7

1.9K 157 33
                                    

*Previous*


Semua member terkesiap melihat kedatangan sang kapten dan Sinka yang berada dibelakangnya. Bagaimana bisa? Bukankah...

Semuanya menggeleng, berdecak keheranan ketika tubuh Sinka mendahului Kinal untuk berjalan menuju tempat Ikha, Nat, dan yang lain berkumpul. Dan mereka yang juga yang sedang menatap penuh tanya pada Sinka.

Bukan hanya Sinka yang mendapatkan tatapan yang seperti itu, setelah Sinka duduk diantara Ikha dan Nat, Ikha menatap lurus pada Kinal yang mengernyit heran padanya. Kinal mengangkat bahu, tidak peduli dengan tatapan mereka lalu meraih handuk yang ada dalam tas.

"Yuk! Latihan yuk!"


*****


*Sinka POV*


BRUKKK!!!

"Sin? Sinka loe gapapa?" Kesadaranku kembali ketika Ikha menepuk pipiku berulang-ulang. Entah mengapa akhir-akhir ini tubuhku sering drop dan ini yang terparah. Sensei tidak membiarkanku untuk mengikuti latihan dan hanya bersandar pada dinding ruangan.

"Kha, maaf ngerepotin," Aku bisa melihat wajah Ikha yang lega itu. Kemudian memberiku sebotol air mineral dan mengusap keringat dingin yang menumpuk pada seluruh wajahku.

"Gapapa, udah bisa ditinggal kan? Mau balik latihan, nggak enak sama sensei. Banyak gerakan yang belum hafal juga sih," Aku mengangguk, setelah Ikha kembali menuju tengah ruangan dan ikut latihan, aku hanya memejamkan mata sambil menyandarkan kepalaku pada dinding untuk menghilangkan rasa pusing yang terus menyerang.

Selebihnya?

Aku mulai merasa baikan, memandangi seseorang dari sini. Seseorang yang energik dan senang membuat ruang latihan menjadi riuh ramai karena tingkahnya yang jahil itu. Baru saja Yupi yang menjadi korban dan ia sedang membujuk Yupi untuk bisa memaafkannya.


[....]


"Yo, Thanks ya semuanya! Kalian langsung pulang, hati-hati dijalan."

Latihan baru saja usai dan Cici sama sekali tidak bisa dihubungi. Mungkin sudah tertidur karena seharian ini sudah banyak menghabiskan waktu bersama orang yang sedang tersenyum getir berjalan menghampiriku. Ia berjongkok dengan rambutnya yang lepek itu memandangku yang masih bersandar pada dinding, pusing sekali hanya untuk menegakan tubuh dan berdiri.

"Biar gue anter pulang."

"Nggak usah, aku nunggu cici aja."

"Sinka, kak Kinal, duluan ya!" Sisil, Della dan Saktia adalah member terakhir yang pamit pulang dan hanya dijawab senyuman dengan lambaian olehnya pada mereka.

"Tadi gue udah izin sama Naomi buat anter loe pulang. Pas loe pingsan tadi gue udah hubungin dia. Bisa berdiri?" Aku mengangguk ragu kemudian mencoba untuk bangun. Belum saja kaki ini melangkah, tubuhku tumbang dan bertumpu pada dinding. Ia berdecak mungkin kesal lalu merebut tas yang sedang kudekap begitu saja, kemudian memposisikan dirinya berjongkok dihadapanku.

"Aku bisa jalan sendiri kak,"

"Jangan egois deh, udah jelas tadi loe jalan aja nubruk tembok. Kalo gak ada tembok gimana? Cepet naik."

If Something Feels Good, It Can't Be Bad, Right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang