1

2.8K 162 9
                                    

*Kinal POV*

"Kamu nggak apa-apa kan? semangat buat latihan har ini..."

"Hhhhhhh..." Satu helaan nafas baru saja membuang sedikit rasa gugup dan ketakutan yang sedaritadi menyelimuti. Sebuah chat darinya sedikit memberi energi pada kedua tangan ini untuk melepaskan seatbelt yang menahan tubuh pada kursi kemudi, kemudian melihat jam pada pergelangan tangan. Syukurlah, masih ada waktu tigapuluh menit sebelum latihan dimulai.

Satu tarikan nafas lagi kemudian ku hembuskan secara perlahan, setelah memastikan tidak ada yang tertinggal aku membuka knop pintu mobil dan menyalakan alarm, berjalan memasuki ruang lobby mall dimana semua akan dimulai dari awal. Masih terngiang rasanya bagaimana saat konser itu semuanya memeluk tubuhku begitu erat saat namaku disebut untuk menggantikan posisi seorang Shinta Naomi sebagai kapten dalam timnya.

Semua begitu mendadak, bahkan tidak ada yang menyangka skenario ini dibuat dengan amat rapi. Bukan hanya aku, Haruka dan Naomi bahkan berada dalam tim yang berbeda, suatu hal yang tidak bisa dihindari ketika ini semua adalah rencana dan strategi yang sudah disiapkan oleh management.

Pada hari ini aku akan latihan menghafalkan koreografi sendiri, dibantu dengan satu sensei sebagai pembimbing untuk ketertinggalanku dalam koreo dan juga penghafalan setlist yang akan dibawakan oleh tim K3 sendiri, Saishuu bell ga naru yang akan dimulai pada satu agustus mendatang. Tepat pada saat masa aktifku menjabat sebagai leader bagi tim mereka.

Waktu yang sikat, persiapan yang kurang, ketersediaan waktu yang tidak memungkinkan, kesehatan, konsentrasi dan jadwal kuliah menjadi penghambat paling utama. Mungkin akan lebih mudah jika latihan ini dilakukan bersama-sama, setidaknya aku bisa menerawang penempatan blockingan dan celah-celah yang bisa dilewati saat pergantian formasi saat lagu diputar.

*****

Latihan baru saja usai, setelah berpamitan dan menyegarkan diri sejenak membasuh wajah pada washtuffle akhirnya aku menemui seseorang yang sudah menungguku limabelas menit yang lalu disalah satu restoran dua lantai dibawah. Seseorang yang semenjak pengumuman kepindahanku pada tim tercinta itu begitu merasa kehilangan, sahabat terdekat yang bahkan hingga detik ini masih mencoba menegarkan dirinya dihadapanku.

Tangannya melambai keudara ketika kedua bola mata ini mencari-cari sosoknya, ia tersenyum kecil sambil memberi kode untukku menghampirinya. Ia memberikan handuk kecil berwarna putih saat tubuhku baru saja mendarat dengan sempurna pada kursi dihadapannya.

"Kemarin ketinggalan, gimana hari ini?"

"Yah, capek... tapi seru kok hehe... besok akhirnya latihan bareng sama yang lain," Aku mengusap peluh yang tak henti membasahi wajah dan keningku. Ia menyeruput ocha dingin miliknya yang sudah tersisa setengah.

"Kamu yakin gak ada masalah Nal?" Aku menggeleng kemudian membolak-balik daftar menu yang baru saja diberikan oleh seorang pelayan. Setelah latihan yang cukup menguras tenaga memang sepertinya semua harus dikembalikan dalam porsi makan yang cukup. Pesanan sudah dicatat dan sang pelayan sudah pergi untuk melaksanakan tugasnya, perempuan dihadapanku ini masih saja menopang dagu dengan wajah yang gelisah, tidak menatapku, memalingkan wajahnya pada kerumunan orang-orang yang sedang bercenkrama sambil menyantap makanan mereka.

"Ve... Aku nggak masalah, ya itu semua kan udah diatur, mau gak mau aku turutin dong? Harus bersikap perofessional, namanya juga kerja."

"Ya tapi..."

"Ve bukan lagi cewek pemalu kan? aku rasa kamu udah nggak perlu sembunyi lagi dibalik punggung, center senbatsu, itu semua cukup ngebuktiin semua orang sayang kamu..." Ia menghela nafasnya dengan kasar, mulai memainkan sedotan yang terdapat pada gelasnya yang berisi ocha, mengaduknya secara pelan, "Kamu udah harus buktiin kalo kamu bisa Ve, percaya deh, aku terus merhatiin kamu kok, bukan berarti kita beda tim kita jauh, aku juga mau berusaha buat bisa deket terus sama kamu."

If Something Feels Good, It Can't Be Bad, Right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang