Chapter 20

442 13 1
                                    

Suara sepatu menggema di sepanjang koridor. Sepatu tersebut merupakan kepunyaan Kenza dan Clyrine. Sepanjang mereka berjalan, sepanjang itu pula mereka di bicarakan. Ada yang berbisik, bahkan ada yang berbicara terang-terangan.

"Loh itu kan Kenza?"

"Widih bule nambah men."

"Gils, berubah banget."

"Cantik mamen!"

"Dasar cabe!"

Banyak pembicaraan yang tertangkap telinga mereka. Ada komentar bagus bahkan tak segan ada yang buruk. Ya walaupun lebih banyak komentar yang positif. Tetapi mereka tidak memperdulikan itu, toh mereka berdua tampil apa adanya. Itu yang mereka suka ya maka itulah yang mereka lakukan.

Clyrine memasuki kelas yang sama yang di masuki Kenza. Dia bisa masuk ke kelas yang sama karena dia memang masih ada ikatan keluarga sama yang punya yayasan sekolah. Lagipula dia memang anak IPA jadi ga masalah juga. Mereka berencana duduk sebangku.

Mereka pun menempati tempat duduk nomor 4 dari depan dan nomor 1 dari belakang di dekat jendela yang mengarah ke sebuah taman yang masih termasuk kawasan sekolah.

Jika mereka dipertemukan, jangan harap mereka menjadi anak rajin, mereka tetap patuh tetapi jika mereka bosan maka mereka tak segan untuk tidur. Bukan karena posisi Clyrine yang masih termasuk keluarga pemilik yayasan, tetapi memang itulah mereka dengan sikap yang memang sudah mendarah daging. walaupun begitu, mereka berdua merupakan siswi yang berprestasi di bidang akademik maupun nonakademik.

Kalo selama ini Kenza tidak pernah tidur di kelas itu bukan karena dia menutupi sifat aslinya dengan sikap yang baik tetapi karena dia bisa menempatkan dimana posisinya berada. Contohnya seperti seekor bebek, bebek suka tinggal dan berenang di air tetapi karena dia sedang berada di daratan ga memungkinkan untuk dirinya berenang. Jika ia kembali ke air maka ia dengan senang berenang sesukanya karena ia tidak bisa berjalan di air.

Sama halnya dengan Kenza, ia sangat suka bermain bersama Clyrine, tetapi ketika di Indonesia dia sekolah tanpa Clyrine dan bertemu teman baru yaitu Rachel, dia tidak mungkin menyamakan dirinya saat bersama Clyrine dengan saat dirinya bersama Rachel. Karena mereka berbeda. Dan karena Clyrine memutuskan menyusul dirinya, maka ia sangat senang  sebab dia lebih nyaman bersama Clyrine ketimbang bersama Rachel. Entah mengapa, dia merasa Rachel eng..berbeda.

"Cly, gue masih ga nyangka lo bakal nyusul gue, emang ada apaan coba sampe lu nyusul gue segala, ga dapet temen lu di sana?" Tanya Kenza sambil memakan keripik kentang yang di bawanya dari rumah.

Clyrine yang sedang mengeser-geser layar handphonenya dengan jari menghentikan aktivitasnya,"temen gua mah banyak, yang ada lo yang ga punya temen," jawabnya enteng sambil mengambil alih keripik kentang yang berada di tangan Kenza dengan santai.

"Eh badak itu keripik gue napa lu embat!" Kesalnya dengan suara yang cukup nyaring tetapi teredam karena suasana kelas yang ramai.

"Udah, kecoa amazon mending diem. Gue ga ngembat tapi gue cuma bantu lo ngabisin, kan gua temen yang pengertian." Balas Clyrine yang selalu santai.

Kenza yang memang sensitif menyangkut makanan apalagi miliknya semakin kesal dengan jawaban santai Clyrine. Clyrine tau dengan yang satu ini tapi entah mengapa dia senang mengerjai sahabatnya yang satu ini. Tak jarang ia selalu menghabiskan makanan Kenza dengan alasan die mau ngebantu sebagai temen yang baik.

Kelas yang semula ribut mendadak sepi menyisakan suara Kenza yang kesal. Bukan karena ada guru yang masuk tetapi karena 4 remaja lelaki yang mempunyai watak berbeda tetapi dengan satu masalah yang sama. Yaitu muka mereka yang di atas rata-rata. Tak heran banyak kaum hawa yang tergila-gila. Bahkan setiap hari loker mereka di penuhi coklat, bunga dan surat dari fans masing-masing. Dan setiap hari pula mereka membagikan coklat-coklat tersebut kepada murid yang lain.

Second HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang