Hari minggu yang cerah. Aku menghabiskan waktu liburku hanya di tempat tidur. Ayah dan ibu sedang melakukan perjalanan bisnis di luar kota. Sedari kecil aku benci ketika harus ditingal sendiri di rumah. Biasanya ibu akan menitipkanku ke salah satu saudara selagi mereka pergi. Ketika beranjak dewasa aku terlalu malu jika harus selalu di titipkan dengan usia yang sudah tak terbilang anak-anak lagi. Akhirnya ketika aku mengajukan untuk membelikanku sebuah apartemen dengan tingkat keamanan terjamin mereka berdua menyetujuinya. Dan disini lah aku sekarang. Di kamar apartemenku seorang diri.Setelah mendapatkan amplop coklat itu aku masih belum berusaha menghubunginya. Beberapa hari terakhir Lili memang sempat menelpon ke nomor polsenku, telpon rumah, bahkan nomor ibu juga. Ah dia benar-benar deh. Gak tau aku lagi marah apa. Hmm.. biasanya dia akan peka dengan perubahan yang aku tunjukan. Walau tak seberapa. Ketika sedang merajuk seperti ini biasanya dia akan datang menemuiku. Ketika aku hendak mengoceh tak jelas, baru sepenggal kalimat yang keluar belum beserta inti dan isinya dia sudah menciumku. Bagaimana aku bisa mengomelinya dalam keadaan wajah seperti kepiting rebus itu. dia memang gila. Dan dia adalah pacarku. Lili.
Ponselku berbunyi.
"Iya halo."
"..."
"Iya bu, Tika di kamar. Hanya sedikit demam. Tapi tidak apa-apa kok."
"..."
"Belum."
"..."
"Iya-iya nanti Tika makan. Palingan delivery."
"..."
"Ah bu... Makanan junk foods itu makanan paling cepat sampai, bu. Ayo lah... hanya sekali ini saja masa gak boleh si?" Itu lah ibuku, ketika mendengar anaknya sakit ketika dia sedang bertugas dia tak akan henti-hentinya mengomeliku sampai aku tunduk dengan perintahnya.
"..."
"Ya udah deh terserah ibu saja."
Kumatikan sambungan telpon dan kembali meletakannya di atas nakas. Ibu itu tak pernah bia selembut Lili. Entah lah... mengapa? Aku juga tak tahu.
^^
Seorang pria melangkah keluar dari bandara. Dia mengenakan setelan jas warna hitam dengan kemeja putih. Kancingnya ia buka satu, dasi sudah tak bertengger disana. Sepertinya sang pemilik sudah melepasnya sedari tadi. Tangan kanannya menenteng tas kantor, sedangkan tangan kirinya memegang ponsel dan ia tempelkan ke telinganya. Ia terlihat sedang berbicara dengan seseorang. Tak lama kemudian mobil parejo putih terlihat datang lalu menghampirinya. Sang pengemudi keluar, lalu menghampiri pria itu.
"Permisi pak. Ini mobil yang anda minta." Setelah mengatakan itu ia terlihat memberikan sebuah kunci.
"Bapak bisa kembali ke kantor dengan taksi, ini uangnya." Sembari memberikan uang pecahan seratus ribuan lima lembar. "Aku akan pergi menemui seseorang."
"Maaf pak, kalau boleh tau bapak pergi kemana? Hanya sekedar mengingatkan besok pagi bapak ada pertemuan dengan Pak Alex untuk melanjutkan pembicaraan yang terhenti di dalam pesawat itu."
"Ini urusan pribadi. Bapak bisa menghubungi saya besok via telpon. Saya permisi."
Setelah mengtakan itu ia lalu pergi.
"Halo."
"..."
"Tante ini Lili. Apa Tika ada di rumah tante?""..."
"Dia sakit tante? Belum makan juga? Ya ampun itu anak bener-bener deh."
"..."
"Lili baru aja nyampe tante. Ada pertemuan dengan rekan bisnis. Gak bakal lama si tan, moga aja nanti ke buru ketemu ya. Ya udah deh tan, Lili mau nemuin Tika dulu sekalian bawain dia makanan."

KAMU SEDANG MEMBACA
LDR [Long Distance Relationship]
Novela JuvenilJarak yang jauh tidak akan melunturkan semua ini. Semua yang sudah dirajut dengan sedemikian rupa. Gedung yang ku bangun sudah kokoh berdiri menantang langit biru. Jika hanya angin yang menerpanya, dia tidak akan sanggup meruntuhkan dan menghancurka...