Before story (1)

287 16 0
                                    


Pagi menjelang, cerita bermula saat membuka mata dan meghirup udara dipagi hari, rasanya sama saja seperti kemarin, hari ini, besok, atau pun 10 tahun yang akan mendatang.

Matahari terlihat normal dan biasa saja setiap harinya. Shareen membuka jendela yang di kamarnya, beharap cahaya masuk kedalam dunianya.

"sungguh membosankan hidup ini"

Terlintas di benak shareen. Ia menengok ke arah jam yang berada di dinding kamarnya yang menunjukan pukul 06.00 dan itu berarti dia harus bergegas pergi ke sekolah jika tidak ingin terlambat.

Shareen Isabelle Clayton atau shareen, begitulah orang-orang memanggilnya. Ia memang anak dari konglomerat dunia yang sangat kaya, Nattroy Clayton dan Sylon Clayton.

Ia adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Dia adalah pewaris dari perusahaan milik orang tuanya, tidak heran jika apapun yang dia minta selalu tekabulkan, sepatu mahal, baju branded, mobil mewah, semuanya tersedia dalam sekejap mata tapi, ini tidak menjamin ia hidup bahagia.

Dia merasa hidup ini selalu seperti itu dan seperti itu saja, tidak akan pernah berubah.

Shareen merupakan siswi yang sangat tomboy di sekolahnya. Ia sangat pandai bela diri terutama pada cabang tinju. Selain itu, dia juga memiliki kecerdasan yang lebih dari anak sebayanya.

Bahkan, ia bersekolah di London Petrolium International High School yang dimana sekolah itu adalah kumpulan para anak konglongmerat. Untuk masuk sini, uang saja tidak cukup, kecerdasan juga hal utama. Ia berhasil masuk dengan jerih payahnya sendiri, yaitu beasiswa.

Ia tidak mau menggantungkan dirinya pada orang tuanya yang kaya raya. Ia selalu tampil simple dan apa adanya serta tak berlebihan.

----

Menatap lurus dengan mata belum terbuka sempurna, Shareenn pun berjalan menyusuri lorong-lorong di rumahnya yang mewah itu, sudah 14 tahun ia tinggal dirumah ini tetapi ia masih saja kebingungan dengan lorong di rumahnya karena terlalu banyak dan semua terlihat sama.

Di sepanjang lorong itu, tidak ada satupun orang kecuali shareen. Ini sudah biasa terjadi karena setiap pulang sekolah, shareen melarang keras siapa pun masuk ke daerah di sekitar kamarnya. Ia tidak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk kedua orang tuanya yang sangat sibuk itu.

Rutinitas yang ia lakukan setiap harinya itu selalu sama. Ia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sampainya di kamar mandi, terlihat seragam sekolah "London Petrolium International High School" rapi tergantung di sebelah wastafel.

Air hangat mengucur otomatis dari bathtub-nya yang sungguh besar. Kamar mandi dengan interior bergaya klasik itu terlihat biasa saja dimatanya.

Setelah ia mandi, ia pun bergegas untuk pergi kesuatu tempat. Ia dihadapkan oleh pintu yang sangat besar bhak gerbang surga nan indah. Ini merupakan pintu perbatasan areal kamarnya. Baru satu langkah keluar dari areal kamarnya, hiruk-pikuk aktifitas pelayannya sudah terlihat.

Memang areal di luar kamar Shareen sangat ramai di pagi hari. Mereka semua pekerja dengan rajin dan keras meski begitu, pelayan-pelayan di sini bekerja dengan hati yang sangat senang dengan semua kebersamaan mereka. Mereka sudah seperti keluarga.

Sembari berjalan dengan santai perlahan, Shareen berkata,

"Selamat pagi semua! Hari yang indah untuk kalian semua", sambil tetap dengan muka tanpa ekspresinya itu.

Sontak perkatannya itu membuat para pelayannya menyadari kehadirannya. Para pelayannya pun berbaris rapi mengiringi jalan yang sangat luas itu bagai prajurit dan memberikan hormat mereka kepada Shareen. Semua pelayan memberikan pelayanan terbaiknya untuk Shareen di sepanjang langkah kaki Shareen.

The WallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang