Chapter 1

29 1 0
                                    

Awal Perkenalan


Aku terbaring lemas di kasurku, tak bisa mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan orang normal.


Ya... tubuhku memang lemah sejak kecil, kata dokter tak ada yang bisa dilakukan, penyakitku terbilang aneh, sudah beberapa kali aku di periksa tapi tetap tidak diketahui penyebab sakitku, alat dokterpun tidak dapat mendentifikasi penyakitku.


Analisis dokter pun hanya sampai pada bahwa tubuhku akan cepat merasa lelah bila melakukan sesuatu, jantungku akan berdetak lebih kencang dan nafasku akan sesak.


Aku hidup dengan tubuh seperti ini selama 10tahun. Sedangkan umurku sekarang menginjak umur 14tahun. Oleh karena itu saat usiaku 6 tahun aku pindah ke daerah Surrey yang lebih tenang , dengan udaranya yang segar setiap pagi, membantuku menyehatkan kerja paru-paruku. Itu kata Daddy dan dokter pribadiku.


Pedesaan yang indah tapi sepi sekali untuk anak seusia ku. Aku pun tak punya teman, setiap hari yang menemaniku adalah pengasuh dan suster pribadi yang merawatku. Orangtua ku tinggal di London karena pekerjaan mereka.


Suatu hari, di pagi yang biasa, setelah aku sarapan, aku duduk terdiam dikasur sembari menatap ke luar jendela, rutinitasku yang membosankan setiap hari.


Atau terkadang jika moodku sedang baik, aku membaca buku-buku yang sudah 2 kali tamat tapi terpaksa kuulang karena kebosanan.


Saat aku sedang melamun, tiba-tiba mataku menangkap seorang anak yang kira-kira seumuranku melintas depan rumahku. Mendadak dia berhenti dan melihat kearahku, lalu dia berdiam diri seakan memastikan apa aku benar sedang melihat ke arahnya, dan saat mata kami bertemu, dia melambaikan tangannya padaku, dan tersenyum.


Aku pun membalas melambaikan tangan, kemudian dia seolah mengucapkan beberapa kata tapi aku tak bisa mendengarnya sehingga aku hanya membalasnya dengan anggukan.


Seketika dia melompati pagar dan masuk ke pekarangan rumahku dan menuju bagian bawah kamarku. "Heyy boleh berkenalan?" teriaknya.


"Maksudmu? Bagaimana caranya? Aku tak bisa bangun dari kasur." balasku.


Sejenak dia berpikir "Kau punya ember dan tali?" katanya kemudian.


"Ada, tapi untuk apa?" tanyaku.


"Sudahlah lakukan yang aku suruh, ikatkan tali pada ember lalu isi dengan kertas dan pulpen." balasnya. Aku tak begitu mengerti untuk apa itu, tapi kulakukan yang dia suruh.


Aku segera memanggil pengasuhku dengan bell. Setelah dia datang, aku meminta ember dan tali padanya yang mengerutkan kening heran karena permintaanku, tapi dia hanya mengambilkan apa yang aku minta dan tidak bertanya apa-apa.


Setelah pengasuhku pergi, aku menoleh pada anak lelaki itu. Dia memandangku seolah aku adalah sesuatu yang unik. Apa ada yang salah dengan wajahku? Tanpa sadar aku memegang wajahku dan memeriksa apa ada yang aneh diwajahku.

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang