~Hari pertama kepindahan~
Cerita melangkah pergi setelah menutup pintu gerbang rumahnya. Hari pertama kepindahannya benar-benar gila. Ia berjalan lunglai sesekali menarik nafasnya. Gelisah. Hal itulah yang membuatnya mengembil keputusan untuk pergi ke kafe di pertigaan kompleknya. Hanya itulah yang ada di otaknya semenjak pindah ke kota yang baru ini. Tanpa ia ketahui seseorang mengawasi langkahnya, melihatnya dari jauh tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari perempuan itu.
~Beberapa hari sebelum kepindahan~
"Jadi apakah Cerita akan pindah ke sekolah ku?" Tanya Arkan pada Rafi sang ayah yang baru mendapat telepon dari Heza tentang kepindahannya. Ayahnya hanya menganggukkan kepalanya tanda membenarkan. Bukan rahasia besar lagi bahwa Arkan putranya tertarik pada Cerita sejak dari lama. Semua ini dimulai ketika Rafi yang adalah dokter pribadi Cerita pergi ke Jakarta. Pada saat itu Arkan hanya bisa mengeluh tentang pekerjaan sang ayah yang selalu tidak bisa melihatnya bertanding basket. Pada saat itu Arkan sama sekali tidak tahu menahu tentang Cerita. Seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Parahnnya lagi hanya dengan selembar foto.
Ia menjelaskan kondisi Cerita yang terkena agorafhobia dan butuh bantuan. Arkan tidak dapat berkata apapun lagi kepada sang ayah. Dirinya sudah terlalu terpana oleh Cerita. Semenjak kejadian itu setiap ayahnya pulang dari Jakarta Arkan selalu menanyakan kondisi Cerita kepada ayahnya. Apakah dia baik-baik saja, apakah dia sudah bisa menghadapi orang lain. Pertanyaan tidak penting yang ditanyakan Arkan kepada orang yang bukan siapa-siapanya. Ayahnya bahkan merasa heran dengan Arkan yang tidak mudah di ajak bicara soal perempuan.
Saat mendengar kabar bahwa Cerita akan pindah ke sekolah yang sama dengannya, ia sangat bahagia. Karena untuk yang pertama kalinya ia bisa bertemu dengan Cerita secara langsung. Dari dekat, pasti. Ia akan mencoba berbagai macam cara agar dapat berteman dengan Cerita. Ia bahkan mencari tahu karakteristik orang-orang yang terkena agorafhobia dari internet bukan hanya itu saja ia bahkan bertemu dengan teman-teman ayahnya yang bekerja di rumah sakit jiwa untuk melihat mereka berinteraksi dengan orang yang akalnya tidak terasah dengan baik itu. Tetapi untuk Cerita bagaimana cara menyikapinya, bagaimana cara mendekatinya ia sudah mempelajarinya. Tentang hal ini hanya dia saja yang tahu. Tidak Rama sang sahabat bahkan sang ayah sekalipun. Ayahnya hanya mengetahui sebatas Arkan tertarik pada Cerita, pada kenyataannya ia jatuh pada Cerita. Sedangkan ia tidak memberitahukannya pada Rama karena, ia merasa hal ini adalah privasinya yang tidak perlu di ketahui orang lain. Hanya Tuhan, hati, dan dirinya yang perlu mengetahuinya. Ia memiliki hak untuk menjaga privasinya.
Hari ini adalah hari pertama Cerita masuk ke sekolah. Ia sudah menyusun rencana sebaik mungkin tentang pertemuan pertama mereka. Arkan adalah pengatur strategi yang baik jika ia mau ia bisa saja menjadi agen FBI dengan mudah. Dilihat dari kemampuannya menganalisis dan mencari tahu gerak dan kelemahan musuh-musuhnya dari saat ia bertanding. Oleh karena itu posisinya di dalam tim basket ialah shooting guard.
Arkan menerka-nerka apa yang akan terjadi hari ini. Tampaknya hari ini tidak akan berjalan terlalu baik, karena melihat sahabatnya Rama yang dalam kondisi frustasi seperti itu. Ini bukan pertama kalinya kondisi Rama seperti ini bahkan hampir setiap hari kondisinya sama menyeramkannya seperti ini. Mungkin hari senin bukanlah hari yang tepat untuk Cerita memulai hidup barunya di sekolah ini.
---
Cerita berdiri di luar ruang guru sambil membolak-balikkan halaman yang di pegangnya. Arkan melihatnya pertama kali, tak pernah terbesit pun keinginannya menjadi nyata seperti ini. Bertemu Cerita.
Pada akhirnya ia memberanikan diri melangkah mendekat. Dia adalah laki-laki yang ambisius. Tidak suka mendapat apa yang dia inginkan hasil dari pemberian orang lain. Ia belajar dari sejarah bagaimana merebut dan mempertahankan Negara Indonesia tercinta ini. Tidak mudah. Tentu saja. Kemerdekaan kita di raih dengan pertumpahan darah yang mengorbankan ayah, pencari nafkah, tulang punggung keluarga,dan anak dari seluruh rakyat indonesia. Maka dari itu dia sangat menjunjung tinggi sesuatu yang di lakukan dengan perjuangan, usaha, dan kerja keras. Termaksud memperjuangkan orang yang di inginkannya. Ia akan melakukan segala cara untuk membantu Cerita sembuh dari phobianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Tea
Teen FictionAku tahu ada yang salah denganku. Tidak pernah ada rasa seperti ini sebelumnya. Siapakah gerangan ia? Mencoba mengikuti alurnya itulah caraku untuk mengetahui akhirnya, mencoba menerima tentang semua permainannya, mencoba mengakhiri segalanya dengan...