BAB 10~PERGI

11 1 0
                                    

hai semua....udah lama ya. Maaf ya baru bisa upload sekarang, dikit pula. Pernah sempet mikir buat berhenti nulis sih tapi ternyata gak bisa. Aku seneng banget nulis disini. bahagia banget pas liat ada yang baca tulisanku. kayaknya terakhir aku upload sekitar 2016 akhir bukan sih? bener ya berarti hampir setahun gak nulis lagi. aku usahain aku bakalan mengerahkan semua usahaku buat hobiku yang menyenangkan ini. Salam Putri, selamat membaca.....

---

Entah ini keberapa kalinya Rama dipertemukan dengan Cerita oleh keadaan. Haruskah ia bahagia atau merasa terganggu. Perasaan itu membanjiri hatinya lagi, banyak sekali perempuan yang lebih cantik dari Cerita, tapi kenapa selalu jantungnya yang tersiksa jika bertemu dengan Cerita? kenapa juga jantungnya selalu menggila tak karuan.

Rama langsung tancap gas setelah Cerita melewati depan mobilnya, ia harus segera pergi dari sana sebelum Cerita benar-benar sadar siapa orang kurang ajar yang tidak sabaran ketika ada orang yang lebih tua menyebrang.

Cerita mendengus, sesaat setelah masuk ke dalam mobil. Ia tidak begitu melihat siapa orang kurang ajar yang ada di dalam mobil tersebut. Giza yang sedari tadi berada di kursi depan tentu saja memperhatikan kejadian tersebut. Dia hanya memandang Cerita dengan alis yang heran. Tersenyum geli ke arah sahabatnya itu seraya menggelengkan kepala.

Cerita menegok ke arah Giza sesaat sebelum melajukan mobilnya pergi. Pikirannya mendadak sangat rumit. Dia tahu pemilik mobil itu, "Rama".

---

Sepuluh menit, sepuluh menit Erana menunggu kehadiran Rama sebelum cowok yang ada di hadapannya ini datang beberapa detik lalu. Begitulah ia, Rama selalu tidak pernah membuatnya menunggu lama. Namun kali ini sepuluh menit berasa satu jam. Ini pertama kali hatinya merasa keberatan.

"Kamu mau ngomong apa ?" Tanya Rama langsung

"Aku habis ketemu sama orang tua aku, orang tua kandungku" jawabnya dengan wajah berani menghadap Rama. Jelas, tegar, dan lebih bahagia Rama menangkap ekspresi gadis yang ada di hadapannya ini. "Dia memang sangat bahagia" batinnya dalam hati.

"Lalu apa yang mereka katakan, apa mereka menerimamu?" Belum ada perubahan ekspresi dari wajah Erana. Hanya senyumnya yang berubah melembut pada Rama.

"Tentu saja, mereka pasti akan menerimaku. Walaupun mereka tidak mengatakannya secara langsung, tapi bahasa tubuh tidak mungkin berbohong bukan ?" Erana mengatakannya dengan senyum yang lembut, matanya menerawang kosong. Bibirnya mampu mengatakan semua perasaannya dengan baik.

"Apa kau bahagia?" Tanya Rama tanpa mengalihkan pandangannya dari Erana dengan tangan bersidekap di dada.

"Aku bahagia Rama sangat sangat bahagia. Aku tidak menyangka dengan semua ini" Erana menceritakan kabar kegembiraannya kepada Rama dengan wajah yang berseri-seri. Ini bahkan pertama kalinya semenjak kejadian itu, ia melihat Erana sebahagia ini. Sudah lama sekali rasanya. Semuanya sudah di putuskan, perannya akan segera di mulai.

---

Cerita berada di dalam kamar, membaca beberapa buku yang baru di belinya dengan bosan. Giza sudah berangkat ke Kanada setengah jam lalu. Tubuhnya ada disini tapi jiwanya melayang entah kemana. Dia sangat gelisah, masih memikirkan kejadian beberapa jam lalu. Ia tak menyangka bahwa Rama seperti itu pada orang lain.

Hari ini hari sabtu, cuacanya tidak begitu cerah cenderung mendung malah. Cerita dengan berat hati turun dari mobilnya dan melangkah ke gedung olahraga sekolahnya untuk menghilangkan rasa bosan dengan menonton pertandingan basket yang sebenarnya tidak ia nikmati. Sejujurnya ia dipaksa datang oleh Rafa (teman sekelasnya). Saat Cerita memasuki gedung olahraga quarter pertama sudah selesai. Cerita hanya menghela nafas " oke lebih baik aku masuk nanti saja" gumamnya dalam hati.

Selagi menunggu quarter selanjutnya ia berkeliling gedung olahraga sekolah. Mengenali berbagai sudut disana dan mencoba menghafal jalannya. Kakinya menendang-nendang udara selagi berjalan. Kepalanya menunduk ia merasa bingung, sampai kepalanya membentur sesuatu dan membuatnya terhuyung ke belakang.

Cerita hanya tinggal menunggu tubuhnya terjatuh ke lantai. Dia yakin bahwa rasanya pasti akan sakit. Dia masih memejamkan matanya ketika sadar bahwa tubuhnya tidak berada di lantai. Tangannya berasa di tarik ke depan dan membuatnya mau tidak mau membuka mata.

Rama mengacak-acak rambutnya yang basah, dia menghela nafa keras. Bibirnya tersenyum masam, ia terkekeh pelan mengingat kejadian tadi sore. "nggak parah juga" .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Green TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang