Part 6

106 4 3
                                    

Point Of View Dion

"Jadi, kakak kapan berangkatnya?"

Gue menghelas nafas, seharusnya gue udah tau kalau moment kaya gini bakal ada, moment dimana Mira manggil gue dengan sebutan kakak yang artinya dia lagi marah

"Tante Andien yang ngatur semua keberangkatannya," Mira masih menatap tangannya, yang sedari tadi terkepal diatas paha enggan menatap gue yang cemas "dan tadi tante Andien bilang, besok pagi gue take-off"

Gue deg deg-an dan keringat dingin nunggu respon Mira tau kalau besok pagi gue take-off, dan pergi ninggalin dia sendiri disini. Ini bukan kemauan gue ninggal-ninggal Mira sendirian di kota kelahiran kita, ini karena perusahaan Almarhum papa lagi bener-bener bangkrut dan gue sebagai direktur harus bertanggung jawab buat ngebiayain hidup Mira

"Gue bingung kak," akhirnya Mira mengeluarkan suaranya "gue bingung, maksudnya kenapa lo baru bilang sekarang? Kenapa baru bilang sekarang kalau lo bakal ke Jerman buat ngurus perusahaan papa? Kenapa gak lo jalanin rencana kita? Dan tetap stay disini sama gue sampe kita ketemu jodoh masing-masing" Gue kaget dengan jawaban Mira dan ngeliat pipinya lembab karena air mata, jadi dari tadi dia nangis dalam diam? Gue pindah duduk disampingnya dan ingin menghapus air matanya tapi sekali lagi gue kaget, Mira menepis tangan gue kasar, dia berdiri, lalu lari ke kamarnya dan beberapa saat kemudian terdengar suara pintu dibanting

Gue bingung, siapa sih yang mau diposisi sesulit ini? Gue mau terus ada buat Mira, bercanda sama dia, ngeliat senyum dia, dan kuliah sesuai hobi tapi gue tau, gue itu cuma Pelukis amatiran yang baru masuk kuliah dan gak akan cukup buat biayain hidup kita kalau gue terus-terusan fokus sama keinginan. Makanya mau gamau suka gasuka gue harus jadi direktur di perusahaan almarhum papa dan selamatin dari kebangkrutan dibantu tante Andien. Gue beranjak dari sofa dan mengarah ke pigura yang tergantung ditembok, memperhatikan gambar yang ada di dalamnya dimana gue -versi kecil- dengan rambut yang menutupi sedikit wajahnya merengek minta digendong sedangkan Mira yang sedang berada di gendongan bundanya hanya memeletkan lidah, meledek Dion.

"Pa, Dion bingung"

** ** **

Knock Knock

Udah setengah jam gue berdiri di depan pintu kamar Mira, tapi gaada tanda-tanda kalau dia mau keluar dan meluk gue buat perpisahan sebelum pergi ke Jerman. Tapi, Mira bergeming di dalam kamarnya.

"Mir, gue tau lo lagi duduk di belakang pintu ini," gue duduk di depan kamar, menyender "dan lo lagi tahan tangis lo, gabisa ya lo ngertiin semuanya?"

Hening, untuk beberapa saat kemudian terdengar suara kunci dan knop pintu dibuka. Gue diri, dan melihat wajah Mira yang bener-bener udah kaya mayat hidup dengan lingkaran hitam dibawah matanya -juga dgn bekas air mata- dan pucat mencoba menyunggingkan senyum lalu gue ditarik ke dalam dekapannya dan dia terisak

"Maafin gue, maafin gue gabisa ngejalanin mimpi kita bareng tapi lo harus bangun. Sekarang posisi gue udah kepala keluarga, gue gabisa kuliah terus buat kejar mimpi gue yang masih gajelas..." Gue mengusap kepalanya, memberikan ketenangan "Mimpi gue udah dikorbanin, jangan sampai mimpi lo juga. Lo harus sekolah terus kuliah dan gue harus kerja di perusahaan papa buat ngebiayain semuanya Mir" Mira melepaskan dekapannya dan menatap gue

"Iya gue baru tau, sekeras apapun gue nolak semuanya, sekeras apapun usaha gue buat nutupin semuanya,"Mira memberi jeda dan Gue mengusap air matanya yang kembali menetes "kenyataannya sekarang papa sama mama bener-bener ninggalin kita selamanya"

** ** **

Point Of View Author

Terlihat Dara yang berlumuran dengan air kental berwarna hijau di seluruh tubuhnya sesekali mengeluarkan sumpah serapah kepada pelakunya. Dara jalan melewati koridor. Beberapa murid yang melihatnya tertawa dan ada juga yang menantapnya jijik. Tapi Dara tidak perduli, yang berada di pikirannya yaitu meminta penjelasan kenapa saat Dara keluar dari pintu toilet ada sesuatu yang mengguyur tubuh dan setelah Dara mencium baunya dia tau kalau cairan hijau yang menempel ditubuhnya sekarang adalah buah mengkudu yang diblender

Dara memasuki kelasnya dengan aroma bau busuk dari buah mengkudu dan melihat Irham and the genk sedang menertawakan sesuatu dan setelah melihat kehadiran Dara, mereka semakin tertawa

"MAKSUD LO APA HAH NUMPAHIN BUAH BUSUK INI KE BADAN GUE?!" Irham hanya menaikkan sebelah alisnya dan beranjak dari tempat duduknya seolah-olah keadaan Dara di depannya sama sekali bukan masalah "wolay, jangan deket-deket gue dengan bau lo yang sebusuk ini"

Dara yang tidak terima dengan ketidak tauan Irham ingin maju dan memeperkannya ke Irham tapi tanpa di duga

Byurr

"Kelakuan lo kaya bocah ham" skakmat. Irham diguyur seember cairan hijau yang sama seperti Dara oleh Nadine, dan Dara ditarik oleh Nadine ke toilet sekolah

"Untung gue selalu sedia baju ganti dimobil," Nadine memberikan bajunya "gue gasengaja tadi ngeliat lo lari dengan berlumuran cairan hijau, dan yang gue guyur ke Irham itu jus alpukat"

Dara hanya mengedikkan bahu. Dara sudah terlalu lelah dengan semuanya, kepergian Dion yang sudah seminggupun membuatnya uring-uringan apalagi memikirkan masalah Irham yang sangat sepele

Remember When (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang