Dua Kepribadian

9.1K 359 2
                                    

4. Dua Kepribadian

Setelah berlalunya guru baru itu dari hadapan Emilly dan Sabrina. Mereka lantas menuju ke arah bagian asrama, di mana kamar mereka berada.

Sesampainya mereka di dalam kamar, Emilly merangkak naik ke atas ranjangnya. Sedangkan Sabrina, dia hanya diam di depan ranjang Emilly dan mengamati apa yang tengah dilakukan oleh temannya.

Emilly mendongak, dia merasa jengah terus ditatap seperti itu. Matanya balik menatap dengan sotor arti bertanya.

"Ada apa, Bri?" Emilly bertanya. Dia menatap heran ke arah temannya yang sedari tadi tak mengalihkan tatapan matanya.

Sabrina merasa ada yang aneh dari sikap yang ditunjukkan oleh temannya, bahkan dia seperti tidak mengenali sosok itu lagi setelah ia mendengar panggilan Emilly untuknya yang tidak seperti sebelumnya.

"Ada apa, Bri?" ulang Sabrina dalam hati. "Dan kenapa dia memanggilku dengan sebutan Bri bukan Sabby? Sebenarnya siapa dia?" lanjut Sabrina.

Emilly yang dari tadi menunggu jawaban dari Sabrina, lantas bangun dari ranjangnya dan mendekati Sabrina. Karena Sabrina terlalu larut dalam pemikirannya sendiri, sampai dia tidak menyadari Emilly telah berada di depannya.

"Kau kenapa, Bri?" tanya Emilly lagi yang kini telah berada tepat di depan Sabrina.

Sabrina terlonjak kaget, karena tiba-tiba Emilly telah berada di depannya. Pelan-pelan dia melangkahkan kakinya untuk mundur dan menjaga jarak dengan Emilly.

"Kau takut kepadaku, Bri?"

"Pertanyaan itu lagi," pikir Sabrina. "U-untuk apa aku t-takut kepadamu, Emmy." jawab Sabrina gugup.

"Tapi wajahmu mengatakan begitu." balas Emilly sembari mendekati Sabrina.

Wajah Sabrina memucat dan dia seperti membeku tidak bisa berbuat apa-apa, sampai sebuah jari membelai pipinya. Ya, itu adalah jari milik Emilly.

"Ssttt ... jangan takut kepadaku, Bri. Karena aku tidak mungkin menyakitimu dan satu lagi jangan panggil aku Emmy karena aku bukanlah dia," ucap Emilly yang membuat kerutan di kening Sabrina bertambah.

"A-apa maksudmu, Em?"

"Sudah kukatakan jangan panggil aku dengan sebutan itu!" Emilly mendesis marah.

"B-bukankah kau memang Emmy, temanku sekaligus kakakku?"

"Haha ... kau tidak bisa membedakannya ternyata." Emilly tertawa puas seolah pertanyaan yang ditanyakan oleh gadis itu adalah sesuatu yang pantas ditertawakan.

Membuat kerutan di kening Sabrina bertambah banyak dan dia benar-benar ketakutan.

"A-apa maksudmu?" tanya Sabrina.

"Bukannya kalian lebih dari teman. Tapi kenapa kau tidak menyadarinya," ucap Emilly.

Lagi-lagi otak Sabrina terasa lumpuh untuk mencerna apa yang dikatakan Emilly.

"Apa kau tidak tahu jawabannya, Bri?"

Spontan kepala Sabrina menggeleng.

"Tentu saja kau tidak tahu." ucap Emilly.

Setelah Emilly mengucapkan itu, gadis itu berlalu dari hadapan Sabrina menuju ke kamar mandi.

***

Langit malam ini tampak mendung. Angin berembus dengan kencang menggoyangkan pepohonan di luar, seolah sesuatu yang mengerikan akan datang lebih tepatnya badai itu akan datang kembali seperti kemarin.

The Psycho Killer ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang