1. Badai Salju
Badai salju terasa menakutkan di luar sana. Tapi, tidak untuk kedua gadis itu. Keduanya tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing tanpa memedulikan keadaan di luar kamar mereka.
Gadis beramput pirang merangkak turun dari tempat tidurnya. Berjalan mendekati temannya yang tengah asik membaca buku yang sangat tebal di atas ranjang miliknya.
Sesampainya gadis pirang di belakang gadis itu, ia menepuk pelan pundak gadis tersebut, namun karena gadis tersebut terlalu asik dengan bukunya, gadis itu sama sekali tidak menengok bahkan memedulikannya.
Gadis berambut pirang merasa terabaikan maka dengan jahilnya dia mengambil buku yang tengah dibaca oleh temannya.
Kerena tiba-tiba buku itu telah lenyap dari tangannya, mau tak mau gadis yang satunya mendongakkan kepalanya, menatap nyalang ke arah gadis berambut pirang yang sekarang sedang tersenyum ke arahnya sembari menaik-turunkan alisnya.
"Emilly! Apa yang kau lakukan?!" gadis itu terlihat kesal dengan tindakkan dari temannya.
"Aku hanya mengambil bukumu. Tapi, kenapa kau terlihat sangat marah?" ucap gadis berambut pirang yang ternyata bernama Emilly.
Gadis satunya hanya mendengus malas, lalu merebut kembali bukunya.
Emilly memutar kedua bola matanya kerena bosan, lalu menarik pergelangan tangan temannya, "Sabby, aku tidak bisa tidur dan terasa membosankan jika hanya di kamar saja, kita keluar yuk."
Gadis itu menutup bukunya, lantas menatap wajah Emilly tak percaya. Permintaan yang tidak masuk akal, apalagi di luar sana badai sedang menggila.
"Kau pasti bercanda, Emmy," ucap gadis itu sembari menatap horror wajah Emilly.
"Apanya yang bercanda?" Emilly bertanya.
Gadis itu menatap temannya tak percaya. "Kau tahu sendiri di luar badai salju sedang menggila, apa kau ingin mati kedinginan?"
"Ayolah, Sabby ... kita hanya akan pergi ke aula saja, dan bukankah itu masih berada di dalam ruangan juga?" Emilly merayu temannya.
"Kumohon, Emmy, kali ini saja kutuntaskan bacaanku dulu," gadis itu telah larut dengan bacaannya kembali.
"Kau bisa membawa bukumu itu, Sabrina." Emilly tak mau kalah. Dia merebut buku itu dan menutupnya di depan wajah gadis bernama Sabrina.
"Emmy ... kenapa kau selalu menggangguku, biarkan aku membaca buku itu dulu. Setelah itu kita bisa ke aula," ucap Sabrina terlihat kesal karena dengan seenaknya Emilly merebut bukunya.
Emilly memutar kedua matanya, lalu menarik pergelangan tangan Sabrina, "Ayolah, Sabby ... aku janji setelah kita sampai di Aula aku tidak akan mengganggumu lagi."
Kali ini giliran Sabrina yang memutar kedua matanya. karena dia tahu betul janji apa yang dibuat oleh Emilly, janji yang akan bertahan tidak kurang dari lima menit dari yang diucapkannya, setelahnya gadis itu akan melupakannya.
"Ya, kita ke Aula. Tapi, janji itu harus kau tepati, kau jangan menggangguku," ucap Sabrina pada akhirnya. Mengekor di belakang Emilly, masih dengan pergelangannya digenggam oleh jemari lentik gadis itu.
***
Sesampainya kedua gadis itu di dalam Aula, tempat itu kosong karena tidak ada satu orang pun yang berada di sana. Tentu saja, kerena mereka tidak akan bertidak bodoh seperti mereka—keluar tengah malam disaat badai salju sedang membabi buta di luar sana.
Emilly berjalan menuju bangku yang ada di pojok ruangan itu, sedangkan Sabrina, dia mengikuti ke mana pun kaki temannya melangkah. Dan mereka pun duduk di sana sembari mengedarkan tatapan matanya ke sekeliling ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Psycho Killer ( Selesai )
Mistério / Suspense"Hahaha ... katakan jika kau ingin berada di dalamku, sayang." Seseorang di depannya menggeleng ketakutan. "Kenapa kau lucu sekali? aku semakin gemas dan ingin bermain-main denganmu. Sebelum kau memasukiku atau kau yang ingin aku masuki?" ucapnya y...