Part 6

33 6 0
                                    

"Jangan mendekat!!" Ujar seorang lelaki kepada Davin sambil mengarahkan sebuah pistol kepelipisku.

Aku mencoba melepas kekangan dileherku. Tapi semakin aku coba, kekangan itu semakin erat.

Disana, seorang lelaki yang kucintai tampak gelisah dengan wajah yang dipenuhi keringat dingin. Wajahnya yang berseri tampak pias. Nafasnya tidak teratur.

Lelaki dibelakangku berjalan mundur bersamaan denganku yang ditarik paksa olehnya. Sekarang aku menjadi sandra. Aku takut! Siapapun tolong aku!

Pandangan lelaki dibelakangku masih tertuju kepada sosok lelaki yang kucintai. Ini kesempatanku untuk bebas. Ku gigit kuat kuat tangan yang mencengkram leherku sampai dia menjerit. Lalu secepat mungkin aku berlari menghampiri Davin.

Davin merentangkan kedua tangannya untuk memelukku. Tapi aku terlambat, sebuah peluru menuju lebih cepat dariku menghampiri Davin. Tubuhnya masih sanggup berdiri dan berhalan perlahan menghampiriku.

Air mataku tak bisa kutahan. Aku fikir, hanya satu kali aku akan kehilangan eseorang yang kusayang? Apa aku harus kembali kehilangan lagi? Apa yang aku perbuat sampai mereka harus mengorbankan nyawanya untukku?

Aku belum sempat memvahagiakannya. Untuk sekali saja, aku harap waktu dapat kembali berputar. Tubuhnya merengkuhku dalam pelukannya. Aku hanya dapat terisak. Inikah akhir dari semua yang kami lalui bersama?

Aku tidak rela. Aku masih ingin bersamanya. "Thia, aku akan tetap melindungimu apapun yang terjadi. Carilah kebahagiaanmu" ujarnya parau

Lelaki yang tadi menembaknya sudah dulu berlari. Disini jarang ada penghuninya. Aku tidak bisa menyelamatkannya. Peluru yabg bersarang pada dada kirinya, aku tidak bisa mengambilnya.

Matanya bertambah sayu. Cepat cepat akh sekuat tenaga membopongnya walaipun aku tidak kuat. Aku harus...aku harus menolongnya. Ini harapanku.

Tapi... aku kehilangan dia...

Sayup sayup aku mendengar suara isak tangis dan permohonan maaf. Aku tidak mengerti kenapa seseorabg dengan suara berat disamping tubuhku terus saja mengucapkan permintaan maaf.

Aku menoleh dan mendapati seseorang yang sangat kukenal, Theo. Aku memberikannya senyuman yang mungkin tidak bisa disebut senyuman. Kuelus pelan rambut hitamnya sampai dia menoleh dengan mata berbinar.

Theo segera memelukku dan mengucapkan terima kasih. Ada apa dengannya? "Aku fikir, kamu bakalan pergi dati aku" ujarnya masih memelukku.

Aku melepas pelukannya dan mendelik "Berhenti bersikap kita adalah pasangan" ucapku. Dia ini terlalu lebay orangnya.

---Broken Heart---

Tadi aku sempat melihat kotak hitam dan saat aku buka, ternyata itu adalah kotak musik dengan seorang pemain biola didalamnya. Aku baru ingat kalau Alea, gadis yang kutemuai kemaren memberikannya.

Entah kenapa, aku merasa senang. Perasaan yang sudah lama hilang. Aku berharap bisa menjadi seperti dulu, tapi iyu hanya anganku.

"Hai kak!" Gadis itu, Alea. Dia duduk didepanku di bangku kantin. Gadis yang ceria dengan senyuman lebar yang menawan.

Aku hanya menatapnya, tapi sepertinya dia tidak terganggu sama sekali. Malah senyumannya semakin mengembang "Kakak udah liat kotak musik yang aku kasih?" Tanyanya

Aku hanya mengangguk dan dia tampak lebih bahagia. Dia... dia tidak menghindariku? Biasanya orang yang mendekatiku akan pergi jika aku tidak menjawab pertanyaannya. Tapi dia berbeda.

Auranya menampakkan keceriaa dan kebahagiaaan yang berlipat ganda. Ini.. indah.

Alea terus saja berbicara tanpa ada yang menjawab. Perbincangan yang hanya dilakukan sendiri itupun berakhir saat bel berbunyi dan memasuki jam pelajaran.

Saat aku pulang dan mengunjungi perpustaaakaan, Alea menempel dan terus mengikutiku seperti kutu. Sayangnya dia tidak akan bisa terus menempel seperti itu karena aku akan pulang.

"Dada kakak! Sampai jumpa" ujarnya sambil melambaikan tangan saat aku sudah berlalu menaiki mobil yang dibawa Theo.

Theo yang duduk diaebelahku tampak menahan tawa. Dan memberiku senyuma yang lebar "Kamu punya temen?" Tanyanya diikuti kekehan.

Aku mendelik dan kembali membaca buku yang tadi ku pinjam dari perpus.

---Broken Heart---

Sampai didepan pintu, aku dikejutkan dengan satu bucket bunga Mawar putih dengan terselipkan memo kecil.
'Aku selalu ada untukmu' itulah yang tertulis di memo itu.

Theo yang juga melihatnya hanya memberiku senyum misterius. Sebenarnya apa yang terjadi?

---Broken Heart---

Yups, Broken Heart bukan sampai eps 5 aja ya...
Pengumuman itu cuma peringatan aja takutnya aku lupa.

Pendek ya? Maklumin aja deh
Typo? Aku emang ga teliti

Tapi makasih buat yang baca dan mau ngasih vote dan comment

Aligato!!


Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang