Ku genggam erat biola tua mama. Dia tampak tersenyum padaku. Dengan wajah pias yang dipadu noda merah. Segera kuberlari kearahnya dan ingin kupeluk dia dengan erat.
Tapi mama mendorongku menjauh. Aku tambah histeris. Terus saja ingin memeluknya. Tapi usahaku tidak berhasil. Sebuah peluru mendarat mulus tepat dipelipis mama.
Aku takut!! Siapapun tolong aku!! Melihat wajah bidadari yang kusayangi tergeletak tak berdaya dengan genangan darah disekujur tubuhnya. Kurengkuh tubuhnya dan kupeluk erat-erat.
"Ja..ngan s..ia si..akan o..rang ya..ng ber..harga mut..hia. Ba..hag..ialah" ujar mama dengan senyum yang semakin pudar
Kupeluk semakin erat tubuh mama, rasanya dingin menjalar ketubuh mama. Kulepas jacket yang kukenakan dan kuselimuti dia. Mama pasti kedinginan.
Aku terperanjat kaget. Mimpi itu, sudah lama aku tidak memimpikannya. Kejadian yang tidak akan pernah kulupa. Pesan terakhir untukku.
Langsung aku menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Kulihat wajah seorang wanita dikaca menatapku. Ingin kuraih wajah itu, wajahnya mirip Mama.
Kuelus pelan wajah tanpa ekspresi dihadapanku. Ini wajah yang diturunkan mama padaku. Disana aku dapat melihat senyumnya.
Sayangnya, aku tidak dapat memverikan senyuman lagi kepada orang disekitarku. Aku tidak ingin mereka bersamaku. Lebih baik aku sendiri.
Ketukan pintu menyadarkanku dari lamunan. Segera kubuka pintu dan menuju keluar. Baru beberapa langkah, tanganku ditarik membuatku berbalik menghadap lelaki dengan mata hitam pekat itu.
Dia menatapku dengan tatapan cemas. Lalu seulas senyum terukir diwajahnya. Dia menarikku jatuh kepelukannya. Dia memelukku dengan erat.
"Kau adik yang tak tau sopan santun" ucapnya dengan kekehan.
Aku membalas pelukannya dengan erat. Mungkin nanti Theo akan pergi dariku setelah ada wanita yang dicintainya.
"Kau adalah orang teraneh yang kutemui" ucapku padanya tanpa ekspresi lalu melepas pelukannya dan pergi menuju kamar
Masih dapat kudengar suara tawa bahagianya itu. Dasar Theo aneh
---Broken Heart---
Hari minggu pagi. Waktuku untuk bermain bersama Mama di pavilliun taman. Disana aku dapat melihat pemandangan indah yang jarang kutemui.
Kubawa biola peninggalan Mama dan berjalan kesana. Ditempat ini, jarang ada orang yang kemari. Disini adalah taman tersembunyi yang dibangun Mama untuk mengajariku bermain biola.
Biasanya hanya orang orang tertentu yang bisa masuk kesini. Tapi lelaki di malam hujan itu bisa kesini mungkin karena anugrah.
Segera kuambil tempat kesukaanku. Dan mulai bermain Biola. Kuharap permainanku bisa didengar oleh Mama.
Dapat kulihat Mama dengan senyum menawan didepanku. Aku sangat ingin memeluknya, tapi tanganku sedang bermain. Aku hanya dapat tersenyum tipis padanya. Senyuman yang tipis.
Mama menghilang terbawa angin, aku sudah biasa melihatnya. Tapi kali ini wajah Mama diganti dengan wajah seseorang dengan mata coklat.
Wajahku kembali tanpa ekspresi dan tanganku berhenti bermain. Kutatap mata coklat itu. Disana ada...
"Kenapa kau menangis?" Tanyanya dengan mimik muka yang aneh
Aku mengerutkan dahi, lalu kembali mengangkat Biola dan bermain dalam fantasiku. Kututup mataku dengan erat, disana aku melihat sepasang mata coklat yang bersinar.
