Chapter 19

270 13 0
                                    

Suara dentingan sendok dan garpu mendominasi di dalam ruangan tersebut. Percakapan hangat, senyuman ramah dan tak ketinggalan rasa kekeluargaan di dalam ruangan tersebut menyatu menjadi satu.

Yap, Kenza sekarang berada di tengah-tengah keluarga harmonis tersebut. Sudah lama ia tidak merasakan keharmonisan seperti ini dan sekarang, dia mendapatkannya dari keluarga Azka. Dia duduk di sebelah Azka dan di hadapannya ada Zakia--mamanya Azka.

"Ih mama, malu-maluin aja deh," cetus Azka kesal karena aibnya telah di bongkar sang mama tercinta.

"Biarin biar pacar kamu tau,"balas mamanya jahil. "Terus nih ya Kenza, perlu kamu tau, Azka itu waktu umur 6 tahun, masih ngompol dianya." Ujar Zakia.

Kenza menahan tawanya.

Azka yang terlanjur kesal karena aibnya telah di bongkar pun nyeletuk,"tawa aja kali ga usah di tahan." Setelah Azka selesai bicara, tanpa babibu Kenza mengeluarkan tawa membahananya yang membuat Azka melotot dan kedua orang tua di dalam ruangan tersebut hanya mengulas senyum hangat.

"Tai tu ketawa apa petasan, kenceng amet." Sungut Azka kesal, tapi di balik kekesalannya dia merasa senang karena berhasil membuat Kenza tertawa bebas setelah kejadian tadi siang.

"Biarin abis lo kocak banget sih bocahnya." Ucap Kenza setelah meredakan tawanya.

"Oh ya pa, si Arya mana deh. Kan kemarin papa juga ada nyuruh dia kan buat makan malam bareng kita di rumah?" Tanya Azka mengingat akan abangnya yang tak kunjung menampakan batang hidungnya.

Arka--papanya Azka menyeruput air putih miliknya,"iya, mungkin di jal--" belum sempat Arka menyelesaikan omongannya, bel rumah berdenting nyaring.

"Bi Mirna tolong bukain pintunya ya, sepertinya ada tamu." Pinta Zakia kepada asisten rumah tangga yang sudah mengabdi sejak lama kepada keluarga tersebut,

"Baik nyonya." Sahut bi Mirna dari arah dapur yang tak jauh dari ruang makan. Ia segera bergegas menuju ke pintu utama untuk membukakan pintu.

Tak lama muncullah orang yang di bicarakan yaitu Arya bersama seorang gadis di sampingnya dengan rambut blonde dan mata biru cerah.

"Nah ini dia orang yang kita tunggu, lama banget kamu Ar, kita semua dari tadi nungguin kamu." Ujar Zakia.

"Biasa ma, macet." Jawab Arya sekenanya dan langsung duduk di kursi tunggal di hadapan Arka. Sedangkan wanita yang dibawanya duduk di sebelah Zakia dan tepat berhadapan dengan Azka.

"Ayo kenalkan namamu sayang." Pinta Zakia kepada gadis bermata biru yang di bawa oleh putra sulungnya.

Gadis itu tersenyum hangat dan bersalaman ke semua orang secara bergantian,"Laura", ucapnya kepada Kenza yang sekarang sedang bersalaman dengannya. Begitu pun Kenza, dia juga memperkenalkan dirinya kepada Laura,"Kenza."

Kenza merasa tak nyaman dengan tatapan perempuan itu terhadap dirinya, seperti ada sesuatu yang aneh dari tatapannya.

Kenza terus memperhatikan gadis tersebut yang sekarang sedang bersalaman dengan Azka. Entah mengapa perasaannya tak nyaman. Mungkinkah ia cemburu? Tapi bukan itu yang ada di pikirannya. Melainkan ada hal lain yang mengganjal.

Azka dan Laura tak kunjung melepaskan pagutan tangan mereka. Kenza melihat Azka yang menegang.

"Udah dong, tangan cewek lu kan ada." Celoteh Arya lantas membuat pagutan tersebut terlepas.

"Andrew mana ma?" Tanya Arya kepada Zakia.

"Tadi sih dia izin keluar, mungkin dia pengen refreshing kali suntuk nyari udara seger." Jawab Zakia yang di balas anggukan Arya.

Second HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang