MEMORIES

39 4 2
                                    

"Memang titiknya tak terlalu memperlihatkan detail keberadaan objek, tapi ini cukup untuk menjadi petunjuk..., mereka ada di salah satu pulau di kepulauan seribu...," ucap letnan satu Ririn yang menjadi operator IT yang memaparkan jejak sinyal pelacak pada Rain. Kini di dalam ruang khusus itu hanya ada Jendral Rizal dan Jendral Demian yang menemani kami. LJ terus saja berdiri dengan melipat dada dan mengetuk lantai dengan sepatunya, terlihat sangat tak sabar. Aku sendiri hanya terus menatap bintik merah di layar monitor besar di depan kami. Rain di bawa cukup jauh.

"apa ini sudah akurat?," Tanya Demian penasaran, aku menghela nafas kecil. Aku hanya membawa alat pelacak sederhana saat itu, jadi tak akan seakurat jika memakai alat pelacak yang lebih canggih.

"kita hanya tahu di daerah mana objek disandera, tapi tak akan mendapatkan titik tepatnya dilantai mana dan ruang mana dari gedung...," ucap let.Ririn dengan tatapan serius, Jend. Rizal mengangguk kecil, dia kemudian menatap LJ

"aku yakin kau bisa menemukannya dan mengambilnya kembali, aku akan meminjami prajuritku...," ucap Jend.Rizal seraya mengetuk jam tangannya, memunculkan layar hologram dan mengirimkan perintahnya pada seseorang. Demian hanya berdeham kecil, merasa tak dilibatkan kembali, namun ia terlihat tenang kali ini dan aku cukup curiga dengan sikapnya itu.

.

.

.

"ini hebat..., tapi dimana ingatan selanjutnya? hasil cetakan dan kilasan video dari ingatannya hanya memperlihatkan setengah dari penelitian itu!!," bentak Edy pada kepala staf di lab khusus itu. ia menghampiri Edy yang masih tertunduk lemas di dekat meja yang telah ia kacaukan. Foto-foto catatan penelitian dari ingatan Rain berserakan di lantai.

"kita sudah menelusuri seluruh ingatannya tuan..., sedetail apapun itu, hanya ini yang kita temukan..., penelitian dr.Marwan tak pernah berhasil sejak awal...," ucap kepala staf itu.

"ULANGI PROSEDUR!, telusuri kembali dan dapatkan bagian yang hilang!, aku yakin Marwan sudah menyelesaikannya, ia sendiri yang mengatakan padaku!," bentak Edy tak ingin menyerah. Kepala staf itu menggeleng pelan.

"tak bisa tuan..., objek tak akan bertahan lebih lama jika kita mengulangi prosedur," ucap nya mengingatkan Edy membuat pria itu mengerutkan dahi. ia segera beranjak keluar ruangan dan memasuki ruang tempat Rain di sekap.

"bagaimana keadaannya?," Tanya Edy dengan suara dingin

"saat ini tanda vitalnya masih stabil, dia tak sadarkan diri...," setelah mendapatkan jawabannya, Edy segera memasuki ruang kecil berdinding kaca yang ada di tengah-tengah lab itu. Rain meringkuk di lantai dengan baju putih tipis, memperlihatkan alat pembaca pikiran yang terpasang di tubuhnya. Dengan perlahan Edy menepuk pipi Rain, ada jejak darah yang keluar dari hidungnya, dan bulu matanya masih basah karena terus menangis kesakitan. Saat Edy masih terdiam Rain mulai sadar , mengerjapkan matanya dan menatap Edy dengan pandangan tajam.

"kau...nh...," dengan suara serak nyaris tak terdengar Rain berusaha mengucapkan sesuatu.

"dimana yang setengah lagi?, penelitian Marwan yang ada dalam ingatanmu hanya sebagiannya dan dimana yang lain!, bagaimana caranya kau menyembunyikannya di dalam otakmu!," geram Edy seraya mencengkram wajah Rain yang meringgis pelan, namun selanjutnya Rain mulai tertawa, kecil, namun Edy tau ia sedang di ejek.

"kau..., nh..., tak memper...timbangkan..., yang masih berupa ide?," dan Rain kembali tertawa seraya terbatuk-batuk kecil, beberapa kali meringgis merasakan tenggorokannya yang sakit karena terus berteriak sepanjang malam. Edy terdiam menyadarinya, menatap Rain yang berusaha menarik nafas dalam seraya tersenyum padanya. Edy bisa menyimpulkan semua walau Rain tak menjelaskan, penelitian dr.Marwan belum selesai..., dan akan selesai saat Rain menuangkan ide pikirannya untuk menyempurnakan bagian akhir yang hilang dari penelitian itu. Dengan wajah menengadah Edy menghela nafas berat, berusaha menenangkan dirinya.

VAMPIRE LAIR Human EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang