Chapter 6

20 1 0
                                    

Tak Ada Kabar


Malam itu aku terus memikirkan kata-kata terakhir Peter tadi siang, apa maksudnya dengan tak bisa datang lagi? Apakah aku begitu menyusahkannya sehingga dia tak mau bertemu denganku lagi? Lalu apa maksudnya dengan jaga diriku baik-baik?


Apa dia sudah bosan berteman denganku? Semua pertanyaan memenuhi pikiranku, akupun tak berselara makan dan ini membuat Ny. Hudson khawatir.


"Ada apa Anna? Adakah yang tidak kau sukai dari makanan di sini? Atau merasa tidak enak badan lagi?" berbagai pertanyaan diajukannya.


"Aku tak apa-apa." jawabku singkat, akupun kembali ke kamarku dengan lesu. Ya.. sejak badanku mulai bisa beraktifitas dengan normal, aku pun membiasakan melakukan semua sendiri.


Dimulai dari hal-hal yang ringan, seperti makan, mandi, berpakaian, jalan menuruni tangga. Hal-hal yang biasanya harus di bantu Ny. Hudson atau Carry, sekarang bisa kulakukan sendiri.


Aku berusaha tidur lebih awal malam itu, tapi itu sia-sia, tetap saja aku tertidur saat sudah larut karena memikirkan hal tadi.


--//--//--//--//--


Pagi pun datang, aku bergegas turun dari kasur dan menuju kamar mandi, setelah itu aku pergi sarapan. Amulai lancar dengan ini semua, seperti mandi, makan, dan berpakaian kukerjakan sendiri dan dengan mudah, ini semua berkat Peter. Tapi sosok yang telah membuatku begini tak kunjung muncul.


Aku menunggunya diteras rumahku, detik berganti menit yang kemudian berganti jam kulewati dengan membaca buku pemberiannya. Hari semakin sore dan yakinlah aku bahwa Peter tak mungkin datang hari ini, aku menyerah dan kembali ke dalam dengan lesu.


Walaupun begitu aku tak pernah menyerah menunggunya setiap hari, aku duduk diteras dan membaca buku, menunggu kedatangan seseorang yang sangat kusayangi yang telah memberiku semangat hidup.


Rutinitasku yang baru adalah, bangun pagi, pergi mandi, sarapan, dan membaca buku di teras sampai Ny. Hudson memanggil untuk makan siang. Jika hari semakin sore, aku kembali ke dala dengan lesu dan mengerjakan semuanya dengan tidak bersemangat. Begitu seterusnya.


Sampai sudah 5 hari berlalu sejak kunjungannya yang terakhir itu, aku mulai putus asa, tapi hatiku tetap penasaran dengan keberadaannya. Aku mulai berpikir. Aku tidak boleh diam saja di sini, hanya menunggunya dan tidak melakukan apapun tidak akan membuahkan hasil.


Aku mulai mencari informasi tentangnya, kuperintahkan supir kereta kudaku untuk ke kota dan mencari alamat rumah Mr. Fred Jeferson yang mempunyai anak laki-laki bernama Peter Jeferson.


Ternyata tak terlalu sulit sebab dia termasuk pemilik tanah yang lumayan di kenal di daerah ini. Setelah yakin tubuhku kuat untuk mencari alamat itu, aku pun pergi dengan ditemani Ny. Hudson.


Kami menaiki kereta menuju kesana, perjalanan hanya sekitar 10menit. Kulihat sebuah rumah yang cukup besar dengan tamannya yang indah disebelahnya, rumah itu tampak sepi.

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang