empat belas

4.4K 164 6
                                    

AL POV

"Kak, gue berangkat dulu." gue berjalan menuju motor yang sudah terpampang didepan halaman

"Iya hati-hati!" gue langsung menaiki motor tersebut dan pergi kerumah Bella

Gue bingung, apa yang gue rasain sekarang sama Bella mulai melebihi kata gak normal. Dulu gue masih bisa ngontrol apapun itu yang Bella lakuin tanpa gue harus sewot, tapi sekarang? Semenjak ulang tahun Bella, Gavin dengan seenaknya muncul dihadapan Bella lagi

Ternyata, dia percaya diri juga buat nunjukin diri ke orang yang udah dia sakitin, dan wajar kan laki-laki punya rasa takut? takut seandainya perempuan yang dia suka ternyata masih menyimpan rasa buat orang lain?

Gue heran sama cewek, kenapa sih? Orang yang selalu nyakitin dia harus selalu dipertahanin? diharapin?

Gila, gue mulai kayak anak cowok alay yang ababil, yang baru kenal apa itu cinta-cintaan.

Yah walaupun gue cuma 2 kali jatuh cinta, tapi gue masih ngerti gimana harus bersikap.

Al: gue di dpn

Hanya pesan singkat dengan menyingkat kata yang selama ini gue dan Bella jalanin, boring.

Pintu rumah terbuka, keluar sosok yang selama ini gue kenal baik. Bella berpamitan kepada Bibinya dan berjalan menuruni tangga teras rumah kearah gue

Keliatan jelas banget raut wajahnya berubah tegang dan kaku.

"Lo....tau rumah Zara, kan?" Tanyanya sedikit ragu, gue hanya mengangguk sekali dan menatap jalanan lurus didepan

Akhir-akhir ini sifat gue harus cuek tapi gue gak mau kayak gini juga.

Oh iya, gue inget alasannya, semenjak Gavin yang sering gue pergokin suka main kerumah Bella.

Dia dateng bawa cokelat kesukaan Bella. Apa sih yang dia gak sukain? Pasti Bella langsung menyambut cokelat pemberian itu dengan senang hati, terus ngobrol asyik di dalam rumah sama orang yang notabenenya-heartbreaker-dia-sendiri.

Cemburu gue sekarang mulai gak wajar.

Selama dijalan gak ada suara apa-apa kecuali suara mesin, otak gue udah terlalu penuh buat mikirin hal-hal untuk nyairin suasan yang terlanjur dingin ini, sampai tiba dirumah Zara.

"Ah akhirnya kalian dateng juga!" sambut Zara dengan cengiran khasnya, gue membalas dengan senyum tipis

"Ayo masuk, bunda udah masakin macem-macem loh buat kalian" matanya berbinar menceritakan bagaimana senangnya ia memiliki teman di Jakarta, dia juga menceritakan ketakutannya jika pindah dari Bali ia tidak akan memiliki teman yang baik, dan seperti biasa Bella membalas cerita Zara dengan antusias

"Well, kita kapan ngerjain tugas?" Tatapan mereka berdua berubah tegang melihat kearah gue yang tiba-tiba angkat bicara to the point.

"E-eh iya, kita langsung mulai aja yuk" Zara melirik kearah buku dan membukanya satu persatu, gue melirik sekilas kearah Bella yang sedang menunduk seperti memikirkan sesuatu

"Wah, akhirnya selesai juga tugas nyusahin satu ini! untung Zara jago ngerangkai poem ya," gue melirik Bella yang menatap hasil karya Zara, sedikit bantuan dari gue dan Bella dengan takjub

Rambutnya yang jatuh dari selipan telinganya buat gue pengin memainkannya, cengiran dia yang buat gue ikut senyum itu akhirnya hadir lagi

Tapi gue bisa apa? You sucks, Al. Lo nol besar untuk soal kayak gini.

"Ah iya Zara, gue mau liat kamar lo dong! Pasti ada barang-barang vintage lucu kayak hiasan disini," raut wajah Zara berubah tegang menatap Bella, gue disini hanya memperhatikan

"Eh iya boleh, tapi..."

"Tapi?" Bella mengerutkan keningnya

"Sebentar aja ya, kamar gue gak terlalu rapih," ujar Zara ragu, kayak ada yang aneh.

"Yaelah Zar, kamar gue juga gapernah yang namanya rapi haha," Bella bangkit dan diikuti oleh Zara

"Al?" Panggil Zara yang sudah menatapku dalam

"Oh gue mau ke kamar mandi, kamar mandi dimana?"

Zara mengerjapkan matanya, "di dapur terus belok kanan aja,"

"Sip." Gue berjalan menuju dapur untuk arah ke kamar mandi, tapi setelah gue melihat di sisi pintu kiri yang sedikit terbuka yang memperlihatkan banyak balon dan kertas yang menggantung ditalinya masing-masing, gue mengurungkan niat gue buat ke kamar mandi.

Ada yang warna pink, merah, kuning, hijau, biru-intinya mejikuhibiniu dan lain-lain. Gue mengambil sepucuk surat dari balon berwarna biru, huruf kapital yang bertulisan 'Kedamaian' ini pasti judulnya, Puisi. Balon-balon ini menerbangkan puisi yang Zara bikin. Gue takjub, pasti. Karena baru kali ini gue liat hal begini

Disudut ruangan ada balon warna hitam, gue jalan mendekati balon tersebut dan membaca judulnya, 'Yang Putihpun Memiliki Sisi Hitam'. Apa Maksudnya?

"Al!" Raungan Bella buat gue berlari keluar dari tempat tersebut menuju dapur, Bella berdiri dengan wajah yang ingin menangis. Sorot matanya seperti habis kecewa berat. Gue khawatir? Pasti. Buktinya gue langsung lari kearah Bella

"Ada apa? Kenapa muka lo begitu?" Gue gak bisa pura-pura gak peduli lagi, gue membelai rambutnya berusaha membuat dia tenang

"Gue mau pulang, sekarang." Ucapnya, dan disaat itu juga gue langsung pamit membawa Bella pulang










vomments ya, mwah :*


Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang