On Rainy Days

2K 23 0
                                    


"Luvhy Dwi Astuti"

Begitu sampai dilantai 12, (namakamu) kembali memasang wajah jengkelnya pada Iqbaal. Perempuan itu masih tidak suka jika harus menikah dengan dokter dingin dan beraura maskulin seperti Iqbaal. Dimanakah keadilan?

"Kau nampak tidak suka dengan pernikahan ini." suara dingin itu bisa (namakamu) dengar dengan jelasnya, saat ini keduanya berada didalam kamar apartemen (namakamu). "Mengumumkan pernikahan ini setidaknya bisa menghilangkan gosip buruk tentangmu."

"Gosip buruk?" ulang (namakamu) sambil memandangi Iqbaal yang sibuk melepaskan dasinya, "lebih buruk jika mereka tahu pernikahan ini, kau tidak tahu beberapa penggemarku memenuhi instagram dan menanyai mengapa aku menikah tiba-tiba? Mengatakan jika aku hamil diluar nikah karna menikah dadakan."

Iqbaal mendengus kesal mendengar ocehan (namakamu) yang tidak jelas. "Kau seorang dokter tapi sangat bodoh."

"Apa?" Pekik (namakamu) begitu mendengar Iqbaal mengatainya bodoh, "semua orang tahu betapa pintarnya aku dan kau mengatakan itu dengan mudah?"

"Tentu saja, aku tidak meragukan kepintaran otakmu. Aku hanya meragukan betapa bodohnya pemikiranmu!" Iqbaal berkata dengan nada santai, ia mengambil kopernya dan mencoba membenahi pakaiannya. "Kau, sebagai istri yang baik, bisakah membantuku merapihkan pakaian?"

(Namakamu) menghela nafasnya panjang dan mengejek permintaan Iqbaal barusan. "Membantumu? Hanya dalam mimpi saja, aku butuh istirahat."

Tanpa permisi, (namakamu) menarik gaunnya dan memasuki kamar mandi, berniat untuk membersihkan badannya dan kemudian tertidur dengan pulas ditempat tidur.

***
Posisi tidur ini nampaknya tidak terasa nyaman, sedari tadi (namakamu) selalu mengubah posisi tidurnya kekanan dan kekiri. Sementara Iqbaal masih sibuk dengan laptop nya tanpa memperdulikan bagaimana resahnya (namakamu).

"Apa kau bisa tenang?" Suara dingin itu kembali terdengar oleh (namakamu), lelaki ini benar-benar merusak kenyamanannya. "Kau merusak kegiatanku saja, apa kau tidak bisa tidur?"

(Namakamu) mendengus malas mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Iqbaal. "Kau juga merusak kenyamananku, apa kau bisa pindah? Kau, tidur saja disofa yang ada."

Iqbaal menghentikan kegiatannya, ia menghela nafas panjang mendengar pernyataan (namakamu) barusan. Tidak ada sikap sopan santunnya sebagai seorang istri, kenapa Iqbaal harus menikah dengan perempuan gila ini?

"Kenapa harus aku yang pindah, kenapa tidak kau saja?" Iqbaal masih bersikap santai, ia mematikan laptopnya dan meletakannya dimeja samping ranjang.

"Lucu sekali, kau memintaku untuk tidur disofa? Hei, aku ini istrimu dan seharusnya sebagai suami kau mengalah." Geram (namakamu).

Iqbaal tidak memperdulikan ucapan (namakamu), lelaki ini merebahkan tubuhnya dan menarik selimut tebal ini untuk menghangatkan tubuh. "Apa kau bisa mematikan AC nya? Disini cukup dingin."

(Namakamu) mendengus jengkel, lelaki ini sama sekali tidak menghargainya sebagai seorang istri. Sebenarnya Iqbaal anggap apa (namakamu) ini? Seorang istri atau apa? Benar-benar menyebalkannya. Seharusnya lelaki ini bersyukur bisa mendapatkan (namakamu) dan menjadikannya seorang istri.

"Matikan saja sendiri." (Namakamu) membalikan tubuhnya dan menarik kembali selimut itu hingga menutupi seluruh tubuhnya, menghasilkan dengusan kesal dari mulut Iqbaal.

"Hei, kau....."

"Aku kedinginan." Sela (namakamu) enggan membalas ucapan Iqbaal.

"Kau mengambil semuanya, aku tidak bisa menghangatkan tubuhku dengan selimut ini." Iqbaal menggerakan bahu (namakamu), meminta istrinya untuk bangun dan membagi selimut tebal ini, yang benar saja selimut setebal dan sebesar ini hanya digunakan oleh (namakamu).

On Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang