"Num ayo cepetan.."
"Iya bentar, susah ngikat talinya.." aku berlari dilorong asrama bersama hanum menuju kantor.
"Atas nama Aisyah Zahira kan? Ini paketnya."
"Iya mba rum, syukron mba. Kami balik ya mba.." ucapku sembari menuju asrama. Kami kembali melewati lorong asrama dan..
"Upps, maaf ya aku ngga liat. Tadi fokusnya kebuku saja,, maaf.." ucap marwah yang bertabrakan denganku. "Iya ndapapa, lorongnya juga kesempitan.. Kami duluan ya marwah.." sambil berlalu meninggalkannya.
••••••••••
"Apa itu hus?" tanyaku.
"Surat atau apaan hus?" tanya hanum kembali.
"Iya surat" wajahnya berubah agak sedih.
"Ada apa hus? Surat apa? Dari keluargamu?" tanyaku penasaran dengan kertas yang digenggamnya ditangan kanannya. Husna masih diam.
"Mana ainun? kalian berantem lagi?" hanum khawatir.
"Surat dari ummi humaira, ada santri baru nanti." jawabnya lirih.
"Lalu?"
,,
,,
"Antara aku atau ainun harus pindah dari sini.Ada yang ngaduin bahwa kita sering berantem. Sekarang ainun di kantor nemuin ummi huma." husna dengan mata berkaca, kulihat bola air hampir jatuh diujung matanya.
"Ngga hus, kita ngga bakal pisah.." hanum berlari keluar. Aku meraih tangan husna dan berlari dibelakang hanum. Kulihat dikantor ainun sedang bersikeras menantang ummi huma. Aku tertegun sejenak, kulihat husna sudah menitikkan bola airnya tadi. Kurangkul dia, dan kami masuk ke kantor.
"Tapi wajar kan mmi jika kami sering berantem? Ya pasti ada persoalan. Tapi biasanya cuman sebentar aja mmi. Tolong jangan diginiin.." hanum menenangkan ainun yang menitikkan airmata saat bicara. "Lihat mmi, apa kami punya rasa dendam satu sama lain...??? Ngga ada mmi, kami udah ngerti satu sama lain." hanum menjelaskan.
" Kalian sudah sering mengganggu santri lain karena selalu bertengkar, kebetulan ada santri baru yang masuk bulan ini. ummi lakukan ini untuk kebaikan kalian juga." jawab ummi huma.
"Kenapa ngga dia aja ditaroh di kamar lain? Kenapa mesti kami dipisahin?? Ngga adil ini tu ngga adil" amarah ainun meluap kembali. "Kenapa ummi menyatukan kami lalu dipisahin? Ummi... Kami sudah saling sayang umm, tolong jangan.." husna angkat bicara. "Itu sudah keputusan ummi, jika kalian tidak suka silahkan cari pesantren lain. Sekarang balik ke asrama kalian." nada ummi sudah naik, aku memberi isyarat kepada hanum agar membawa ainun pergi dari kantor."Percayalah, kita ngga bakalan pisah. Kita akan tetap disini berempat, [halaqoh] kita akan tetap sama, karena disini tempat kita makan, sharing, ketawa bareng, sedih bareng, kita sudah terbiasa bareng bareng.. Kalian jangan nangis dong..!" kucoba menenangkan sahabatku. Mereka memelukku erat, kurasakan bahuku yang basah, juga suara tangis yang sedikit ditahan. Perlahan kurenggangkan pelukanku dan melepaskannya. Kusapu air mata yang menitik di pipi merah hanum. Ya, mukanya menjadi merah saat menangis. "Siapa yang mengadukan ini sih? Aku penasaran. Ini semua karena kertas sial ini." husna merobek surat tadi. Tak kusangka husna bisa marah seperti itu, sambil menangis dia terus merobek dan menginjak injak surat tadi. Kuraih dia dan kuberi pelukan hangat sebagai penenang hati.
Malam menyapa, kami duduk tanpa menikmati makan malam di aula makan. Takkan berhenti mencari jalan keluar dari masalah ini. "Tok tok tok tok..." ada yang mengetuk, tak ingin rasanya membuka pintu itu. Masih ada rasa kesal jika harus melihat ummi humaira. Kuputar perlahan kunci kamar. "Yuuhuuu pesanan dataaang.." oalah.. Teh may ternyata. Dia membawakan makanan di nampan besar untuk kami. Kupersilahakn ia duduk dan kami mengelilinginya. Senyum kembali terukir, teh may memang baik. Kami makan semua yang ia hidangkan, kecuali..
"Kamu ngga makan nun? Teteh udah buatin lauk kesukaan kamu liat dehh, nanti dihabisin hanum hayoo.." teh may mencoba menggoda ainun yang duduk dikursi dengan sebuah pena ditangannya. "Sayang, sudahlah. Makan dulu atuh, nanti dipikirkan sama sama,, yaa.." sambil mengelus jilbab hitam ainun. "Ngga papa teh, ainun emang gitu. Kalo ada masalah dia suka nulis, nanti dia tenang kok." husna menjelaskan.Teh may mengangguk pelan. Husna benar, ainun sangat gemar menulis. Dia wanita pena dikamar ini. Jika tak ada kerjaan, maka pena dan tangannya akan bekerja. Dia lebih senang menulis surat untuk keluarganya dibandingkan via telepon. Ustadz juga sering minta tolong ainun untuk menulis kedepan saat pelajaran. Selain bagus, tulisannya juga rapi dan kata yang digunakannya sangat indah.
"Emang besok ya si santri itu datang?" tanya teh may.
"Entahlah, tapi tulisannya tadi bulan depan katanya. Kita lihat saja nanti gimana kita." jawab husna. Ya, kita lihat saja nanti.. Akan tetap mencoba untuk mencegahnya.••••••••••
[Halaqoh]: pertemuan
![](https://img.wattpad.com/cover/52200008-288-k190612.jpg)