satu

27K 474 0
                                    

Gadis berumur 14 tahun tersebut berjalan keluar dari kelasnya dengan tergesa-gesa sambil memeluk benda yang ada di tangannya. Hendak menuju tangga kelas untuk turun .

"Bella!" seru seseorang dari belakang, ternyata bu Melya baru saja memanggilnya.

"Iya, ada apa bu?" ia menghampiri gurunya yang masih berdiri di tempat.

"Ini ada buku punya Gavin ketinggalan dan besok ada pr, kalau kamu ketemu sama dia di bawah nanti tolong kasih ya." Bella hanya mengangguk sambil mencerna perkataan bu Melya, seketika ia mencelos mengetahui siapa pemilik buku tersebut.

"Kalau nggak ketemu gimana bu?"

"Ya kamu kerumahnya." Bella terlojak kaget, matanya melebar kepada gurunya yang tersenyum. Guru itu tidak tahu apa-apa mengenai Bella.

"Hahaha kamu nggak usah kaget gitu ah, ibu bercanda. Kamu kasih ke temannya saja nanti suruh temannya yang mengantarkan."

"Oh, iya bu." ucapnya pelan dan berlalu dari koridor kelas 9 dimana kelas ia dan Gavin berdiri sebelahan.

"Citra!" teriak Bella dari kejauhan. Karena merasa terpanggil, si pemilik nama itu menoleh ke kanan-kiri mencari sumber suara.

"Eh, gue disini!" teriaknya lagi, Citra menghampiri Bella sambil menyengir tidak jelas.

"Lo liat Gavin nggak?" ucap Bella dengan nada sedikit kencang. Citra yang kaget mendengar Bella baru saja meneriaki nama gebetan nya sendiri langsung was-was dengan sekitar.

"Tumben banget? Awas ketahuan." Citra memperingati temannya itu, tapi Bella malah mengerucutkan bibirnya.

"Dengerin dulu makanya, nih buku Gavin ketinggalan dan gue harus ngasih ke dia. Bantuin dong!" muka Bella memelas membuat Citra mau tidak mau membantunya.

"Tuh Gavin ada di parkiran motor, cepetan gih ambil kesempatan lo." Citra langsung mendorong-dorong punggung Bella menuju tempat parkir.

"Eh, tapi temenin dong, lo tunggu dimana gitu tapi jangan jauh-jauh dari gue. Sumpah gue bakal malu nih inikan pertama kali nya." Ucapnya setengah berbisik.

"iya iya bawel, gue tunggu disana aja gimana?" Citra menunjuk pohon rindang yang tidak jauh dari tempat parkir.

"Oke!" Senyum Bella mengembang di wajahnya, ia merasa beruntung kalau saja tadi dia tidak mengambil tempat pensil yang ketinggalan, pasti dia tidak akan dipanggil bu Melya untuk memberikan buku tulis tersebut pada Gavin.

Tarik napas dan buang. Itulah yang dari tadi Bella lakukan sebelum mengambil langkah kearah Gavin yang tengah memegang helm sambil berbincang dengan teman-temannya. Walaupun temannya hanya tiga tetapi tetap saja tidak menghilangkan kegugupannya. Siapa sih di sekolah ini yang tidak kenal Gavin? benar-benar anak yang anti sosial! terdengar berlebihan, tapi memang benar adanya.

Dengan sepenuh keberanian, Bella pun berteriak memanggil nama laki-laki pujaannya.

"Gavin!"

Laki-laki yang tengah tertawa sambil mengobrol itu disenggol oleh salah satu temannya, dan Gavinpun menoleh ke belakang. Dengan sisa-sisa keberanian yang ada padanya, ia mencoba melangkahkan kakinya mendekati Gavin yang menatapnya dengan wajah datar, sama sekali tidak memberikan suasana selamat datang pada diri Bella.

"Em, ini buku lo ketinggalan, tadi bu Melya kasih ke gue." Bella mengucapkannya dengan secepat mungkin untuk menutupi kegugupannya. Gavinpun ngambil bukunya dari tangan Bella.

"Oh, iya, ketinggalan." ucap Gavin dengan amat datar, entah suaranya begitu atau bagaimana tapi sukses menceloskan hati Bella. Ia yang tadi sedikit menunduk langsung menatap wajah Gavin dengan tatapan tidak percaya.

Bukan, bukan karena suara Gavin yang tidak mengenakan, tapi karena suatu hal yang Bella tidak menyangka laki-laki itu bahkan tidak menyebutkannya sama sekali.

"You Are Welcome!" Ucap Bella dengan lantang lalu pergi. Gavin dan teman-temannya terlihat kaget dan bingung dengan perubahan sikap Bella yang sekarang sudah berjalan keluar gerbang sekolah menghampiri temannya.

-

"Ngeselin banget sih!" Bella menggeletakan tasnya sembarang tempat kemudian duduk diatas kasurnya beralaskan seprai biru muda.

Masih berselimuti perasaan kesal, tiba-tiba kasurnya bergetar. Ia menoleh kesamping dan menemukan ponselnya bergetar menandakan notif masuk.

"Ini siapa coba yang nge-Whatsapp." Gerutunya.

Gavin
thanks ya buku nya. Sorry kalo gua tadi lupa ngucapin haha.

Layaknya api disiram air, hatinya berubah teduh melihat isi pesan yang Gavin kirimkan.

Dia nggak lupa.

"Ini serius?" Saking tidak percayanya, ia sampai lupa untuk berteriak dan segala macam hal yang di lakukan perempuan jika mendapat pesan dari laki-laki yang disuka.

Bella
Sama-sama, iya gapapa kok.

1 detik

5 detik

1 menit

5 menit

10 menit ....

"Kenapa gue balesnya cuma gitu doang coba?!"

-

"Bells jangan bengong terus deh, udahlah gapapa, lagian salah sendiri lo balesnya gitu doang." ucap Citra sambil memakan batagornya.

"Ah nggak tau lagi deh, ngeselin banget. Abisnya gue kan masih dengan tatapan nggak percaya gitu." Bella menyuap baksonya buat-bulat saking kesalnya karena balasan kemarin.

"Lebay deh, makan yang bener dulu sana." Citra menatap Bella dengan tatapan jijik, sedangkan yang ditatap tidak peduli sama sekali.

"Yaudah lah ya, bentar lagi tuh mau UN lupain dulu lah si Gavin Uzfar Atrama itu."

Bella menatap Citra dengan serius sambil menyendoki mulutnya dengan bakso lagi, lalu balik menatap mangkuknya yang sudah setengah habis.

"Pikir aja deh, toh walau ada yang suka sama Gavin gak keliatan, kecuali lo tuh." Bella langsung menatap Citra sambil mengangkat kedua alisnya yang hampir terbilang sempurna itu.

"Maksud lo?!" pekik Bella, Citra yang takut terkena muncratan kuah bakso dari mulut Bellapun memundurkan badannya menjauh.

"Dari cara lo ngeliat dia, gerak gerik lo, itu keliatan kali lo suka dia." ucap Citra, Bella hanya dapat mendengus kesal.

"Bodo amat deh ketauan, tapi tenang aja gue bakal mencoba buat nggak doi terus."

"Gue pegang omongan lo."

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang