Muthia pov
Sejak tadi, aku dapat melihat Theo tersenyum. Saat sampai dipekarangan sekolahpun Theo sempat mencium pipiku. Biasanya ia melakukan itu disaat Theo sedang sangat bahagia.
Dia bilang, aku sangat imut dengan muka polosku. Tapi aku tidak menghiraukannya, dan segera pergi menuju kelas.
Karena sekolah kami berbeda, aku tidak mengetahui apa yang membuat kakak kembarku itu sangat bahagia. Mungkin dia menemukan seseorang yang dapat membuat hatinya luluh.
Seorang gadis menghampiriku dengan mata berbinar "Nama kakak kak Mithiakan?" Tanya gadis itu yang dibalas anggukan olehku.
Lalu dia memelukku erat "Nama aku Alea kak, salam kenal ya" ujarnya lagi
Aku menatapnya heran "Sesak" ucapku memperingatinya. Gadis-maksudku Alea segera tersadar dan melepas pelukannya. Dia memberiku senyuman yang nampak indah.
Walau begitu, aku tidak menghiraukannya dan terus berjalan memasuki kelas sampai seseorang menahanku "Ada yang manggil tuh" ujarnya.
Aku berbalik dan mendapati seorang lelaki yang kemarin membuat keributan di rumahku. Revandy.
Aku menatapnya datar, lalu melirik tanganku yang masih dicengkram olehnya. Saat mengikiti pandanganku, dia tergagap salah tingkah dan segera melepasnya.
Gadis itu menghampiriku lagi dengan nafas terengah engah "Kak Muthia, aku mau ngucapin terima kasih dan ini untuk Kakak" ujarnya memberiku sebuah kotak hitam.
Lalu Alea membungkukkan sedikit badannya "Aligato" ujatnya lalu segera berlalu sambil melambaikan tangan "Ja mata" ujarnya lagi lalu menghilang dibalik tikungan.
Aku menatap kotak hitam yang tadi diberikan Alea. Tanpa membukanya aku segera berlalu meninggalkan Revandy.
---Broken Heart---
"Hay my sister" ujar Theo sambil melambaikan tangan kearahku. Tampak siswi siswi lain yang melewati Theo sambil tersipu dan berbisik bisik. Tanpa Theo sadari, dia telah membuat gadis gadis itu terpesona.
Segera saja aku masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan wajah Theo yang berubah menjadi muram. Tak ku hiraukan ceramahan yang melantun bagai lagu yang merusak telinga dari Theo tentang sopan santun.
Aku merogoh buku yang tadi sempat kupinjam dari perpustakaan sekolah dan membacanya dengan seksama.
Tak
Sebuah sentilan yang cukup keras mendarat dikeningku membuat perhatianku teralihkan kepada sang pemilik tangan "Hey, basic nerds. We've got home princess" ujar Theo dengan seringai menyebalkan
Segera kubuka pintu mobil dan masuk menuju kamar untuk mengganti pakaian. Setelah selesai aku segera menuju pintu keluar sebelum terdengar suara handphone yang berdering.
Kuurungkan niatku untuk berlatih, segera kulihat nama yang terpampang di sana. Nomer tak dikenal, ragu ragu aku angkat.
Lalu terdengar suara berat dari sana "Thia, apa kabar?" Ujar seseorang disana
Tubuhki membeku, aku ingin menyumpah serapah pada seseorang disana. Tapi suaraku hanya sampai ditenggorokan. Kakiku bagai daging tanpa tulang, aku meluruh kelantai yang dingin.
Kucengkram erat pinggiran kasur yang ada disampingku. Keringat dingin membasahi keningku, suara seseorang disana masih terus terdengar.
Cepat cepat kutarik tombol merah pada layar lalu melemparkan smartphone itu diatas kasur. Ingin rasanya segera berlari, tapi aku hanya dapat berjalan sambil bertumpu pada dinding kamar.
"Theo..." ucapku lirih. Mungkin dia tidak mendengarnya, tapi ini adalah suara maksimal yang bisa kukeluarkan saat ini.
Kepalaku terasa berat, pandanganku berkunang kunang, lalu gelap menghampiriku dan aku termakan gelap itu.
---Broken Heart---
Theo pov
Adik kecilku yang dulu bagai bunga yang mekar sekarang tampak seperti es yang dapat membuat sekelilingnya beku.
Terkadang, aku ingin melihatnya tersenyum walaupun hanya mengangkat 0,5 mm bibirnya keatas. Hampir semua cara kulakukan, tapi semua itu sia sia.
Terdengar deringan handphone dari kamar Muthia, tapi sepertinya tidak ada yanb mengangkat. Tanpa gikit panjang, kakiku menghampiri kamarnya dan mengetuk pintu.
Tidak ada jawaban, mungkin Muthia sedang latihan seperti hari hari biasanya. Kuputar kenop pintu, dan ternyata tidak dikunci.
Saat aku masuk, kudapati sebuah pemandangan yang sudah jarang kutemui dua tahun terakhir ini. Tubuh yang tak berdaya tergeletak dilanyai yang dingin.
Aku panik! Segera kuhampiri Muthia dan kutepuk tepuk pipinya. Tidak ada reaksi yang berarti. Tanpa aba aba, segera ku gendong dia dan menidurkannya dikasur.
Aku tarik selimut sampai menutupi tubuhnya. Saat tanganku menyentuh keningnya, panas menjalar ditanganku. Wajahnya pucat dan peluh banyak terdapat dikeningnya.
Aku khawatir dengan keadaannya. Segera kuraih smartphone dikantong celanaku dan kutelpon Dokter keluarga Randy
---Broken Heart---
Hati-hati typo bertebaran.
Gimana part ini? Masih datar?
Nanti aku tambahin konflikVote dan commennya ya ditunggu!
Aligato
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Heart
RomanceMatanya indah, memancarkan sejuta kehidupan. Mungkin dia memiliki seribu kejutan untuk orang disekitarnya. senyumannya memberi semangat untuk orang yang hancur sepertiku. Namanya Awan -Muthia Valindry Dia seperti seseorang yang dikendalikan, begitu...