VI. Berhenti Berbicara

1.9K 124 10
                                    

"Rasya?"

Tidak ada jawaban apapun dari nya. Firasat gue mulai aneh. Rasya sebenernya kenapa?

Gue perlahan berjalan ke arahnya dan gue mencoba untuk memegang pundaknya. Namun, tidak ada reaksi yang dia keluarkan.

Gue mencoba sedikit mengguncang kan tubuh kecilnya ini.

"HA!"

Gue langsung refleks loncat ke arah belakang karna gue kaget. Perempuan didepan ini rupanya sedang main-main sama gue.

Drian Pov Ends

Aku sebenarnya tidak pingsan. Hanya sedikit lelah karena terlalu banyak menaiki anak tangga.

Tapi, lumayan juga untuk ngerjain Drian si lelaki banyak tingkah ini.

"Masa gitu aja kaget sih? Cupu banget lo!"

"Anji...Astagfirullah,"

"Mau ngomong apaan tadi hah? Anjing? Emang nya anjing nya dimana?" Tanyaku yang seakan membuat emosi Drian memuncak.

"Anjing nya didepan gue nih," Ucapnya dengan menunjukku menggunakan dagu nya.

"Sialan." Jawabku kesal.

"Yah ada yang baper nih," Ejek Drian.

"Yaudah, terus sekarang kita mau ngapain? Buru ah. Entar gue dimarahin guru ish."

"Bisanya ngalihin pembicaraan, cih.."

"Ah..bawel. Yaudah gue balik deh ah." Ujarku dan kemudian aku meninggalkan Drian dan mulai satu persatu anak tangga ku lewati.

Akhirnya aku sudah berada di bawah. Aku langsung mencari angkutan umum yang mengarah ke sekolahku. Namun setelah aku tunggu, sama sekali tidak ada angkutan umum yang lewat. Mungkin aku harus berjalan sedikit supaya bisa menemukan angkutan umum.

Selagi aku berjalan, seketika ada suara motor yang makin lama makin mendekat ke arahku. Namun aku menghiraukan suara motor itu. Mungkin saja itu hanya motor yang berjalan dipinggir.

Tapi lama kelamaan, suara motor iru sudah berada tepat dibelakangku.

"Neng..Sini sama abang," Suara itu sedikit mengagetkanku. Aku terkejut saat seorang lelaki sudah berada disampingku. Ya, lelaki itu Drian. Ia sengaja mengendarai motornya dan mengendarainya dengan kecepatan yang rendah agar sesuai dengan kecepatan berjalanku.

"Neng nang neng, gue punya nama kali." Ujarku sambil terus berjalan tanpa menatap ke arah lelaki disampingku ini.

"Kenapa ninggalin gue sendirian di tangga?" Ia meraih dagu ku dan mengarahkan wajahku kearah nya.

"Gue mau balik ke sekolah, entar dimarahin,"

"Naik." Katanya sambil menatapku lekat-lekat.

"Mau kemana lagi? Udah puas bikin gue kena marah sama semua orang?!" Bentakku.

"Gue gak bermaksud buat bikin lo susah Ra,"

"Terus apa?"

Aku langsung berjalan kembali tanpa menunggu jawaban dari Drian. Pikiranku kali ini benar-benar sedang kacau. Aku tidak hanya akan dimarahi oleh guru disekolah, orang tua ku akan memarahiku, dan satu lagi yaitu Farhan. Dia akan sangat kesal akan perbuatanku yang buruk ini.

Drian kemudian turun dari motornya dan mengejarku dengan langkah yang cepat. Aku bisa melihat dari ekor mataku.

Ia mencengkram tanganku dan menahanku untuk berjalan.

"Gue cuman gak tau apa yang harus gue lakukan supaya bisa terus sama lo. Cuman ini cara biar gue selalu deket sama lo."

Aku menatap Drian tidak percaya. Apa mungkin benar itu adalah alasan kenapa dia selalu membawa ku pergi?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HalcyonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang