V. Melarikan Diri

1.2K 93 2
                                    

Aku menggebrakan meja yang ada didepanku saat ini. Meja yang penuh dengan coretan anak remaja dan beberapa bagian meja yang sudah lapuk karna termakan usia.

Seseorang tersebut mengarahkan kepala nya padaku.
"Apaan gebrak gebrak meja gue?"

"Nih," Aku menyodorkan jaket berwarna hitam miliknya. Kemudian aku langsung berjalan ke arah meja ku.

Seketika ada sebuah tangan yang mencengkram tanganku. Aku sangat mengenal cengkraman ini. Ini adalah sebuah cengkraman yang aku rasakan kemarin.

Aku sudah mencoba melepaskan cengkraman ini, tapi tidak berhasil.

"Ada apa?" Tanyaku pada sosok lelaki yang mencengkram tanganku ini. Siapa lagi kalau bukan Drian.

"Lo diajarin etika gak sih? Kalau balikin barang tuh yang baik, jangan cuman ngasih terus langsung kabur."

"Yaudah maaf. Lagian lo juga gak punya etika. Mencengkram erat tangan perempuan dan bawa kabur perempuan itu secara tiba-tiba. Dan," Belum saja aku selesai berbicara, Drian dengan sergap langsung menutup mulutku dengan tagannya yang berkali-kali lipat besarnya dari tanganku.

"Bawel banget sih. Udah sana balik ke meja lo!" Perintahnya. Memangnya dia siapa se-enaknya memerintahku seperti ini? Oh iya, aku lupa kalau dia kan salah satu anggota geng yang paling disegani satu sekolah. Tapi aku tidak takut sama sekali dengannya.

Dengan rasa kesal, aku langsung melangkahkan kakiku ke arah meja yang ku duduki.

Aku melihat sosok lelaki berambut hitam batu bara sedang duduk di kursiku. Dia sedang memainkan isi tempat pensil ku. Apa yang dia lakukan disini?

Dengan hati-hati aku mencoba untuk menepuk pundak lelaki yang sekarang sudah ada didepan ku ini.

"Permisi?"

Kemudian sosok lelaki itu membalikkan tubuhnya dan matanya mengarah ke kepadaku

Aku tidak pernah melihat lelaki ini. Tampangnya sangat asing untukku. Siapa dia?

"Oh ya, kenapa?" Tanya lelaki berkulit cokelat muda ini.

"Maaf, ini bangku gue,"

"Eh iya, sorry gue gak tau. Ngomong-ngomong gue anak baru disini. Gue Adit." Sebuah tangan yang dihiasi oleh jam berwarna cokelat kemudian menjulur kearah ku.

"Gue Rasya," Akupun membalas jabat tangannya.

"Gue disuruh sama bu Sri duduk di kursi ini. Gak papa kan?" Ia menunjuk kearah bangku kosong yang terletak disampingku.

"Ya gak kenapa-napa lah. Ini bangku sekolah bukan bangku gue,"

Setelah sedikit berbincang dengan teman bangku ku yang baru ini alias Adit, kemudian Pak Hadan, guru matematika masuk dan mulailah sudah pelajaran menyebalkan ini. Mungkin lain hal dengan Drian. Ia tampak bahagia melihat teman-temannya tersiksa akibat pelajaran matematika, sedangkan ia adalah orang yang sangat gemar dan ahli dalam mata pelajaran ini.

Setelah 2 jam berlalu, akhirnya pelajaran matematika selesai dan waktunya istirahat.

Teman-teman ku mengajak aku untuk pergi ke kantin, namun aku menolak tawaran itu karna perut ku yang sedari tadi masih kenyang akibat aku terlalu makan berlebihan saat sarapan taadi pagi.

Dan aku memutuskan untuk mendengarkan musik dengan earphone yang kubawa.

Saat sedang asyik mendengarkan musik, ada orang yang jahil mencabut earphone yang ada ditelinga ku. Aku sangat kesal. Dan yah, orang itu lagi yang melakukannya.

"Ngapain sih? Nyari ribut lo?!" Bentakku.

"Santai dong! Gue cuman mau nunjukin sesuatu," Ujar cowok iseng ini, siapa lagi kalau bukan Drian.

HalcyonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang