Still Perrie POV
Bodohnya aku. Sisa baterai ini kan dapat dimanfaatkan untuk mencari jalan pulang. Astaga.
Aku pun mulai menghidupkan GPS dan membuka maps di iPhone kesayanganku ini. Mengapa menjadi kesayangan? Karena ini adalah kado dari Zayn saat kami merayakan Anniversary pertama.
Berlebihan? Sedikit. But who cares about people sayin? Huh.
Tiba-tiba sinyal disini mulai tidak stabil. Sial. Aku juga lari tidak terlalu jauh tadi karena terlalu lelah.
Bagaimana ini?
Hembusan nafas di belakang leher mengagetkanku dan refleks membuat aku membuat tendangan dengan cepat kearah belakang.
"Whoa, calm kid!"
"Mom! What the hell happened here?!"
Keadaan di sekitarku tiba-tiba dipenuhi oleh sekelompok pria yang tidak kukenal.
"Bukankah sudah kubilang sebelumnya? Kau akan jadi milik mereka!"
"Kau gila!!"
"Oh yes, I am." Jalang itu menjawab dengan nada sarkastik dan membalikkan tubuhnya sambil menjentikkan jarinya. Seketika itu juga para pria tak kukenal mulai mengelilingiku.
Tidak, tidak.. Zayn.. Apa yang harus kulakukan?
Lari!
Aku langsung mengikuti kakiku yang mulai berlari menuju arah yang tak tentu. Tidak, aku tidak boleh dimiliki oleh bajingan-bajingan itu. Keparat.
Aku terus berlari sampai aku tiba di jembatan tinggi yang tidak ku kenal namanya. Sambil memegangi dada kiri ku yang terasa sesak, aku terus berlari sampai pada tengah jembatan ini. Sial!
Aku meremas dada kiri ku pelan. Sakit sekali rasanya. Sambil berpegangan di pinggir pembatas jembatan, aku melihat ke bawah.
Lalu aku terjun ke lautan yang damai itu.
***
Flashback offzoe POV
Waktu terasa cepat sekali berlalu. Saat aku membereskan semua berkas yang sudah aku kerjakan, tiba-tiba terdengar suara ketukan kencang di pintu.
"Masuklah!" Aku sedikit berteriak.
Pintu itu pun terbuka dan masuklah Dr. Stev, rekan dari Dr. Alveis yang merupakan dokter senior pula. Ia menaikkan sebelah alisnya saat melihatku.
"Mana Dr. Alveis?" Ia melongokkan kepalanya untuk melihat ke sekeliling ruangan.
"Hmm.. beliau sedang pergi. Katanya sedang ada urusan mendadak." Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
"Baiklah kalau begitu. Ms. Marrent, siapkah Anda untuk menerima pasien pertama?"
"Tentu saja, Dok!" Aku bersemangat sekali.
Ia pun segera mempersilahkan seorang wanita berpenampilan menarik dan segar meskipun kerutan di matanya tak dapat membohongi usianya.
"Ini Mrs. Trisha, silahkan kalian berkenalan lebih jauh. Saya pamit dulu." Dr. Stev pun meninggalkan kami.
Kemudian kulihat Mrs. Trisha menggandeng seorang lelaki. Dan lelaki itu adalah lelaki tampan yang menabrakku tadi pagi.
Hey!
Jadi.. ia seorang pengidap penyakit jiwa?...
KAMU SEDANG MEMBACA
stay [z.m.]
Fanfiction"Aku tak akan pernah membiarkanmu pergi." -z.m. "Too much hurts!" -z.m.