hubunganku dengannya telah berakhir" imbuhku

"Apa??? Kalian putus??" tanyanya melotot padaku terlihat terkejut dengan apa yang baru saja aku samapaikan padanya

"Iyya aku yang mengambil keputusan bodoh itu"

"Emang bodoh" ujarnya menyentil keningku

"Isshhh...kok di sentil sih sakit tau" proteku mengusap keningku yang baru saja di sentilnya tanpa belas kasih

Perempuan simpanan (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang