Cerita berangkat ke sekolah dengan perasaan yang sangat tidak enak.Perasaannya mengatakan ada yang salah disini.Semenjak ia memutuskan pembicaraannya dengan Giza tadi malam, perasaannya jadi tidak enak.Semua itu di perkuat saat ia melihat kedua orang tuanya.Seperti akan ada yang terjadi hari ini, dan ia sangat takut.Ia bahkan memeluk kedua orang tuanya lama sebelum berangkat ke sekolah tadi.Membuat keduanya merasa khawatir akan sikapnya yang seperti ini.Ia tak peduli yang dia inginkan ialah memeluk mereka.
Shania mendapat telfon dari informan, ia mendapat kabar bahwa sang putri masih hidup.Ia dan Heza segera menuju ke tempat pertemuan.Sesampainya di sana mereka langsung masuk ke dalam inti pembicaraan.
"Namanya Erana, Erana Morain Pelagis , ia bersekolah di SMA Utara" kata sang informan sambil menyerahkan beberapa lembar foto.
"Bagaimana kau bisa menemukannya secepat ini, bukankah hal ini akan menjadi cukup lama?" kata Heza curiga
"Saya juga berpikir seperti itu, tapi entah mengapa saya menemukan bukti dengan sangat cepat, bukti itu seakan mengarah kepada saya"
"Apakah kau sudah menyelediki kebenarannya ?"
"Tentu sudah, tapi untuk kebenaran pastinya anda harus melakukan tes DNA"
"Baiklah kalau seperti itu, apa ada yang harus kami tahu?"
"Untuk sementara ini belum, jika ada yang perlu kalian ketahui saya akan memberitahu secepatnya, kami akan terus memantau dia tuan" jelas sang informan pamit.Dia masih harus menyelesaikan tugas yang lain.
Heza dan Shania saling diam di dalam mobil.Tak ada yang bicara satu pun, Shania sibuk dengan pikiranya, Heza juga sibuk dengan pemikirannya.Sampai muncullah ide itu.Ide untuk menemui putri mereka.
"Aku ingin bertemu dengannya" Ucap Shania.Heza menghela nafas.Ia harus menjaga hati putri mereka juga.Cerita
"Aku juga, tapi kita harus memikirkan Cerita mengerti ? kita harus menjaga perasaannya"
"Aku sangat ingin melihatnya"
"Apa kau fikir aku tidak, aku juga ingin melihatnya.Apakah ia baik-baik saja, apakah dia menjalani hidupnya dengan baik?, aku selalu mempertimbangkannya.Jika kita masuk kedalam hidupnya tiba-tiba apakah ia mau menerima kita sebagai kedua orang tuanya.Tidak pernahkah kau memikirkan itu?"Heza dengan nada naik.
Shania terdiam mendengar kata-kata yang di ucapkan Heza.Bagaikan di sambar petir ia tidak memikirkan semua kemungkinan itu.Saat ini logikanya benar-benar tidak berjalan.Yang ia inginkan hanyalah bertemu dengan Erana, putrinya.
---
Cerita berada di taman samping perpustakaan saat ini.Sepertinya tempat ini akan menjadi tempat favorit untuk ke depannya.Di sini adalah tempat yang aman saat ini untuk enenangkan fikirannya.Hatinya saat ini benar-benar gelisah, ia menyenderkan kepalanya ke dahan pohon, memejamkan matanya sejenak dan menghirup udara segar.
Tiba-tiba saja handphone nya bordering.Ia melihat nama yang tertera pada layar.Ia menghela nafas.Pasti ia sedih.
"Hai...kenapa?"
"Cer,, lo gak marah kan?"
"Enggak Giza sayaang, kenapa beda gitu suaranya? Abis nangis"
"Iya"
"Karena gue semalem ya, sori ya gak ada maksud tapi semalem gue emang udah capek banget, jadi gue tutup telfonnya"
"Enggak bukan karena lo kok Cer, gue punya kabar buruk dan gue sedih banget"
"Masalah apa cerita aja Giz"
"Gue di kirim ke Kanada, Ceri pertukaran pelajar dan itu program enam bulan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Tea
Teen FictionAku tahu ada yang salah denganku. Tidak pernah ada rasa seperti ini sebelumnya. Siapakah gerangan ia? Mencoba mengikuti alurnya itulah caraku untuk mengetahui akhirnya, mencoba menerima tentang semua permainannya, mencoba mengakhiri segalanya dengan...