AMBUSHED

35 3 0
                                    

"Darn it!," bisik Jessica cukup panik, mereka dalam keadaan gawat saat para vampire mulai berjalan mendekat, Jessica dan LJ kini dalam posisi saling memunggungi dengan Rain berada di antara mereka. Ada sekitar 12an vampire yang mengelilingi mereka dan itu artinya ia harus membasmi setengahnya. Dengan segera ia membayangkan aksi yang ia lakukan, bola matanya yang kini bersinar merah bergerak cepat, mengantisipasi setiap vampire di hadapannya. Saat salah satu vampire tiba-tiba melesat, Jessica segera menembaki pria itu, tapi hanya terlihat bayangan yang berpindah haluan membuat Jessica segera menarik ikat pinggangnya yang langsung menegang menjadi sebuah pedang pendek. Rain terpana melihatnya, dan tak menyadari saat LJ telah mengaitnya dengan sesuatu.

"potong saat kau berayun ke dalam," ucap LJ singkat seraya menyodorkan sebuah pisau kecil ke dalam genggaman tangan Rain. menyadari apa yang akan terjadi Rain melotot dengan nafas tertahan, sangat cepat saat LJ telah melemparnya ke bawah dari silider pusat mall yang roofless. Suara teriakan Rain sama sekali tak mengganggu LJ yang berusaha menahan serangan cepat ke arahnya. Kaitan tali tipis pada pinggang LJ menegang dan menghentaknya sesaat, namun LJ masih dalam posisi bertahan selama beban Rain masih bisa ia rasakan, ia tahu Rain sedang berusaha mengayun dirinya dari gerakan dan beban yang dirasakan LJ.

Ding!

Pintu lift terbuka membuat perhatian LJ dan Jessica teralih, sesosok vampire melesat cepat dan tanpa ragu melompat ke bawah sambil meraih tali yang sama dengan yang digunakan Rain. LJ yang tak sempat mempersiapkan diri ikut terseret hingga ia tertahan pagar pembatas lantai itu.

"Shit!," desis LJ marah, dua vampire yang menyerangnya yang terpojong di sisi pagar pembatas segera ia tebas dengan pedang lasernya, tak menunggu serangan balasan, LJ segera ikut menjatuhkan diri ke bawah, menembak kait pengaman lainhingga ia sukses melesat dan berayun ke 3 lantai lebih rendah. LJ melihat pria pirang bertubuh tinggi yang saat itu akan meraih Rain, dengan cepat ia menerjang pria militer itu. hanya saja pria itu bisa merasakan keberadaan LJ dan dengan mudah mengelak, mengabaikan LJ dan kembali mengejar Rain yang saat itu sudah memasuki lift.

"Demian!!," maki LJ yang kali ini melompat tepat ke punggung pria itu, dengan segera menjatuhkan dirinya hingga tubuh besar Demian ikut tertarik belakang. LJ segera menerjang tubuh Demian dengan kekuatan kakinya yang saat itu bertumpu pada pinggang Demian, membuat Jendral itu terlempar hingga membentur pagar pembatas lantai. LJ sempat menatap Rain yang terlihat pucat hingga pintu lift tertutup. LJ memastikan kemana Rain akan berhenti kemudian kembali fokus pada Demian yang dengan santainya berjongkok diatas pagar, menatap LJ dengan wajah dingin.

"kau cepat juga..., ternyata Rizal tak sembarangan menyewa orang," ucapnya sambil kemudian menyeringai lebar.

"tapi kita harus cepat menyelesaikan ini LJ, prajurit yang kubawa bukan prajurit yang terlatih untuk menahan diri terhadap manusia, mereka bahkan menghisap kering dari vampire..., hehe...," ucap Demian tenang seraya memperlihatkan matanya yang berkilat hitam. LJ menggeretakkan giginya, kemudian melesat menyerang Demian. Pedang keduanya bertabrakan dengan kekuatan besar namun tak ada yang mengalah. LJ menarik diri saat Demian ikut mundur, kemudian kembali saling menyerang dengan kecepatan tinggi hingga hanya terlihat kelebat-kelebatan hitam.

.

.

.

Rain terus mengetik sesuatu pada gadgetnya dengan tangan gemetar. Ia sedang dalam kepungan puluhan vampire saat ini, tak tahu apa mereka teman atau musuh.

