Chapter 02

865 35 0
                                    

Kenza mengerjapkan mata karena merasa ada cahaya yang menerobos masuk. Dan ternyata hari sudah pagi, seingat Kenza baru beberapa menit yang lalu ia membanting dirinya ke kasur dan memejamkan mata. Ia melihat ke arah jam yang ternyata masih menunjukkan pukul 5 a.m.

Kenza bangkit dari kasur. Ia mulai meregangkan persendian tubuhnya. Kenza mulai melihat-lihat sekitar, sudah lama ia tak melihat ruangan miliknya ini. Mungkin ada 8 tahunan sepertinya, ia tidak terlalu mengingatnya karena Kenza merupakan salah satu orang yang malas mengingat kejadian buruk, ya buruk karena itu merupakan hari di mana ia harus meninggalkan kota kelahirannya beserta isinya.

Ketika sedang menelusuri setiap sudut ruangan ia menemukan sebuah kertas di atas meja belajar. Karena rasa ingin tau yang tinggi, Kenza beranjak untuk mengambilnya dan membaca isi kertas tersebut. Dan ternyata isinya memberitahukan bahwa ia akan memulai sekolah hari ini, catet!

Kenza merasa sangat lelah, sampai-sampai terlintas di pikirannya bahwa tubuhnya akan mengalami pembelahan karena terlalu lelah. Seperti seekor amoeba, bedanya amoeba membelah untuk berkembang biak.

Mau tak mau, siap tak siap Kenza harus bersiap untuk pergi ke sekolah. Setelah siap dengan seragam yang telah menempel di tubuhnya, ia bersiap turun ke bawah untuk sarapan.

Setelah Kenza sampai di ruang makan. Ia tidak melihat keberadaan omanya. Tanpa ambil pusing, Kenza pun mulai menyantap sarapan yang telah dibuat oleh asisten rumah tangga omanya. Setelah ludes, Kenza memutuskan untuk berangkat ke sekolah.

Kenza meneguk susu di gelasnya yang tinggal bersisa satu tegukkan dan setelah itu ia langsung menyandang tas ranselnya di bahu. Berjalan sedikit menuju lemari es dan mengambil beberapa coklat batangan untuk perbekalannya.Setelah itu ia langsung menuju parkiran outdoor. Disana ia mendapati sebuah mobil yang telah dilengkapi supir.

Sebenarnya ia kurang nyaman jika di supiri karena ia akan merasa lebih leluasa jika menyetir sendiri. Mau tak mau ia pun duduk di kursi penumpang yang berada di belakang. Mengeluarkan macbooknya yang selalu dibawanya kemana saja dan menyambungkan kabel headset miliknya. Lantunan lagu pun mulai mengalun merasuki indera pendengarannya. Mobil mulai meluncur menuju sekolah tempat Kenza akan menghabiskan hari-harinya kelak. Dengan mata yang terpejam mendengar irama lagu, Kenza mulai menyemprotkan parfum dengan aroma favoritnya, kayu manis. Tak lama mata Kenza terasa berat tanpa sadar ia terlelap.

________

Kenza merasa ada suara yang memanggil namanya terus-terusan, dengan sedikit terpaksa ia mulai membuka mata dan ternyata ia sudah sampai di sekolah barunya. Dan yang memanggilnya dari tadi merupakan supir suruhan omanya.

KEnza segera mengemasi macbook dan headsetnya, memasukinya ke dalam ransel dark brown miliknya lantas segera keluar dari mobil. Tentu sebelumnya ia mengucapkan terima kasih terlebih dahulu, ajaran dari mamanya dari kecil dan sampai sekarang menjadi kebiasaan.

Kenza menarik napasnya sebentar lantas menghembuskannya. Ia akan memulai kehidupan baru di sini dan akan berusaha mengubah segala perilaku buruknya yang kebiasaan sewaktu ia tinggal di luar negeri. Kenza mulai melangkah percaya diri yang memang merupakan sikapnya yang pertama, harus percaya diri di mana pun dan kapan pun.

Langkah pertama, oke berjalan lancar. Langkah kedua, ia mulai tersenyum. Langkah ketiga, kacau benar benar kacau. Entah darimana sebuah tubuh menabrakny dengan sangat cepat, ia limbung dan untungnya ia berhasil mengendalikan keseimbangannya kembali.

Dengan muka yang merah padam dan siap meledak kapan saja Kenza menoleh ke arah sesuatu yang menabraknya tadi. Kenza pikir ini masih sangat awal dan belum banyak yang datang ke sekolahan jam segini, ia pun memutuskan akan meledak saat itu juga.

Second HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang