Chapter 7

16 1 0
                                    

Kebenaran


Perasaanku terbalas, dia juga mencintaiku. Ya... selama beberapa hari tidak melihatnya membuatku sadar kalau aku sudah jatuh cinta padanya. "Aku juga mencintaimu Peter." kataku.


Dia tersenyum mendengar perkataanku, lalu menutup matanya. Sejenak aku merasa sangat senang karena perasaannya sama denganku.


Namun, detik berikutnya senyumku tergantikan oleh tangisan yang membanjiri wajahku. Aku menepuk-nepuk wajah Peter pelan. "Peter... buka matamu. Aku di sini. Kau baru menyatakan cintamu."


"Peter, kau bilang kau mencintaiku." aku terus menepuk nepuk wajah tampan yang sudah terlihat pucat itu.


"Kumohon buka matamu." aku sudah tidak bisa menahan ini. Kupukul pelan dadanya, menumpahkan semua tangisku di sana. Baju tidurnya basah karena ulahku.


Itu tadi adalah kata-kata terakhirnya, setelah itu dia tak akan mampu mengatakan apapun lagi, selamanya.


Tapi diwajahnya tersungging senyuman yang damai. Aku terus menangis disebelahnya, menepuk pipi dan dadanya pelan, dengan terus menggumamkan kata 'kumohon buka matamu.' tak ada yang mencoba menghentikanku. Semua orang hanya menangis.


Dapat kulihat pasangan yang seumur Mom and Dad yang kuyakin adalah orangtua Peter duduk di sofa tak jauh dari ranjang Peter. Mereka saling memeluk seolah sedang menyalurkan kekuatan pada masing-masing.


Sedangkan aku? Aku terus menangis dan memeluk tubuh laki-laki yang kucintai ini dengan erat. Tubuhnya mulai dingin, tapi aku tidak membiarkannya, aku mengencangkan pelukanku, berharap dengan begitu dia tetap hangat dan kembali membuka matanya.


Namun, kenyataan seolah menamparku, dia tetap bergeming dan tubuhnya sudah dingin. Kuciumi wajahnya untuk yang terakhir kalinya.


--//--//--//--//--


Orangtuanya mendekat dan memohon agar aku merelakannya pergi dan memakamkannya dengan damai. Aku meminta ijin untuk tetap memeluknya beberapa saat lagi. Mereka menyetujuinya, dan meninggalkanku bersama Peter, tapi Ny. Hudson tetap menemaniku.


"Peter, selamat tinggal." hanya kata-kata itu yang mampu kuucapkan. Aku terus menangis di pelukannya. Dapat kurasakan wajahku yang panas dan mataku yang membengkak karena tidak berhenti menangis.


Setelah kurasa cukup kuat, dengan di bantu Ny. Hudson aku pamit pulang untuk berganti pakaian. Sebelum pergi Mrs. Jeferson memelukku erat dan membisikan kata-kata yang menenangkan.


Sesampainya aku di rumah. Aku menemukan Mom dan Dad menungguku di teras. Tanpa menunggu lama, aku menghambur ke pelukan Mom. Menangis sejadinya.


"ssttt... sayang.. relakan Peter pergi." Mom mengusap punggungku.


"Dia pergi... Peter pergi... dia membohongiku. Dia berjanji akan selalu di sisiku, tapi kenyataannya di meninggalkanku." Mom terus mengelus punggungku. Dapat kurasakan Dad mengecup puncak kepalaku beberapa kali.

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang