part 2

178 5 2
                                    

Awas!! Typo bertebaran. Jangan lupa vomment.. saya penulis baru, mohon kritik & saran.. :) Happy reading..

Kubuka perlahan kedua mataku. Mengerjap-ngerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku. Ku rasakan tengkukku yang sedikit nyeri.

D

an saat aku teringat dengan apa yang terjadi padaku sebelumnya, aku langsung terduduk bangun dengan cepat. Sedikit merasa pusing karena terburu-buru.


"Akhirnya kau bangun juga" suara dalam dan serak itu membuatku menoleh ke kanan tempat tidur, dan menemukan pria yang datang ke rumahku, Fernand jika aku tak salah mengingat namanya, menatapku dari sofa di pojok kamar ini. Duduk bersedekap dan menyilangkan kakinya yang panjang.

"Melinda, bawakan makanan ke sini!"

"Dan, ingat mulai sekarang kau akan tinggal di sini, di kamar ini. Kau tak diperbolehkan keluar dari rumah ini, apalagi bertemu ayahmu itu. Ingat itu!" Baru saja aku akan membuka mulut, dia sudah bicara lagi. "Dan aku tak suka perintahku dilanggar. Kau akan tau akibatnya jika kau menentangku"

Setelah beberapa lama setelah pria itu mengucapkan perintah lewat telefon di sampingnya, muncul seorang wanita paruh baya memakai seragam pelayan ditemani seorang pelayan lebih muda di belakangnya, membawa troli berisi makanan.

Melihat makanan di atas troli itu, membuat perutku keroncongan dan mulutku berair. Semoga mereka tak mendengar bunyi perutku yang berbunyi. Itu sungguh memalukan jika mereka mendengarnya, sedangkan aku berusaha menormalkan ekspresi wajahku.

Bagaimana jika dia menaruh racun di sana?

"Makanlah! Dan Melinda? Pastikan dia memakan makanannya. Aku ada keperluan dengan Dean." Kulihat pria itu berjalan menuju pintu yang dimasuki oleh para pelayan tadi.

"Sekedar informasi, Angel. Aku tak memasukkan racun ke dalam sana jika kau memikirkan itu. Tentu saja aku tak akan membunuhmu. Tenang saja" dilanjutkannya lagi langkahnya yang tadi sempat terhenti. Dan dia menghilang di balik pintu yang tertutup.

"Anda ingin makan di tempat tidur atau di sofa, nona?" Pelayan paruh baya itu membungkuk sedikit padaku. kaku sekali.

"Di sofa saja, .... ? Hmm.. Siapa namamu?"

"Melinda, nona. Saya kepala pelayan di sini. Dan ini Riana, dia akan menjadi pelayan pribadi anda, nona" ku lihat sekilas pelayan yang ditunjuk Melinda.. Kisaran umurnya mungkin 25 tahun, seumuran denganku.

Ku angguk-anggukkan kepalaku menjawab pernyataan Melinda. Dan mereka mulai menata makanan di meja kecil yang diletakan di atas tempat tidur yang sedang kutempati, sementara aku masuk ke kamar mandi.

***

Setelah makan, aku meminta Riana berkeliling. Entah kenapa aku merasa nyaman di rumah ini, tak ada ketakutan seperti saat pertama kali bertemu Fernand dan anak buahnya. Padahal aku bukan orang yang mudah merasa nyaman di rumah orang lain.

Riana mengajakku berkeliling, menjelaskan ruangan apa saja yang ada dari lantai dasar hingga lantai beratas bangunan ini.

"Ruangan apa itu?" Tunjukku pada sebuah ruangan di ujung lantai dua.

"Ah.. i.. itu.. ruang pribadi tuan, nona. Hanya orang tertentu yang bisa masuk ke sana"

"Boleh aku masuk ke sana?"

"Tidak, Angel. Kau tak boleh masuk ke sana. Belum waktunya kau untuk bisa masuk ke sana" ku tengokkan kepalaku ke belakang. Menatap tak suka orang yang mengejutkanku.

"Bisa kita bicara berdua?" ku tatap Fernand yang menyandar di dinding lorong. Riana sudah pergi meninggalkan kami berdua.

"Ke kamarmu. Ayo!" Ku ikuti langkah kakinya yang panjang dengan sedikit tergesa.

Sesampainya di kamar, dia menduduki sofa yang di pojok kamar. Menungguku membuka suara.

"Aku ingin pulang" tuntutku to the point.

"Tidak, Angel. Aku sudah bilang kau akan tinggal di sini. Dan aku tak menerima bantahan" matanya menatapku tajam, sedikit membuat bulu kudukku meringding karena auranya.

"Kau mengurungku" desisku tajam.

"Tidak. Aku tidak mengurungmu. Aku hanya tak mengizinkanmu keluar dari mansion ini. Tapi itu tergantung perilakumu di sini, jika kau memberontak aku bahkan tega mengurungmu di kamar ini berhari-hari." Nada memerintah, membuatku menahan marah.

Pelahan dia berdiri, mendekatiku hingga aku mundur menabrak dinding. Tatapannya mengunci mataku, kedua tangan bahkan berani memeluk pinggangku.

Apa yang sebenarnya diingginkan pria ini? Kenapa dia menjadikan diriku tawanannya seperti ini?

Remember me, AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang