Setelah makan siang rupanya aku masih memiliki banyak waktu, aku tidak mengerti mengapa sih jadwalku harus loncat-loncat seperti itu? Mengapa tidak berdekatan saja sehingga aku tidak perlu menunggu. Hm, tetapi tidak seburuk itu juga sih karena dengan waktu kosong seperti ini aku bisa pergi ke perpustakaan yang sempat kulihat kemarin.
Jujur saja, aku telah penasaran dengan perpustakaan tersebut karena jika dilihat dari depan saja sudah terlihat menajubkan dan benar saja dugaanku. Baru saja aku melangkahkan kakiku beberapa langkah ke dalam perpustakaan aku sudah terkagum-kagum, perpustakaan ini lebih megah dibandingkan tampak luar dan juga terlihat lebih luas dibandingkan perpustakaan kota yang biasa aku datangi. Salah satu yang kusyukuri karena terdapat di dunia ini adalah perpustakaan.
Aku menelusuri perpustakaan dengan perlahan sambil mencari buku bacaan yang menurutku menarik. Namun langkahku terhenti saat melihat sosok yang tidak asing dimataku.
Bukan, bukan sosoknya yang menarik perhatianku. Akan tetapi buku yang sedang dibacanya. Aku sangat mengenali buku itu, buku dengan judul 'The North' yang penulisnya dirahasiakan. Jika dilihat dari judul, memang buku ini berceritakan tentang wilayah Utara yang tidak diketahui orang-orang.
Ibu memiliki buku ini, ah tidak aku salah, lebih tepatnya ayah yang memilikinya. Dulu, aku sering membaca buku tersebut diam-diam karena ibu tidak mengizinkanku untuk membacanya entah mengapa. Sudah kucari berkali-kali di perpustakaan kota pun hasilnya nihil, tidak ada. Akan tetapi, mendapati fakta bahwa buku tersebut terdapat di perpustakaan ini membuatku sangat senang.
"Kenapa menatapku seperti itu?"
Sial, pria itu mendapatiku yang sedang menatapnya. Hm, tidak tidak. Lebih tepatnya aku sedang menatap buku yang sedang dibaca olehnya.
"Maaf?"
Pria tersebut menurunkan bukunya dan memandangku. Ngomong-ngomong yang kusebut pria sejak tadi itu adalah Sean Maximillian. Aku tidak mungkin salah karena rambutnya yang putih itu.
"Oh, kau rupanya anak baru yang tadi," ucapnya tanpa ekspresi sama sekali, "Kau ada perlu denganku? Katakanlah."
Ugh, angkuh sekali pangeran yang satu ini.
"Tidak ada? Kalau begitu bisakah kau menyingkir dari sini? Aku tidak ingin terus ditatap seperti itu."
Dengan cepat aku segera menggelengkan kepalaku, "Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja aku tertarik dengan buku yang kau baca."
Sean menatapku dan buku yang ada ditangannya secara bergantian.
"Buku ini?"
Aku mengangguk, "Aku pernah membacanya namun belum selesai."
"Sungguh?"
"Ya, tentu saja. Kau tidak percaya?"
Dia hanya menatapku, apakah dia menungguku membuktikan bahwa aku benar-benar membaca buku itu?
"Buku itu, tentang wilayah Utara dan pengarangnya dirahasiakan."
Dia terdiam sebentar lalu berkata, "Ya, kau benar."
"Kukira kau hanya berasalan saja tentang membaca buku ini," lanjutnya.
Sean yang tadinya sedang bersandar pada rak buku menegakkan badannya dan menghampiriku.
"Buku ini membosankan, kau saja yang baca," katanya sambil memberikan buku itu padaku.
Aku menerimanya dengan tanganku dan saat aku ingin mengucapkan terima kasih, kulit kami tidak sengaja bersentuhan kemudian tiba-tiba saja aku terbawa ke tempat yang tidak kuketahui.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gorgeous Strega
FantasySebuah ramalan mengatakan akan ada keturunan Merlin yang berasal dari Kerajaan wilayah Utara dengan kekuatan yang sama seperti Welsh Myrdin, leluhur para penyihir. Dengan kekuatan itu, ia tidak terkalahkan dan ditakdirkan menjadi pemimpin Negeri Fil...