Cemburu dan kecewa dalam satu waktu.

1.9K 38 19
                                    


Langit di sabtu malam tak secerah sore tadi. Bau tanah basah menyapa indra penciuman. Tika masih termenung di atas tempat tidurnya. Melihat banyak pesan yang masuk ke beberapa akun sosialnya. Pesan mencolok yang di kirimkan Rangga menuntun jemari Tika membuka pesan tersebut. Tidak biasanya Rangga mengirimi dia pesan di sore hari.

From: Rangga Hardiwijaya
Selamat malam. Inget kan sekarang tanggal berapa? Aku jemput jam 8 ya. On time ok? See ya...

Tika menepuk jidatnya, sesekali dia mengumpat kesal. Bagaimana bisa dia lupa sekarang tanggal berapa. Tanggal 10 di bulan Oktober. Tanggal dimana dia di undang ke acara anniversary pernikahan kedua orang tua Rangga.

Pukul 7.10PM

Sebuah pesan masuk

From: Rangga Hardiwijaya
Udah siap? Aku jalan kesana ya...

''Aduh... Gimana ni. Belum apa-apa lagi.''

Segera Tika mengetik balasan untuk Rangga.

To: Rangga Hardiwijaya
Ngga, gue ketiduran. Jemput jam 8.15PM oke? Telat dikit gpp kan ya? Sorry

From: Rangga Hardiwijaya
Ok

Pukul 7.50PM Tika sudah siap, mengenakan gaun hitam tanpa lengan. Panjangnya beberapa centi di bawah lutut. Ia terus saja berputar beberapa kali di depan cermin. Memastikan jika tak ada yang salah dari pakaian yang digunakannya. Ini tidak terlalu berlebihan untuk digunakan ke acara keluarga - Batinnya.

Melangkah keluar, matanya meneliti setiap sudut ruangan. Tak menemui sosok yang dicarinya. Gak mungkin jika Lili sudah kembali kesana. Walaupun sedang dalam keadaan ribut, dia pasti akan pamit jika dia akan pergi. Lalu kemana dia? Bel apartemennya berbunyi. Rangga berdiri disana. Mengenakan tuksedo. Ketampanannya naik beberapa persen dari biasanya.
Terlihat bukan seperti anak SMA.

''Selamat malam, cantik.'' Sapa Rangga.

''Wow... Gue beneran terkejut, Ngga. Gak biasanya lu dandan serapih ini.''

Rangga menggaruk tengkuknya kikuk. ''Lagi pengen tampil beda aja.'' Sanggahnya. ''Bagaimana? Sudah siap?'' Tanyanya kemudian.

''Masuk dulu yuk.'' Tika membuka pintunya lebih lebar. Memberikan celah untuk Rangga. ''Gue ambil heels dulu.'' Seketika Rangga menengok kaki Tika sembari geleng-geleng kepala. Tika hanya nyengir.

''Mau minum apa?''

''Langsung berangkat aja. Semua orang sudah menunggu kita.''

''Duh maaf ya. Gara-gara gue lu jadi telat.''
Tika memakai heelsnya dan memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna.
''Yuk Ngga.'' Ajak Tika.

Rangga mengulurkan tangannya. Tika yang sudah mengerti maksud Rangga, dia hanya diam.

''Kau takut Lili marah?'' Pertanyaan Rangga tak mendapat respon dari Tika. ''Masih teringat kejadian tadi siang?'' Tanyanya lagi.

''Gue gak ngerti, Lili berubah. Sebelumnya dia gak pernah seperti ini.'' Jelas Tika.

''Gue tahu.'' Sela Rangga. ''Untuk sementara lupakan masalah tadi siang sebentar. Kamu cemberut tuh tambah jelek tahu.'' Goda Rangga.

''Malah ngegodain lagi. Udah ah ayo berangkat. Kelamaan nanti.''

Di perjalanan mereka berdua berbincang ringan mengenai sekolah dan juga beberapa temannya.

''Oh iya, rencananya mau ngelanjutin kemana?'' Tanya Rangga tiba-tiba.

''Entahlah. Gue pengennya di luar negeri. Tapi bonyok gak ngijinin.''

LDR [Long Distance Relationship]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang