enam belas

3.9K 152 1
                                    

AL POV

Bodoh. Bodoh. Bodoh.

Gue bener-bener kalap tadi bentak Bella yang faktanya dia gak bisa dibentak seenaknya aja.

Gue menelusuri seluruh sudut sekolahan dan gue gak nemuin siapa-siapa karena ini masih jam pelajaran tapi, kemana dia?

Dia yang biasanya hobby ke kantinpun juga gak ada disitu, "Al?" seseorang menepuk pundak gue

Gue menoleh sekilas, tanpa melihat mukanya gue udah tau siapa yang dateng, "Kenapa Zar? Gue lagi sibuk."

"Eh? ini gue kesini mau bantuin lo nyari siapa tau cepet ketemu." ujarnya

Gue terus berjalan sambil mendengar usul dari Zara, tapi ada benarnya juga. "Yaudah kalo gitu, lo cari disana ya." gue menunjuk kearah perpustakaan, laboratorium dan ruangan-ruangan lainnya.

Zarra mengangguk menyanggupi, "okedeh" dan dia pergi.

Gue menyusuri roof top gedung kelas 11, dan disitu gue menemukan Bella yang tengah duduk di salah satu kap mesin kipas ac, memandang lurus kearah pemandangan atap perumahan diluar sekolah.

Kaki gue melangkah pelan-pelan agar dia gak tau kalau gue disini, tapi perkiraan gue salah besar, "Lo ngapain kesini?" Tanyanya dingin

Kaki gue masih melangkah mendekat kearahnya, "Gue mau minta ma-"

"Save your bullshit, gue gak mau denger apapun itu kita gak bisa berteman kalau kayak gini terus." Rasanya hati gue mencelos sekarang mendengar apa yang dia bilang barusan, Bella menoleh kearah gue, dengan cepat gue menarik kedua pergelangan tangannya dan mendekapnya kedalam pelukan gue

Dia memberontak, tapi gue kekeuh menahannya, "Al lepasin gak! Gue benci sama lo, lo selalu ngelakuin apapun semau lo!" Bella memukul gue menggunakan kedua tangannya keras-keras, berusaha lepas dari pelukan ini.

Gue bener-bener gak ngerti jalan pikirannya sekarang, "Tapi gue gak mau lo benci sama gue, sorry Bell" unfortunately, dia dorong gue dengan kencang dan parahnya lagi matanya berair.

"Too late, gue gak bisa ya yang namanya deket-deket sama orang yang gak ngertiin gue sedikit, selalu sewot, lebay, protective, lo tuh makin kesini makin gak banget ngebentak-bentak gue gak-"

"Gue gak ngerti ya Bell apa yang lo bicarain dan mengarah kemana, tapi gue begitu karena gue suka sama lo apa salah kalau gue bersikap seolah gue gak pengin lo diambil dia?!" Bella terdiam, matanya membelalak mungkin karena pengakuan gue barusan. Gue harus ungkap semuanya sekarang kalo gak, kapan lagi?

"Gue, entah kapan punya rasa sama lo tapi gue yang terlalu payah buat ngutarain itu semua," gue menarik napas dalam-dalam dan berjalan memperkecil jarak antara gue dan Bella

"Gatau kenapa lo selalu buat gue senyum walaupun cuma liat dan dengerin lo yang terus ngoceh gak jelas dan kadang bikin gue ketawa," gue tersenyum kecil mengingat tingkah Bella yang selalu heboh menceritakan sesuatu sampai membuat kita berdua ketawa ngakak gak karuan

"Dan gue juga ngerasa senang kalau ternyata gue dibutuhin dihidup lo, cara lo ngebujuk gue agar mau nurutin keinginan lo itu selalu buat gue berharga sebagai orang yang selalu ada disamping lo." Bella masih terdiam, matanya menatap kedua sepatunya. Angin diatas roof top bertiup membuat helaian rambutnya sebagian menutup wajahnya

"Gue tau, ini emang bukan waktu yang pas dan gak akan ada waktu yang pas tapi gue gak bisa nyimpen ini semua lagi lo-"

"Stop." dia mengeluarkan suaranya tanpa menatap gue sedikitpun.

"What?"

"I said stop, gue gak mau denger apa selanjutnya yang bakal lo utarain." dada gue bergemuruh hebat, dia memutar arah badannya berjalan menjauh tapi tangan gue berhasil meraih pergelangan tangannya yang dingin?

"Tapi gue belum selesai ngomong Bell, gue-"

"Cukup! Gue... Gue gak bisa nerima perasaan itu Al, gue gak bisa." Gue mengangkat dagunya, agar kedua mata hitamnya dapat menatap mata gue

Seakan jika gue bisa melihat kedua matanya, ucapannya akan terbukti kalau dia sedang berbohong. "Sekarang jawab kenapa gak bisa? Kenapa?" Dia diam gak bergeming

"Bella jawab!" Ucapan gue menaik satu oktaf

"Lo harusnya tau jawabannya, gue gak bisa nerima cinta itu, lo hanya sebatas teman yang selalu ada disamping gue, Al di hidup gue, lo sahabat terbaik sama kayak Citra, Amanda, Dea. Gue-" napas gue memburu menunggu kelanjutannya, "Gue masih suka sama dia." Dan detik itu juga badannya ambruk tepat dibahu gue.











seriously, gue gak tau apa yang barusan gue tulis ini-_- rada apa ya, gimana gitu mungkin? yah seenggaknya gue menyelesaikan chapter ini semampu gue hehe. di multimedia ada yang patut dilirik tuh. Yah walaupun itu lagunya gak terlalu mewakili chapter ini, tapi lagunya mewakili Al banget deh intinya muahahaha. vomments!! x


Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang