Kembali

76 6 0
                                    

"Ghina, bertahan! Apa kau tidak apa-apa?" kata satu suara, tidak tahu milik siapa suara itu.

Ghina dapat membuka sedikit matanya dan tersenyum tipis. Ia dapat melihat sosok yang menolongnya itu dan rasanya ia sudah pernah melihatnya sebelum ini. Seorang lelaki berbadan kurus dan tinggi.

Dengan setengah sadar, Ghina menyaksikan lelaki itu mendekati makhluk biru di pojok ruangan. Makhluk biru itu tampak ketakutan, tetapi berusaha melawan.

"Seharusnya kau tidak menganggu anak-anak tidak bersalah seperti mereka! Kau sudah seharusnya tetap terkunci dalam ruangan itu, dan dimensi mu saja! Dasar makhluk bengis!" teriak lelaki itu sembari terus mendorong dan membalas tinju si makhluk biru.

"Kau lah yang ceroboh! Kau seharusnya menjaga pintuku lebih baik, dasar bodoh!" kata si makhluk biru, tak mau kalah.

Ghina tak berani ikut campur dalam pertarungan itu. Ia hanya terdiam di pojok ruangan. Namun, ia merasa kesal. Ia merasa dirinya pengecut karena tidak berani menolong lelaki yang telah menyelamatkannya tadi.

"Ghina! Ghina!" panggil lelaki itu keras.

Dengan cepat Ghina menoleh dan menjawab panggilan lelaki itu.

"Buka pintu nomor 356! Yang di sana! Aku mohon sekarang!" lelaki itu tidak cukup kuat untuk terus bertahan melawan si makhluk biru.

Tanpa basa-basi Ghina berlari menuju pintu tersebut dan berusaha menbukanya. Ia tidak bisa membukanya.

"Jangan takut Ghina! Pintu itu sangat kuat dan hanya kau yang bisa membukanya saat ini. HILANGKAN RASA TAKUTMU DAN TAKLUKKAN PINTU ITU," teriak lelaki itu kemudian ia terjatuh.

Ghina mengumpulkan seluruh keberaniannya. Mengingat seluruh keberanian yang pernah ia lakukan. Ia ingat sesuatu. Lelaki itu adalah lelaki yang ada di mimpinya, lelaki yang hampir mati kehausan. Ghina sangat ketakutan saat itu tetapi ia memberanikan diri menghampiri lelaki itu.

Pintu itu terbuka.
Aura yang mengerikan menyeruak keluar dari pintu itu. Si lelaki sudah berhasil mengunci pergerakkan makhluk biru itu dan ia terus mendorongnya mendekati pintu. Ghina tidak mau hanya berdiam diri, ia pun menolong lelaki itu mendorong makhluk biru masuk kembali ke tempat asalnya. Ghina tercakar dan ia berdarah. Ia tidak peduli. Ia terus mendorong sekuat tenaga.

Makhluk biru itu meraung kencang ketika ia sudah berhasil terdorong masuk. Dengan segera, Ghina menutup pintu itu dan mendengar kata-kata terakhir si makhkuk biru.

"Aku akan keluar lagi suatu saat nanti!"
Dan setelah itu, semuanya kembali senyap.

Locked RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang