2. Pagi Yang Mencekam
Jeritan kedua gadis itu menggema sampai ke lorong asrama, membuat semua orang yang tengah tertidur pulas harus terbangun karena terkejut dan berhamburan keluar kamar.
Setelah kerumunan orang-orang telah sampai di tempat kedua gadis itu berada, mata semua orang tertuju pada hamparan salju yang berwarna merah, lantas mencari asal warna merah itu yang ternyata berasal dari tetesan sesuatu di atas dahan. Serentak semuanya mengalihkan tatapannya ke arah atas, dan pada saat itu juga jeritan semua orang saling sahut-menyahut memekakan telinga. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang jatuh tak sadarkan diri.
"Untuk semua murid, kalian kembali ke dalam kamar kalian masing-masing!" perintah Mrs. Dallfis, Ibu kepala sekolah.
Karena perintah dari Mrs. Dallfis membuat kerumunan itu perlahan mulai meninggalkan tempat mengerikan itu. Sedangkan siswi yang tak sadarkan diri satu per satu digotong menuju kamarnya masing-masing.
"S-sabby ... ayo ...," ajak Emilly dengan suara bergetar. Dia benar-benar terguncang dengan apa yang dilihatnya. Sedangkan Sabrina, gadis itu hanya diam dan tatapan matanya terus tertuju pada kepala yang diikat pada dahan pohon maple itu.
"Kalian berdua kenapa masih ada di sini?" tanya seseorang dari belakang tubuh kedua gadis itu.
Emilly membalikkan tubuhnya dan di sana sudah berdiri seorang wanita paruh baya dengan rambut coklat tua membingkai wajahnya yang tak lagi muda. Ya, dia adalah Mrs. Dallfis.
Karena panik Emilly dengan terpaksa harus menarik pergelangan tangan Sabrina. Sabrina hanya diam dan mulai mengikuti langkah temannya untuk meninggalkan tempat itu. Namun, baru beberapa langkah kedua gadis itu melangkah, suara Mrs. Dallfis menghentikan laju kaki keduanya.
"Tunggu!" perintahnya, yang membuat kedua gadis itu berhenti dalam sekejap.
Kedua gadis itu membalikkan tubuhnya untuk menghadap Mrs. Dallfis. Guratan ketegangan tampak jalas dari wajah keduanya seperti sesuatu yang tak diinginkan akan menimpa mereka berdua.
"B-bukan, 'kah anda menyuruh kami untuk kembali ke kamar kami, Mrs?" ucap Emilly gugup.
"Ya. Tapi tidak untuk kalian berdua," jawab Mrs. Dallfis ambigu. Karena beberapa saat tadi ia mengatakan bahwa semua murid untuk kembali ke dalam kamar mereka masing-masing, bahkan dia menegur kedua gadis itu karena masih terdiam di tempat yang sama.
"Tapi kenapa? Apa kami melakukan kesalahan, Mrs?" tanya Sabrina spontan.
Emilly yang berada di samping Sabrina terlihat kaget melihat respon dari temanya, lalu menarik ujung piyama yang dikenakan oleh gadis itu, berusaha memberi isyarat untuk gadis itu supaya diam dan tidak mempertanyakan alasan wanita paruh baya itu menahan mereka berdua.
"Tentu kalian tidak melakukan kesalahan apa-apa, tapi kalian berada di tempat yang seharusnya tidak kalian kunjungi," ucap Mrs. Dallfis lalu menatap kedua gadis itu tajam. "Sekarang kalian ikut ke ruangan saya," lanjutnya.
***
Dengan terpaksa kedua gadis itu harus mengikuti perintah dari Mrs. Dallfis yang notabene adalah kepala sekolah mereka, untuk mengikutinya ke ruangan tempatnya bekerja dan Emilly bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Gadis berambut pirang menolehkan kepalanya ke samping, di sampingnya Sabrina terlihat lebih terguncang daripada dirinya. Disepanjang perjalanan gadis itu hanya diam sembari menundukkan kepalanya dan berjalan lemah tak bertenaga seolah kakinya terbuat dari kumpulan jelly. Sesekali Emilly harus menarik ujung piyama yang dikenakan oleh gadis berambut coklat itu untuk menarik perhatiannya, namun usahanya gagal karena dia terus menundukkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Psycho Killer ( Selesai )
Mystery / Thriller"Hahaha ... katakan jika kau ingin berada di dalamku, sayang." Seseorang di depannya menggeleng ketakutan. "Kenapa kau lucu sekali? aku semakin gemas dan ingin bermain-main denganmu. Sebelum kau memasukiku atau kau yang ingin aku masuki?" ucapnya y...