"Rain..., kau ada di lantai berapa?!," suara samar itu terdengar khawatir, belum sempat menjawab, Rain segera menatap pintu lift yang telah terbuka dan mendapati segerombolan vampire bertubuh besar berjaga tak jauh darinya.

"oh..., oh..., lihat lah manusia kecil kita. Kenapa kau bisa tersesat disini nak?, bukankah jendral sedang menjemputmu?," sapa salah seorang dari mereka, Rain segera berpikir dan dengan sigap ia kembali menekan tombol di lift agar pintunya bisa segera tertutup. Hanya saja pria itu lebih cepat, melesat masuk dan mencengkram leher Rain dengan kuat membuat Rain tak bisa bernafas sama sekali.

"hm..., aku tak pernah mencium aroma manis seperti ini..., kurasa mencicipi sedikit tak akan masalah bukan?," desis pria itu seraya mulai mengeluarkan taring panjangnya, teman-temannya yang lain berdesis-desis seraya menjilati bibir, terlihat tertarik ikut mencicipi darah manusia.

"unh...,ak...akhh!!," teriak Rain saat lehernya terkoyak gigi tajam vampire itu, menghisapnya dengan rakus membuat Rain sesaat kehilangan fokusnya. Tapi tak lama kemudian vampire itu segera melapaskan cengkraman tangannya dan mundur seraya terbatuk, memuntahkan kembali darah yang ia nikmati sesaat tadi.

"AP...APA YANG KAU LAKUKAN?!!," geram pria itu seraya mencoba kembali meraih Rain, namun dengan cepat Rain menyemprotkan ekstrak bawang putihnya tepat di wajah sang vampire, membuat pria itu berteriak keras, terhuyung mengusap matanya hingga ia terjepit pintu lift yang akan menutup. Melihat vampire yang lain akan bergerak mendekat, sekuat tenaga Rain menerjang tubuh pria itu dengan kakinya hingga pintu bisa tertutup sempurna, meninggalkan teriakan yang perlahan menggema semakin jauh. Rain terduduk lemas di dalam lift, darahnya terus mengalir keluar membuat ia pusing, dengan segera ia meraih handuk dalam ranselnya, menutup luka lebarnya.

"ssh...,"desisnya tanpa berhenti mencari sesuatu di dalam tasnya. Hingga kemudian ia tak menemukan apa yang ia cari, Rain berdecak kesal. Ia gegabah, kehabisan obat anti perubahan saat ia sedang membutuhkan. Perlahan Rain bangkit, keluar dari lift yang pintunya telah terbuka dari awal. Di lantai dasar tak terlihat seorangpun, membuat Rain sedikit lega. Rain kemudian kembali berbalik melihat keadaan di dalam lift yang penuh darah berceceran. Ia butuh menghilangkan jejak, maka ia segera menumpahkan ekstrak bawang putihnya menyamarkan bau darahnya. Ia juga menyemprotkannya di udara di sekitar. Rain berjalan menjauh hingga menemukan kamar kecil, kemudian memasuki salah satu bilik dan duduk dengan lega.

"a... aku di lantai dasar, toilet..., butuh serum atau apapun itu karena aku tergigit...," ucap Rain serak saat ia kembali menghubungi seseorang.

"aku akan kesana...," singkat jawaban itu membuat Rain menghirup nafas dalam, tangannya terus bergetar menahan handuk di lehernya yang semakin perih. Pandangannya kembali tak fokus saat nyeri menusuk terasa di kepalanya, Rain kembali mimisan. Sadar ia mungkin tak bisa bertahan lebih lama, Rain kembali meraih gadgetnya, melanjutkan apapun yang sedang ia tulis, berusaha fokus diantara genangan air mata karena menahan sakit. hingga perlahan matanya terlalu lelah untuk terbuka. Gadgetnya jatuh begitu saja saat ia mulai kehilangan kesadaran, bersandar lemas pada bilik toilet. Sesaat sebelum seluruhnya gelap dan membisu, Rain bisa mendengar seseorang memanggil-manggilnya. Tapi Rain harus menyerah untuk sadar...





VAMPIRE LAIR Human EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang