Chapter 2

28 1 0
                                    

Orang Baru


Seperti mimpi, dia datang dan pergi begitu saja. Aku bangun lagi dari posisi tidurku, aku melihat ember dan kertas yang kuletakkan disebelah ranjangku. Aku tersenyum mengingatnya.


Kulihat lagi tulisannya yang ada di kertas itu. Tulisannya sangat rapi, padahal awalnya kukira dia akan berbuat jahat padaku.


Aku terkekeh geli saat mengingat dugaan awalku saat pertama melihat dia melompati pagar rumahku.


Lalu, aku beralih melihat tulisanku. "Apa ada yang salah dari kata-kata ku? Mengapa dia terus tersenyum dan terlihat senang? Aneh." Pikirku.


Aku bohong kalau tidak memikirkan anak laki-laki itu, yang tiba-tiba datang dan mengajak berkenalan, aku penasaran siapa dia sebenarnya, apakah dia hanya iseng mengerjaiku? Tapi untuk apa? Kami kan baru bertemu pertama kali, jadi tidak ada untungnya dia mengerjaiku.


Berbagai pertanyaan memenuhi pikiranku, tapi dibalik itu aku merasa sangat senang. Aku punya teman, tanpa sadar aku terus tersenyum, sesekali terkekeh geli.


"Wah.. wah.. ada apa Anna? Adakah yang lucu?" tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku. Aku menoleh ke asal suara dan mendapati Ny. Hudson mendekat.


"Ahh.. Ny. Hudson sejak kapan kau berdiri disana?" tanyaku.


"Baru saja Anna, tapi aku dapat melihat kau tersenyum. Sangat manis, ada apa?" Tanya Ny. Hudson padaku.


"Ah tidak ada apa-apa, aku hanya memikirkan beberapa hal lucu. Oh iya ada apa datang ke kamarku?" Tanyaku lagi.


"Makan siang sudah siap Anna, apakah kau akan makan sekarang?" katanya.


"Baiklah Ny. Hudson bawa kemari makanannya" ujarku. Ny. Hudson pun berbalik kembali ke arah pintu. Tak berapa lama, dia masuk membawa nampan dan meletakan nampan makanan itu dihadapanku.


"Terima kasih Ny. Hudson." kataku lagi.


Dia duduk di kursi disebelah ranjangku. "Apa kau sedang senang hari ini? Wajahmu cerah sekali." ujarnya dan mulai menyiapkan obat-obatanku.


"umm.. tidak juga. Aku hanya... umm..."


"Ceritakanlah Anna." kata Ny. Hudson melihat kebingunganku.


"Aku mendapat teman baru!" pekikku tanpa sadar. Ny. Hudson tampak kaget karena pekikkanku yang tiba-tiba. Namun segera digantikan dengan senyum hangatnya.


"Benarkah? Kalian berkenalan di mana? Bolehkah aku juga mengenalnya?" tanyanya.


"Tadi dia datang begitu saja dan mengajakku berkenalan, kami berkenalan dengan menggunakan itu." tunjukku pada ember dan kertas tadi.


"Kami bersurat-suratan. Itu menyenangkan!" kataku girang.


"Kau juga harus mengenalnya, dia anak yang baik!" aku mulai merasa sesak lagi dan nafasku terengah-engah. Aku benci ini.

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang