Part 4

39 5 0
                                    

Kimi dayo kimi nandayo

Ku tarik sebuah busur panah sampai sejajar dengan dagu. Didepan sana terdapat sebuah target dengan lingkaran merah terdapat pada tengahnya. Ku bidik lingkaran terkecil, lalu kulepas panah yang tadi kutarik.

Slep

Mendarat mulus tepat pada lingkaran terkecil. Latihanku cukup sampai disini.

Dari luar terdengar keributan yang membuatku mengurungkan niatku untuk mandi.

"Gue duluan yang mau ke Muthia!" Sayup sayup kudengar suara seseorang memanggil namaku

Lalu terdengar lagi suara yang berbeda "Gue duluan! Muthia kenalnya sama gue duluan!" Ujar suara itu.

Segera aku turuni tangga dan menuju arah keributan itu. Disana, terdapat dua orang yang sedang adu bacot, dan satu orang lagi memisahkan mereka. Ahh, aku kenal orang yang lagi merelai kedua orang itu, Theo.

Kakak kembarku itu sedang merelai lelaki yang bernama Awan dan juga Revandy. Aku kenal mereka berdua karena aku mendengar namanya.

Disaat yang bersamaan, Revandy dan Awan melayangkan sebuah kepalan tangan kearah yang sama, Theo. Kulangkahkan kakiku lebar lebar, lalu kutangkap kedua bogeman mereka.

Mereka tampak terkejut, sebelum mereka perotes, segera kupelintir tangan mereka dibelakang punggung masing masing.

"Argghhh!!" Teriak mereka bersamaan. Disusul juga gelak tawa dari arah belakang

Setelah mereka dapat tenang, ku lepas pelintiran ditangannya dan segera berlalu. Tidak lupa aku berikan tatapan tajam kepada mereka bertiga, tidak terkecuali Theo

---Broken Heart---

Awan pov

Tidak dapat kukira bahwa yang menelintirkan tanganku adalah seorang wanita. Wanita yang baru tafi pagi kukenal sedang menangis sambil bermain Biola.

Ini adalah kejutan. Kejutan untuk seorang Awananda Jhory untuk melawan seorang wanita ganas.

Theo menghampiriku, dia mengajakku masuk. Tadi setelah Muthia kembali masuk, aku sempat berkenalan dengan Theo.

Dia mengajakku-maksudnya mengajak aku dan Revandy untuk mengelilingi rumahnya. Sekarang aku berada di sebuah ruangan khusus untuk berlatih karate.

Saat Muthia memelintirkan tanganku, aku merasa terhina. Sekarang adalah waktu yang pas untuk balas dendam. Aku akan mempermalukan guru yang mengajari Muthia disini.

"Eh bro, gue mau nantangin guru yang ngajarin Muthia bela diri dong" pintaku pada Theo. Lalu terdengar tawa darinya.

Theo menepuk pundakku "lo yakin wan? Kalo lo mau balas dendam jangan deh. Nanti lo yang malu" ujarnya disusul dengan kekehan

Aku mendelik, apa maksudnya? Dia fikir aku akan kalah dalam satu babak? Tidak untuk Awan.

Theo segera pergi sambil tertawa. Ada apa sih? Selang beberapa menit, Theo kembali diikuti seseorang dengan yang mengenakan seragam karate.

Badannya lebih pendek dariku, dan.. rambutnya panjang terikat indah, poninya menjunyai jatuh menutupi sebagian wajahnya.

Oh shit, kenapa Theo membawa Muthia? Aku hanya ingin membalaskan dendamku kepada sang sensei dari Muhia.

Dapat kulihat dari kejauhan senyuman mengembang terpampang jelas diwajah tanpa penyesalan Theo. Tiba tiba aku merasakan hawa yang dingin.

Bulu kudukku meremang, detak jantungku bertambah dua kali lipat. Firasat buruk melintas diotakku.

"Awan, lo udah siap?!" Tanya Theo dari tempat yanh cukup jauh. Tanpa sadar, ternyata Muthia sudah berdiri dihadapanku dengan muka datarnya. Dia sempat menundukkan kepalanya, dan diikuti juga olehku.

Lalu Muthia memasang kuda kuda. Kakiku bergetar, Muthia melangkah maju mendekatiku. Langsung saja kulayangkan sebuah kepalan tanganku kearahnya.

Tapi dengan cepat Muthia tangkis sambil menyandung kakiku sehingga aku terjatuh.

Terdengar tepukan tangan dari tempat Theo berdiri, dapat ku lihat pula wajah Revandy yang sedang meringis.

Muthia bangkit dan memasang kembali kuda kudanya. Tidak mau kalah, akupun segera bangkit. Sekarang aku akan bersungguh sungguh menghadapi Muthia.

Tapi Muthia benar benar kuat, sampai sampai lengan kananku seperti terkilir. Dia menatapku tajam, seperti pisau yanh dapat mencincang orang yang ditatap.

Mutia mengacungkan tangannya memintaku untuk maju. Segera kubalas senyuman dan melangkah senang hati. Lalu memberikan dia kejutan dengan sebuah kepalan tangan yang kulayangkan tepat kearah wajahnya.

Hari ini adalah hari yang memalukan. Dengan cekatan Muthia mencengkramnya dan membuatku terbang dalam sekejab lalu jatuh di matras yang tidak terlalu empuk untuk ditimpa.

Pandanganku berkunang kunang, kepalaku terasa berat. Samar samar masih terlihay wajah Muthia dan Theo dihadapanku. Dan semuanya gelap

---Broken Heart---

Revandy pov

Setelah melihat kejadian yanh ditimpa Awan, sekarang aku bersama Theo berada disebuah ruangan khusus Archery. Untuk seorang gadis yang handal bermain Biola, ini adalah sebuah kejutan kedua yang kudapat dati Muthia.

"Van, gue tau lo takjub sama keahlian Muthia. Tapi lebih baik lo jangan deket-deket sama Muthia" ujar Theo yang tengah fokus dengan bidikannya.

Aku tersenyum dan menghampiti Theo yang sudah melepaskan anak panahnya menuju target "Muthia itu gadis yang unik. Gue suka sama dia" ucapku meyakinkan Theo.

Theo menatapku dengan tatapan sedih "Muthia seperti serigala yang terluka. Dia bisa menjadi ganas. Dan juga Muthia susah untuk menerima orang baru" jelasnya

Aku tertegun, seterluka itukah seorang Muthia sampai tak bisa menerima orang baru apalagi bercerita dengan teman dekatnya?

Mungkin aku baru mengenalnya. Tapi aku dapat melihat tatapan matanya yang redup. Menandakan kesedihan terdalam disana.

"Jangan difikirkan, lagi pula untuk seorang lelaki yang gagal move on sepertimu, akan susah bukan untuk menerima yang baru?" Ujar Theo dengan seringai liciknya

Aku kehabisan kata kata, dilubuk hatiku masih tersimpan rasa untuk Merisca. Tapi di hatiku yang lain aku.merasakan kehangatan yang menjalar ditubuhku saat bersama Muthia. Aku dilema.

Sebuah anak panah mengalihkan perhatianku. Anak panah yang hanya tertuju pada satu bidang dan tidak akan berbelok kearah yang lain.

"Yo, gue mau belajar manah dong" ucapku lalu mengambil panah dirak yang tertempel pada dinding.

Theo menatapku aneh lalu kembali membidik target dengan anak panahnya

---Broken Heart---

Part 4 selesai... tungguin part berikutnya ya!!

Aligato!

Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang