Part 9

438 14 0
                                    

Sabrina dan Julian sedang berada di ruang baca yg digunakan Julian juga sebagai ruang kerjanya di rumah. Sabrina duduk di salah satu kursi dan Julian duduk di hadapannya.

" Ma,, ada apa dengan Jamie ? Aku tak pernah melihatnya mabuk seperti itu, apakah ini ada hubungannya dengan rencanaku untuk mulai melibatkannya dengan pekerjaan di hotel ? Aku hanya menyuruhnya berfikir, jika suatu hal yg buruk terjadi pada Ma dan aku maka dialah yg harus siap menjalankan bisnis ini. Itukah yg membebani fikirannya ?" Julian tak habis fikir dengan kelakuan Jamie.

Sabrina menyangga kepalanya dengan satu tangan bertumpu pada lengan kursi. Ia berfikir keras bagaimana cara ia harus menyampaikan hal yg terjadi pada Jamie tanpa membuat kedua anak lelakinya makin terluka.

" Tidak bukan itu, Nak. Aku tidak tahu bagaimana harus menyampaikannya padamu, kalian berdua adalah anak2ku selamanya aku tak pernah ingin lagi melukai hati kalian. Sudah cukup penderitaan kalian sejak aku dan Ayahmu memutuskan untuk bercerai. Aku tidak tahan kalau harus melihat salah satu dari kalian menderita. Tidak Jamie tidak juga dirimu Julian."

Sabriam mengulur waktu demi membuat Julian mengerti ttg bagimana posisi Sabrina saat ini.

" Ma,,, jangan berbelit2. Aku tak bisa menduga2 apa yg terjadi pada Jamie. Tapi percayalah kebahagiaannya akan selalu menjadi prioritasku." Julian menggenggam kedua tangan ibunya dan memberikannya kepastian bahwa Julian akan melakukan apa saja yg sekiranya membuat Jamie bahagia.

" Adikmu mencintai Bella, Nak." Julian terkejut dan melepaskan tangan Ibunya.

Julian berdiri dan berbalik agak menjauh dari Ibunya. Sabrina menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Pertunangan Julain dengan Bella, Sabrina mengetahui perasaan Jamie pada Bella dan kepergian Jamie ke Bali. Julian mulai mengerti.

" Itukah sebabnya ia tidak hadir juga pada acara pertunanganku, ooh bodohnya aku. Mengapa aku baru menyadarinya sekarang. Ya Tuhan dia pasti sangat terluka." Julian menyisirkan jari2nya ke rambut.

" Mungkin ini hanya masalah waktu,  Aku yakin dia akan bisa menerima ini seiring dg berjalannya waktu. Kita hanya perlu memberinya kesempatan lebih lama."Ujar Sabrina bijak.

***

" Apa maksudmu , sayang ? Apa yang kau lakukan ? Apa salahku ? Apakah ini karena ada wanita lain ?" Bella menyerang Julian dengan sengit.

" Bukan begitu Bella, dengarkan aku dulu. Kau harus mengerti satu hal, bahwa ternyata perasaanku padamu hanya seperti seorang kakak pada adiknya. Kau begitu manja kau begitu manis dan kau selalu membuat ceria hari2ku. But thats it , Bella. Aku tak pernah merasakan perasaan yang lainnya. Ketika kita bertunangan aku menyetujuinya karena aku harap aku bisa mulai mencintaimu sebagai seorang wanita. Kau begitu lugu, dan aku selalu ingin melindungimu. Tapi ini tak adil bagimu Bella. Aku hanya akan berpura2 dan itu akan lebih membuatmu tersiksa. Aku mohon , biarlah hubungan kita hanya sebagai kakak adik saja. Aku akan lebih bebas menyayangimu dari sebelumnya. " Julian memegang tangan Bella dan menenangkannya.

" Tapi kau tidak adil , Julian. Kau tidak memikirkan aku, kau tidak memikirkan perasaanku . Aku sudah terbiasà mencintaimu, aku sudah terbiasa dg kehadiranmu. Mengapa kau tega berbuat ini padaku,  Bagaimana aku bisa hidup tanpamu....Hu,,huu.." Bella mulai terisak di pangkuan Julian..( *tetiba aku pusing nulis scene ini....wkwkwk) Julian menenangkan Bella, ia juga tak tahu harus berbuat apa.

***

Berhari2 setelahnya Julian tidak pernah bertemu dg Bella. Pun mendapat kabar darinya. Julian membiarkan semuanya berlalu apa adanya. Ia tak pernah memberitahukan pada Ibunya bahwa ia sudah memutuskan pertunangannya dg Bella. Ada sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Julian tahu Bella terluka. Tapi ia akan lebih terluka seandainya Jamie adik lelaki satu2nya itu menderita karena cinta. Julian masih di melamun di meja kerjanya menghadap ke jendela sambil menatap gedung bertingkat diluar. Pintu ruangannya diketuk pelan,,,,

Cinta Tapi GengsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang