Chapter 18

419 15 1
                                    

Gue di seret menjauh, sebelum kesadaran gue habis. Orang itu membuka bekapan dan gue ingin teriak tapi yang keluar malah gumaman,"Azka", dan setelah itu pandangan gue gelap total dan ga ngerasa apa-apa lagi.

________

Kenza mulai mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Setelah sadar sepenuhnya, ia sempat lupa dengan apa yang sedang di alaminya.

Kenza melihat keadanyaannya sekarang yang terduduk di sebuah kursi kayu dengan kedua tangannya yang terikat ke belakang dan jangan lupakan plester hitam yang menempel di mulutnya. Oh ya sekarang dia ingat, bahwa dirinya telah di culik.

Dia memperhatikan ruangan tersebut yang hanya dicahayai dengan sebuah lampu yang agak redup di atas kepalanya, hal tersebut membuat jarak pandang Kenza minim.

Kenza mencoba melepas ikatan tali di tangannya tetapi hasilnya nihil yang malah membikin tangannya terasa perih akibat usahanya tersebut.

Karena merasakan perih yang kentara di pergelangan tangannya, Kenza terpaksa menghentikan aktivitasnya tersebut. Ingin teriak, tetapi Kenza tidak bego untuk tidak berpikir kalau penculik tersebut sangat tidak mungkin menyekap Kenza ketempat yang ramai akan penduduk.

Memikirkan hal apa yang harus dilakukannya, Dia pun memejamkan mata beberapa saat sampai sebuah suara mengintrupsi agar ia kembali membuka matanya segera.

Suara tersebut berasal dari hadapannya yang kemungkinan merupakan suara pintu, entahlah...pandangannya tidak terlalu jelas yang membuat Kenza hanya bisa menebak-nebak suara apa barusan. Kenza tetap berjaga akan hal yang ada di hadapannya.

Ia mendengar suara hentakan sepatu yang mendekat. Ia berusaha sebisa mungkin agar terlihat tenang walaupun pelipisnya sudah merasakan keringat dingin yang bercucuran.

Sebenarnya dia sangat takut jika sewaktu-waktu yang berada di hadapannya kemungkinan orang yang menculiknya tersebut melakukan penganiayaan terhadap dirinya atau bahkan mungkin saja berniat membunuhnya. Hal tersebut cukup membuat Kenza bergidik ngeri membayangkannya.

Tetapi dia tidak memperlihatkan ekspresi tersebut. Hal mudah yang memang termasuk keahlian Kenza yaitu mengatur ekspresi. Jika di tanya sekarang ia lagi berekspresi seperti apa, jawabannya adalah ekspresi tenang yang menantang.

Tak lama, di hadapannya berdiri seseorang dengan tubuhnya yang semampai memakai jaket kulit, kacamata hitamyang bertengger di hidung perosotannya, dan topi yang sempat Kenza baca bertuliskan 'G' di atas kepalanya. Oh jangan lupakan kalau semua yang di pakai orang tersebut yang ternyata perempuan, berwarna hitam. Kecuali rips jeans yang dipakainya berwarna biru kusam.

Kenza memperhatikan orang tersebut, karena terhalang oleh kacamata wajah wanita tersebut kurang jelas. Kenza berusaha mengingat apakah orang tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak musuhnya?

Tetapi seingat Kenza semua musuhnya ga ada yang tinggal atau pun berada di indonesia, semuanya ada di UK, ya kecuali kalau ada yang menguntitnya diam-diam. Tapi ia sedikit ragu, karena tidak mungkin sampai ada yang berpikir untuk menculik Kenza, karena jika musuhnya datang akan selalu menghajar tanpa harus capek-capek membius Kenza dengan sesuatu yang Kenza yakini merupakan obat tidur. FYI..Kenza dulunya merupakan mantan ketua gangster yang sekarang sementara dia di Indonesia, jabatan tersebut di serahkannya kepada teman seperguruannya siapa lagi kalau bukan Clyrine.

"Hai Baby" ucap wanita tersebut seraya melepas kasar plester hitam di mulut Kenza yang mengakibatkan Kenza sedikit merintih akibat perih di sekitar mulutnya.

"Sakit? Uh kesian, mau lagi?!" tanya wanita tersebut sambil menampilkan smirknya.

"Apa maksud lo nyulik gue segala?!" tanya Kenza to the point.

Second HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang