"Mau makan apa Han?"
Farhan sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan ku. Dia masih saja fokus dengan novel membosankan yang berisi ratusan halaman itu. Dia hobi sekali baca buku. Setiap dia baca buku, dia selalu mengenakan kacamata kotak andalannya. Matanya memang minus, walaupun hanya sedikit.
"Oyy!!" Teriakku ke padanya. Mungkin orang-orang dikantin ikut kaget mendengar teriakkan ku.
"Kenapa?" Jawabnya singkat dan begitu dingin. Ia menatapku satu detik kemudian ia kembali fokus ke buku tebalnya.
"Ih, baca nya entar aja Farhan. Sekarang lo mau makan apa? Biar gue yang pesenin,"
"Bentar, ini lagi seru." Jawabnya yang kembali singkat dan padat.
"Lo baca buku apa sih? Kok kayaknya serius banget? Baca buku itu nge bosenin," Cetus ku.
"Baca buku itu bagus. Ini buku yang gue baca tentang detektif. Seru, lo harus baca buku ini Sya.." Ujarnya yang masih saja fokus melihat buku nya.
"Entar ah bacanya, kalo lagi gak sibuk. Udah sekarang lo mau makan apa?"
"Lo pesen duluan aja." Kata Farhan secara tiba-tiba.
"Yaudah gue pesen duluan ya."
Kemudian aku beranjak dari kursi dan berjalan menuju sebuah gerobak bakso.
"Pakde, bakso nya 1 ya! Biasa, pake mie kuning sama bakso nya yang kecil-kecil," Kataku kepada 'Pakde' si penjual bakso disekolah ku.
"Siap neng Rasya!" Jawab pakde dengan semangat sambil memberikan hormat kepadaku layaknya sedang berhadapan dengan seorang kapten.
Sambil menunggu bakso yang sedang diracik, aku melihat sekeliling kantin. Yah, sekedar ingin melihat keadaan saja.
Tetapi ada satu hal yang seketika terlintas dalam benakku. Aku lupa kalau sapu tangan Drian masih ada ditanganku dan belum aku kembalikan.
Mataku mulai melirik ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Drian. Dan aku mendapati Drian sedang duduk bersama anak geng nya di sebuah bangku yang letaknya berada di pojok kantin.
Harus kah gue nyamperin Drian disana? Gumam ku dalam hati.
Dengan keberanian ku yang sangat tipis ini, aku mulai melangkahkan kaki ku ke arah meja yang Drian sedang tempati.
Kini aku sedang diam mematung didepan meja yang Drian tempati. Aku seperti orang bodoh disini.
"Weits ada cewe nih," Kata salah satu laki-laki di kerumunan geng tersebut.
"Mau nyari gue ya?"
"Yeh pede banget lo jul, dia tuh kesini mau ngajak gue makan siang bareng," Ucap Adit, salah satu sahabat Drian dan dia juga teman sekelas ku.
"Mau balikin ini ke Drian, tolong bilangin ke dia nya ya," Ujarku sambil menyodorkan sebuah sapu tangan biru dongker kepunyaan Drian. Ia sama sekali tidak sadar kalau aku menghampirinya. Posisinya juga membelakangi ku.
Aku cukup lama berdiri diantara kerumunan anak-anak itu. Karna sudah terlalu membuang waktu, aku memutuskan untuk kembali ke meja yang aku dan Farhan tempati.
"Mesen makanan lama banget? Habis ngapain aja?" Tanya Farhan dengan dingin secara tiba-tiba.
"Em ini gue..tadi bakso nya ngantri, jadi lama," Jawabku dengan terbata-bata.
"Oh" Farhan hanya ber-oh ria.
"Oh doang jawabnya?"
"Hmm.." Yah, begitulah respon yang dikeluarkan oleh cowok dingin dihadapanku ini. Mungkin siapapun yang menjadi pacarnya akan merasa bosan jika Farhan selalu bersikap seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/52723833-288-k100774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Halcyon
Teen FictionDisaat aku harus memilih diantara kamu si lelaki dingin, atau dia sang penakluk hati. --- Cover by @vanilla-twilights