Mata yang memiliki cahaya kehidupan. Bagai ada dunia didalamnya. Mata itu membuatku ingin menggapainya dan masuk kedalam dunia yang ada disana.
Seketika aku sadar. Aku membuka mata dan menatap lelaki didepanku. Menurunkan Biola Mama dan menatap matanya. Siapa dia?
"Hai, aku Awananda Jhory. Panggil aja Awan" ujarnya dengan senyuman mengembang sambil menjulurkan tangan
Kujabat tangannya tanpa ekspresi "Muthia" ujarku dan segera bangkit dari pavilliun dan segera pergi
Hari minggu dengan Mama kali ini berantakan karena seorang Awan.
---Broken Heart---
Theo berlari kearahku dengan senyum yang mengembang. Merentangkan tangan dan siap merengkuh tubuhku. Segera aku menghindar dan membiarkan dia masuk kedalam kolam ikan.
"Akhh.." ujarnya lalu keluar dari air hijau itu. Dia menatapku sengit, aku membalasnya dengan delikan tajam
Sepersekian detik berikutnya Theo tertawa "Dasar adik tak punya sopan santun" ucapnya lalu mendaratkan sebuah kepalan dikepalaku.
Aku berbalik dan terus berjalan, meninggalkan kakak aneh itu yang sedang mengumpat. Bukan urusanku ini.
---Broken Heart---
"Muthia" ujar seorang wanita cantik berambut hitam legam didepanku tanpa ekspresi.
Dia bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkanku sendiri. Wow, dia pergi. PERGI. Aku yang semenawan ini ditinggalkan seorang wanita? No. Aku akan membuatnya terpukau dan meleleh karena pesonaku.
Kuikuti Muthia dari belakang. Diarah berlawanan, ada seorang lelaki datang menghampiri Muthia dengan tangan terbuka. Cih, aku tidak bisa membiarkannya memeluk bidadariku.
Cepat cepat aku berjalan. Tapi, ku lihat dia menghindar dari pelukan lelaki itu. Membiarkan dia masuk kedalam kolam ikan berair hijau pekat. Pffttt... aku tak bisa menghentikan tawaku. Kututup mulutku rapat rapat dan kembali bersembunyi dibalik pohon.
'Mengagumkan' satu kata untuknya
---Broken Heart---
Pagi ini, aku berniat mendatangi tempat yang mempertemukan aku dengan Muthia. Seorang wanita dengan wajah dingin.
Disana aku melihatnya memainkan jari jari lentiknya untuk membuat alunan nada nada indah yang menghanyutkan hati.
Aku melihat ada seorang lelaki mendekat ke arah Muthia. Sepertinya dia kenalan sama Muthia. Tapi setelah itu Muthia pergi tanpa menghiraukan lelaki itu.
Rasanya aku ingin ketawa, tapi kuurungkan karena melihat lelaki itu mengikuti Muthia. Jangan-jangan dia mau... abaikan.
Aku menguki lelaki yang mengikuti Muthia. Di arah yang berlawanan, ada seorang lelaki yang berlari. Dia.. dia Theo. Salah satu teman satu perjuanganku saat SMP.
Theo ingin memeluk Muthia, tapi Muthia menghindar sehingga Theo masuk kedalam kolam dengan air yang hijau. Saat ini aku ingin tertawa melihatnya. Muthia benar benar 'unik'
---Broken Heart---
Yee... selesai juga!! Typo? Maklumin aja
Ceritanya datar? Nanti juga ada actionnya. Jadi sabar ya..Vomentnya ya..
Aligato gozaimasu
Konbanwa!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Heart
RomanceMatanya indah, memancarkan sejuta kehidupan. Mungkin dia memiliki seribu kejutan untuk orang disekitarnya. senyumannya memberi semangat untuk orang yang hancur sepertiku. Namanya Awan -Muthia Valindry Dia seperti seseorang yang dikendalikan, begitu...