CERITA MILIKKU

155 11 2
                                    

Apa yang kalian pikirkan pertama kali ketika mendengar kata cerita? Yang terbesit di otak kalian pasti adalah sebuah kisah, atau dongeng pengantar tidur. Tetapi percayalah cerita disini bukanlah semua pemikiran yang ada di benak kalian. Cerita disini adalah sebuah nama yang lahir pada 29 Desember, 17 tahun silam. Namaku Cerita Hezashaniara lahir di Jakarta, bertempat tinggal di Jakarta dan mencintai kota yang hampir setiap hari macet itu. Aku merupakan putri tunggal dari pasangan Heza Hariawan dan Shaniara Tanggalima. Setelah kalian mengetahui nama kedua orang tua ku, kalian pasti bisa menyimpulkan bukan dari mana nama belakangku? nama belakangku di ambil dari nama kedua orang tua ku yaitu Heza dan Shaniara.

Apa kalian pernah mendengar tentang filosofi benang merah? dikabarkan bahwa semua orang yang ada di dunia ini terhubung dengan benang merah di tangan mereka. Serumit apapun hubungan mereka, mereka pasti akan dipertemukan. Tidak terkecuali dengan pasangan hidup. Sejauh apa, dimana, dan sedang apa pasangan hidup, kita selalu terhubung dengan benang merah di jari kiri kelingking kita. Tahukah kalian bahwa orang tua ku mengalami hal itu? Sungguh keajaiban bagaimana kedua orang tua ku di pertemukan oleh takdir yang luar biasa. Mereka bertemu pada tanggal 5 Mei saat langit sedang berawan.

Saat mereka menceritakan tentang kisah itu aku bagaikan terbang seperti angin yang menjadi saksi bagaimana mereka bertemu. Satu hal baru ku sadari, nama belakang kedua orang tua ku adalah Hariawan dan Tanggalima, yang jika di pisah tanpa arti yang berarti ialah hari yang berawan di tanggal lima. Aku mendengarnya dengan hati yang bahagia, berharap jika suatu saat nanti aku juga dapat menemukan pasangan hidupku melalui takdir.

Tetapi semua itu kurasa sirna sudah, saat kedua orang tua ku memberitahu bahwa kami akan pindah ke Semarang. Pada saat itu aku hanya mengiyakan saja kemauan kedua orang tua ku tanpa memikirkan dampak apa yang akan terjadi padaku saat aku pindah. Satu-satunya pemikiran yang menghantuiku adalah aku akan meninggalkan sahabat yang tidak akan bisa marah padaku yaitu Gizata Oki Letavia. Dari sekian banyak orang bertopeng yang ingin mengenalku lebih jauh, menjadi temanku, dan berbaur bersamaku, hanya Giza lah yang mampu bertahan disisiku. Tidak mengkhianatiku, tidak pernah berbohong padaku, selalu apa adanya.

Ia adalah sahabat yang baik. Selalu ada saat aku membutuhkannya, merespon setiap kali aku bicara, hanya dia yang paling bisa diandalkan jika menyangkut masalah hati. Saat aku memberitahunya bahwa aku akan pindah ke Semarang kami menghabiskan waktu seharian full untuk melakukan aktifitas bersama untuk yang terakhir kali. Ironis bukan terakhir kali, tapi dia selalu menyemangatiku kapanpun dan dimanapun kami akan selalu bisa berkomunikasi. Sebenarnya aku sadar akan hal itu dari awal, dan rasanya tetap saja berbeda. Tapi semua itu berlalu, penyesalan yang selalu datang belakangan sudah tidak berarti.

Kini aku sudah berada di rumahku yang baru. Semarang, aku benar-benar tidak mengerti apapun disini. Aku sudah pernah kesini beberapa kali, tetapi untuk liburan, bukan selamanya.Sekarang aku harus menerima kenyataan pahit ini, di pertigaan komplek ada sebuah kafe, aku memutuskan untuk pergi kesana menormalkan pikiran sambil mengenal area baru tempat ku tinggal. Kafe itu dari luar sangatlah biasa, sangat sederhana tetapi saat aku memasukinya aku terkejut bukan main. Saat kau menghirup nafas kau seakan menghirup sebuah ketenangan di sini, bau manis langsung mendominasi seluruh indra penciumanmu. Aku mengambil tempat duduk yang dekat dengan jendela, seorang pelayan menghampiriku dan merekomendasikan sesuatu yang lezat untukku tapi aku selalu menginginkan minuman yang satu ini "hot green tea latte".

Aku memperhatikan semua orang yang ada di kafe ini ada seorang anak kecil yang membawa tas rajut berwarna merah, aku tersenyum mengingat filosofi benang merah yang mempersatukan kedua orang tua ku. Anak itu hampir saja jatuh karena menginjak lantai yang baru saja di pel, jika anak laki-laki itu tidak menolongnya. Anak perempuan itu berlari melewatiku, tetapi sayangnya ia terjatuh saat di sampingku. Aku membantunya berdiri dan memakaikannya kembali tas rajut merah yang sempat lepas darinya. Aku duduk kembali dan tidak sadar bahwa ada lilitan kecil yang berada di jari kelingking ku. Saat aku mengangkat kepalaku seseorang tengah menatapku dengan pandangan heran "benang merah?" pada saat itu juga waktu seakan berhenti berdetak.

---

Pertemuan pertama setiap orang selalu berkesan.

Berkesan dalam arti yang berbeda.

Ya berbeda, ada yang buruk dan ada yang indah bahkan ada yang sampai tak terlupakan

Sedangkan berkesan dalam duniaku ialah sederhana yaitu haruslah berakhir indah.

Green TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang