empat

1K 19 0
                                    

(Namakamu) terkejut mendengar ajakan Iqbaal, ingin rasanya ia membantah namun tidak ada alasan untuknya menolak ajakan Iqbaal dihadapan Ryuji, bagaimana pun semua orang hanya tahu jika dirinya menikah dengan Iqbaal dan saling mencintai.

"Oh," (namakamu) begumam menahan geramnya sebisa mungkin. "Ryuji-san, kurasa aku harus pergi sebentar dengan suamiku."

Ryuji hanya mengangguk dan mempersilahkan pasangan pengantin baru itu untuk menghabiskan paginya bersama.

Iqbaal dengan cekatan menarik tangan (namakamu) dan menggenggamnya dengan sangat erat, mengajaknya untuk jalan bersama menuju kantin dirumah sakit, membuat (namakamu) hanya bisa mendengus kesal melihat tingkah posesif Iqbaal. Ini berlebihan.

Next Story...

Ketika kaki jenjangnya melangkah menelusuri lorong rumah sakit ini, suasana terasa sangat dingin mencengkam. (Namakamu) bahkan sempat mendengus dan menggigil kedinginan, malam ini terasa sangat beda, seharusnya ia berganti tugas saja agar bisa pulang cepat ke apartemennya.

Meski mungkin ia akan bertemu dengan Iqbaal yang menyebalkan dan sangat dingin.

Pada saat itu juga, kaki (namakamu) berhenti didepan ruangan. Sudah lama ia tidak menjenguk pasien kesayangannya, sedang apa paman tua itu malam ini.

(Namakamu) menghembuskan nafasnya dan melirik kearah pintu ini, dengan perlahan ia membuka dan mengintip kedalam sana, memastikan apakah pria tua itu sudah tidur atau belum.

"Apa itu kau?" Sebuah suara bass dan berat terdengar menggema diruangan ini, (namakamu) menghela nafasnya dan tersenyum manis.

"Iya," (namakamu) menyahut dengan suara lembutnya, ia melangkah memasuki ruangan dan melihat wajah pucat pasien kesayangannya ini.

Seorang pasien dengan senyuman manis dan wajahnya bagaikan seorang malaikat dan selalu membuat (namakamu) nyaman berada disampingnya, semenjak (namakamu) datang dan bertugas disini, pria itulah yang menjadi teman dekat (namakamu) dan teman berbagi cerita.

Shidane, Pria tua berumur sekitar 60 tahunan itu merupakan pasien gagal jantung dirumah sakit ini, sudah lama ia berada disini dengan perawatan penuh dan berharap akan mendapatkan donor jantung yang pas untuknya.

(Namakamu) sangat berharap akan ada jantung baru untuk lelaki ini, ia sudah menganggapnya seperti ayahnya sendiri dan ia enggan kehilangan pasien yang sangat ia cintai ini. Shidane sering bercerita pada (namakamu), bahwa keinginannya adalah melihat (namakamu) bahagia dan menikah dengan orang yang sangat mencintainya, Shidane juga berkata bahwa ia ingin bertemu dengan putri semata wayangnya, jika putrinya masih hidup, maka usianya akan sama dengan (namakamu). Shidane juga mengatakan bahwa senyuman dan pancarana mata yang (namakamu) miliki mirip dengan putrinya yang sudah tewas dahulu, tewas karna tertimpa beberapa reruntuhan saat gempa dahsyat itu terjadi, shidane yang saat itu tidak bisa apa-apa hanya mampu menjerit dan menyebut nama putrinya yang masih terjebak didalam elevator gedung apartemennya bersama istrinya, Sakura.

Ketika ia melihat (namakamu), ia merasakan jika ia melihat kembali putrinya yang saat itu sudah tewas dengan darah yang memenuhi tubuhnya dan istrinya yang sangat Shidane cintai, itu hanyalah masa lalu yang sangat Shidane sesali, kejadian sepuluh tahun yang lalu merupakan tragedi menyakitkan untuk Shidane ingat.

"Maapkan aku, sudah lama aku tidak melihat keadaanmu disini." Suara lemah (namakamu) hanya mendapatkan senyumah dari Shidane kala ini. "Bagaimana keadaan paman? apakah ada peningkatan?"

Shidane kembali memberikan senyuman hangatnya pada (namakamu). "Tidak, aku masih sama seperti kemarin. Bagaimana keadaan rumah tanggamu dengannya?"

Pipi (namakamu) merah padam, merasa malu mendengar Shidane menanyakan keadaan rumah tangganya saat ini, "Oh itu, baik-baik saja memang, tapi aku tidak mencintainya."

On Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang