Mading yang tadinya hanya berisi oleh karya-karya siswa kini telah di penuhi oleh kertas putih bertinta hitam.
Di depannya banyak siswa siswi yang berdesak-desakan untuk melihatnya. Dzena pun penasaran hal apa yang di kerumuni oleh teman-temannya.
Sambil berdesak-desakan dengan siswa lain, Dzena pun berhasil berdiri di barisan paling depan.
Membaca setiap pengumuman yang di tempel di sana. Mulai dari tempat, jam, acara, anggota kelompok dan lain sebagainya.
Sekolahnya memang sering mengadakan kemah setiap setahun sekali. Itu hal wajar mengingat sekolahnya menerapkan prinsip 'peduli pada alam'
Jadi setiap berkemah, acara paling utama yang akan di laksanakan yaitu menanam setiap pohon di daerah tandus.
Mundur secara perlahan dan akhirnya Dzena pun bisa keluar dari kerumunan. Sesak napas lama-lama jika ia bisa berada di depan sana.
Di lain tempat, Dzendra yang melihat Dzena seperti mencari-cari udara dengan lucunya di tengah-tengah keramaian. Tersenyum tipis.
Tunggu.. Kapan terakhir kali ia tersenyum kepada seorang perempuan?
****
Setiap kelas harus ada perwakilan untuk kemah. Maka dari itu kelas XII-IPA sedang memilih seseorang yang mau di jadikan perwakilan.
Anak-anak mulai heboh. Menunjuk satu persatu temannya.
"Si Kuya eta tah, Bu" ledek Bayu kepada Dito.
Seketika, kelas langsung ramai akibat ulah Bayu. "Astagfirullah, Bu.. Saya ga pitnah, dia noh yang pitnah" ujar Bayu membela diri.
"Lo juga fitnah gue, gue ga mau jadi perwakilan tapi di tunjuk"
"Kan pakta, To.. Pakta. Lo kan mau terkenal"
"Apaan sih lo, ngomong F aja belum bener. Benerin dulu noh"
"Apanya?"
"Kata-kata lo"
"Ohh dikira"
"Apanya?"
"Itunya"
"Ih Bayu pikirannya jorok mulu" teriak Fuja.
"Emang apaan Ja yang gue maksud?"
"Gatau?" balas Fuja dengan tertawa
"Yaudah diem, atau gue buka nih"
"Apanya?" tanya anak sekelas. Anak sekelas sudah berpikiran yang tidak-tidak.
"Pintunyaa, gerah nih kelas. Yee pikirannya pada jorok semua"
"Gimana pikirannya pada ga jorok. Kalo lo sendiri aja kadang ngomingnya menjurus kesana." ledek Fuja
"Tauuu. Huuuu" teriak sekelas kepada Bayu.
Sedangkan si Bayu hanya nyengir sambil menyisir rambutnya ke belakang. Sok ganteng, kalau bisa di bilang.
****
Memainkan sedotan ke atas ke bawah. Melihat air yang bergerak sesuai gerakan tangannya. Bisa dibilang jorok. Namun Dzena tak peduli.
Dia sedang bimbang. Antara ikut atau tidak dalam perkemahan itu. Tapi tetap saja ia sudah kelas XII. Murid kelas XII di wajibkan ikut.
Mengingat dia dan teman seangkatannya tinggal beberapa bulan lagi lulus dari sekolah ini.
"Ini siomay lo, jangan bengong mulu, tuh yang di pojok deket warung Pak Wiro ngeliatin lo mulu"
Dzena menolehkan kepalanya ke arah pojok warung Pak Wiro.
Disana, seseorang yang ia yakini bertemu dengannya beberapa hari yang lalu dengan kejadian yang .. yah, kurang mengenakan, langsung membuang muka.
Begitu tau kalau Dzena juga sedang memperhatikannya. Berpura-pura sibuk mengobrol dengan temannya sebagai pengalihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Heart [REVISI]
Fiksi RemajaUkirlah didalam hatimu yang paling dalam Aku akan mengatakan semuanya nanti Semua yang tidak kau ketahui Aku mencoba kuat diluar tapi hatiku tak ayalnya seperti kertas Sungguh aku menyukaimu, tapi aku takut Kau ingin melihat hatiku yang seperti kert...