Saya balik lagi bawa RMA part 4.. Saya baru sembuh dari sakit, jadi baru bisa update lagi...
Pada penasaran gak sih sama cerita ini?? Yang penasaran angkat tangan! #plak abaikan
Semoga jalan ceritanya gak muluk-muluk kayak sinetron deh ya... Langsung aja deh, aku gak perlu banyak cuap", Lets reading!!
Typo bertebaran!! Jangan lupa vomment ok?
Review part 3
Dan tiba-tiba sekelebat bayangan muncul di kepalaku, memunculkan adegan aku meraba tulisan itu, seolah-olah itu sudah sering terjadi. Tapi aku baru melihat piano ini untuk yang pertama.Dan sakit kepala menyerangku. Membuatku harus menunduk dan memegang kepalaku.
"Angel, kau kenapa?" Ku dengar suara Feronica yang khawatir, lalu semua gelap.
Part 4
Kubuka perlahan kedua mataku, sedikit silau karena cahaya lampu dan pusing yang masih melandaku membuatku meringis pelan.
Ku edarkan pandanganku. Ini kamarku. Aku sudah tak asing di kamar ini, kamar dengan warna tosca, warna kesukaanku, dengan berbagai benda berwarna putih sebagai perabotnya, meski aku baru dua hari tidur di sini.
Clek
Pintu terbuka, di sana berdiri Fernand dan ibunya, memandangku dengan ..... khawatir??
"Akhirnya kau bangun Angel. Kau masih merasa pusing? Atau kau perlu sesuatu? Maafkan aku, harusnya aku tadi langsung menyuruhmu istirahat saja saat tau kau sedikit pucat" Feronica berlari kecil ke arahku. Duduk di sebelahku, membelai rambutku.
Aku hanya tersenyum menanggapinya. Seperti inikah rasanya diperhatikan oleh ibu? Aku jadi ingin bertemu ibuku, meski aku tau itu tak mungkin. Ayah bilang ibu meninggal saat melahirkanku.
"Seharusnya kau istirahat jika kurang enak badan, Angel. Bukannya mengelilingi semua ruangan di sini" ucapan Fernand dengan wajah datarnya.
Kenapa dia menyebalkan sekali sih? Aku hanya cemberut, tak membalas perkataannya.
"Jam berapa sekarang ini?" Tanyaku pada Feronica, mengabaikan Fernand yang berdiri di belakang ibunya ini.
"Pukuk 10 malam, kau pingsan lumayan lama, hampir 5 jam, sejak sore tadi. Kami khawatir sejak tadi. Bahkan Fernand tadi tak mau meninggalkanmu, dia baru saja keluar untuk makan setelah aku memaksanya. Apa kau lapar? Kau melewatkan makan malam. Aku bisa membawakan makan untukmu." Aku tersenyum lagi mendengar ucapan panjang Feronica. Dia sungguh mengkhawatirkanku, dia tulus. Terlihat dari matanya.
"Tidak. Aku tidak lapar. Kau bisa iatirahat sekarang, aku sudah tidak apa-apa"
"Sungguh? Kau yakin tak ingin kutemani? Aku khawatir kau akan pingsan lagi"
"Tidak apa-apa, ... mom"
"Baiklah. Istirahatlah. Jangan berpikir terlalu berat. Aku pergi dulu" Feronica langsung pergi setelah mengecup keningku. Kau memberiku sesuatu yang tak pernah kumiliki, mom. Pandanganku masih mengikuti punggung Feronica yang berjalan keluar dari kamarku.
"Dia mengkhawatirkanmu. Selalu" ucapan Fernand membuatku menoleh padanya.
Selalu??
"Ada hal yang tak kau ketahui, Angel, makadari itu aku membawamu ke sini" ku angkat sebelah alisku, bertanya tentang maksud ucapannya itu.
"Ceritanya panjang. Suatu saat aku akan menceritakannya. Kau istirahatlah" Fernand menjelaskan setelah dia menghela nafas panjang. Sepertinya masalah berat.
"Mm.... Fernand?" Segera ku panggil dia sebelum dia pergi dari kamarku.
"Ada apa?"
"Mm... bolehkah aku tetap bekerja? Aku tak terbiasa menganggur seperti ini" akhirnya kuucapkan apa yang selalu menjadi pemekiranku, seharian ini.
"Aku akan mengizinkanmu jika kau ingin bekerja di perusahaanku" ucapnya langsung tanpa berpikir.
"Maksudku kembali bekerja di perusahaan ayahku" ucapku pelan. Sungguh aku sedikit takut dia akan marah.
"Tidak. Bukankah aku sudah bilang padamu, kau tak boleh bertemu dengan ayahmu itu. Dan jika kau bosan, kau bisa bekerja denganku, menjadi sekertarisku" kedua alis Fernand menyatu, mata coklatnya menajam menatapku.
"Tap.."
"Tidak ada bantahan, Angel. Tidurlah" dia berjalan mendekatiku dan ...
CUP
Mataku terbelalak. Dia menciumku, sedikit melumat bibirku, kedua tangannya merengkuhku dalam rengkuhannya. Entah kenapa aku menikmati ciumannya, begitu lembut, penuh perasaan, lalu mataku terpejam menikmati.
Ngh
Aku sedikit mendesah saat dia melepas ciumannya, tak rela bibirnya pergi dari milikku. Ya ampun, Angel, otakmu kotor sekali jika berdekatan dengannya. Kendalikan, Angel!!
Fernand tersenyum lalu beranjak pergi dari kamarku.
Fernand tersenyum padaku? Oh god... dia sangat mempesona jika tersenyum.
Ku pukul pelan kepalaku yang malah terpesona dengan senyuman Fernand.
Sepertinya aku harus menjaga jarak darinya. Keberadaannya membuat kerja jantungku tak normal. Aku harus segera tidur dan melupakan senyumnya tadi.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember me, Angel
RomanceAngel, harus merasakan bagaimana rasanya terpisah dengan sang ayah dan tinggal bersama seorang pria, Fernand. Fernand, berusaha mempertahankan apa yang ia miliki, termasuk seseorang yang dulu pernah menghilang dari hidupnya. Serta menguak rahasia ke...