*Previous*
Aku menatap mereka semua. Diantaranya, Sinka kembali menjadi sorotan utamaku. Jujur saja ketakutanku hari ini lebih besar padanya, kita hanya berbeda beberapa langkah, ia terlihat sedang menuangkan air mineral pada gelas miliknya.
Langkahku entah semenjak kapan berani melangkah menuju kedekatnya. Ia yang menyadari seolah mundur mencoba menghindariku dengan gelas berisi air yang sudah ia genggam. Matanya menatap padaku dengan wajah tak suka, tubuhnya perlahan berjalan mundur hingga membentur dinding, ia membuang muka, aku bisa melihat bagaimana ia mengeratkan genggaman tangannya pada gelas yang sedang ia pegang.
"M-mau apa!" Suaranya meninggi, semakin aku mendekat, semakin kedua bola mata itu membulat. Aku tidak tahu persis mengapa Sinka begitu menganggapku sebagai sesuatu hal yang menakutkan baginya.
*****
"Gue nggak ngerti Sin, kenapa loe terus-terusan menghindar dari gue." Sinka menunduk, melihatnya seperti ini semakin membuatku merasa bersalah. Beberapa member-pun mulai memperhatikanku dengan Sinka yang masih terpojok, "Tapi gue mohon, shonichi kali ini, atau setiap kali perform, gue minta loe professional. Loe tau kan? Blockingan kita dipaksa deket di beberapa lagu, jadi... gue mohon, di depan semua fans, loe bisa bersikap professional."
"Jangan sok ngatur kak," Jawaban itulah yang kudapat darinya sebelum tubuhnya memaksa menerobos pertahanan tubuhku dihadapannya. Rahangku mengatup keras, satu kata singkat namun cukup bisa menggoreskan sayatan luka dalam hati.
*Sinka POV*
Apa maksudnya? Professional? Mendekatiku dengan cara seperti itu membuatku kesal, bahkan setiap ucapan dari mulutnya itu membuatku ingin menutup kedua telinga dan sebisa mungkin pergi menjauhinya.
Melihat bagaimana cara ia membaur dengan yang lain, terasa sangat menjengkelkan, aku membencinya.
"Percik impian yang bersinar di langit harapan! JKT48 tim K!K!K! Hoy!!!!"
Seiring dengan tangan yang sama-sama terangkat keatas akhirnya overture dimainkan. Tidak hanya aku yang merasakan degupan keras jantung sesaat sebelum satu persatu dari kami memasuki stage dengan gemerlap dari lightning yang dimainkan, tatapanku tertuju pada suara riuh penonton yang memadati ruang theater ini dengan teriakan chant mereka yang khas.
Tepuk tangan riuh terdengar, opening song, mammoth dimainkan. Ratusan pasang sorot mata itu menatap lurus pada pertunjukan yang sedang kami bawakan, beberapa dari mereka meneriakan nama kami sambil mengayun lightstick berwarna-warni itu keudara. Sesuatu yang aku rindukan setelah satu bulan lebih itu kami semua tidak merasakan euforia seperti ini.
Energic! Satu kata yang cocok untuk menggambarkan setlist ini secara keseluruhan. Bahkan baru beberapa lagu di awal sudah membuat tenaga terkuras lumayan cukup banyak, mammoth dan saishuu bell ga naru hanya segelintir lagu yang cukup menguras tenaga di awal setlist.
Masuk pada lagu ketiga membuatku sedikit tidak tenang. Di lagu ini bockinganku dengan seseorang yang baru saja merusak mood di backstage itu terpaksa harus berdekatan dan ada beberapa improvisasi yang harus dilakukan dalam lagu ini di awal. Saat bagian lirik yang dibawakan olehnya, ia menarik tubuhku, memasang wajah ceria merangkul sambil mencubit pipiku dan itu sangat risih. Terpaksa, karena aku tidak mungkin menghindarinya disaat pertunjukan sedang berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Something Feels Good, It Can't Be Bad, Right?
FanfictionNihil! Sama sekali tidak ada kemajuan! Entah ini hanya perasaanku saja atau memang mereka semua menyembunyikannya dariku? Dari beberapa member yang sudah ku tanya, mereka semua menghindar, bukan hanya itu, bahkan mereka seolah tidak ingin membahas m...