5

1.6K 159 26
                                    

*Previous*


"Masih nggak mau cerita sama cici soal masalah kamu sama Kinal?"

"Udah deh Ci, aku udah mau nurutin kemauan cici buat ikut pergi. Jadi pergi atau nggak?"

"Sin..."


TID!!


"Udah deh, udah ditungguin!" Sinka menarik tangan Naomi untuk segera menghampiri Kinal yang sudah berada diluar gerbang, Naomi berniat manyuruh Sinka agar menemani Kinal disamping kemudi, namun sialnya Sinka lebih dahulu meraih knop belakang mobil dan mendaratkan tubuhnya pada jok belakang. Naomi mengalah, ia membuka knop pintu samping kemudi disambut dengan lengkungan senyum Kinal yang ia lemparkan padanya. Setelah memasang seatbelt Kinal menoleh sejenak pada Sinka dan Naomi,

"Udah? Berangkat sekarang ya..."


*****


Sesuai dugaan Sinka, ia hanya akan menjadi nyamuk bagi Kinal dan Naomi. Berjalan sedikit memberi jarak dibelakang mereka yang sibuk mengobrol.

Memang awalnya mereka hendak menonton, namun mengingat masih ada waktu satu jam sebelum film diputar, Naomi menyarankan untuk makan terlebih dahulu saat mendengar suara perut Kinal yang terdengar samar bergemuruh.

"Mau makan apa Sin?" Naomi menoleh kebelakang, Sinka tampak menunduk memperhatikan kaki mereka yang berada di depannya terhenti mendadak. Membuatnya ikut berhenti melangkah dan mendongak menatap sang kakak lurus.

"Terserah." Naomi mengangkat bahu, kembali berbalik dan merangkul lengan Kinal agar berjalan lebih cepat. Sinka semakin tertinggal jauh, kedua matanya melihat dengan jelas apa yang ada dihadapannya.

Seseorang yang selama ini ia benci, justru mendekati sang kakak. Sinka tidak mengerti, jelas-jelas ia membencinya demi sang kakak, kedua tangannya mengepal erat sambil terus mempercepat langkahnya, menyeimbangi tubuh Kinal dan Naomi yang semakin menjauh.

Mereka tiba di salah satu restoran, pesanan sudah dibuat dan lagi-lagi orang yang berada dihadapannya ini membuat Sinka tidak ingin memandang kedepan. Naomi membiarkan Kinal untuk duduk berhadapan dengan Sinka, sengaja... ia sedikit merasa heran mengapa sang adik ini begitu membenci orang yang ada di hadapannya.

Sinka terus menduduk, menatap lurus pada layar handphone sementara Kinal mencoba memecah kesunyian dengan mengajak Naomi untuk mengobrol ringan. Kinal memang sudah tidak ingin mengambil pusing, ia sudah sedikit acuh dengan sikap Sinka yang tidak menyukainya. Jika memang Naomi membawa Sinka pergi bersama mereka hari ini, Kinal sudah tidak mempermasalahkan lagi dan lebih terlihat mengabaikan Sinka dan fokus pada Naomi.

Pesanan baru saja datang dan mereka bertiga menyantap hidangan masing-masing dengan lahap. Terlebih Kinal, ia makan dengan terburu-buru hingga sisi mulutnya itu tertinggal noda. Merasa risih, Sinka terus menerus memperhatikan sudut bibir Kinal yang sibuk mengunyah, namun ketika Kinal sadar diperhatikan, Sinka kembali membuang muka dan menunduk fokus pada makanannya.

Merasa memahami suatu hal, Naomi mengambil tissue dan segera menghapus noda makanan itu dari sudut bibirnya. Kinal sedikit terkejut dengan perlakuan Naomi hingga mengambil alih tissue yang dipegang Naomi itu olehnya.

"Makan tuh ya pelan-pelan Nal,"

"Sorry Bun, laper hehehe..."


If Something Feels Good, It Can't Be Bad, Right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang