Three : Nightmare

32.4K 2K 25
                                    


"Jadi, APBN itu pengaruhnya sangatlah besar bagi negara. Nah, ibu mau tahu siapa yang bisa menjelaskan apa penyebabnya?" Bu Nurma menatap ke sekeliling kelas. Untuk mencari siapa yang berani mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaannya tadi.

Suaranya yang lantang bukannya mengobarkan semangat para murid, namun malah membuat mengantuk. Bagaimana tidak, walaupun nyaringnya minta ampun, suara itu tetap terdengar sangat lembut di telinga seluruh anggota kelas XI.IPS-2 itu.

Apalagi, pelajaran Ekonomi pada hari ini ditempatkan pada jam terakhir. Persis dua jam pelajaran sebelum bel pulang sekolah berdering. Jadilah, sebagian siswa terlihat sedang sekuat tenaga berusaha untuk tidak memejamkan mata. Yang sebenarnya kekuatannya sudah seperti lampu yang digunakan selama satu tahun tanpa dimatikan, tersisa 5 watt saja.

Lain lagi dengan Randy, bapaknya anak-anak itu sudah tertidur pulas di singgasananya, kursi terpojok barisan kanan. Tepat di samping jendela kelas yang pemandangannya menuju ke arah koridor. Yang memang adem banget. Apalagi, ia didukung oleh fasilitas yang ia bawa sendiri, ac kecil dengan tenaga listrik dari powerbank. Surga dunia.

Kalau sudah begitu, Bu Nurma cuek bebek saja. Tidak mau ambil pusing. Soalnya, meskipun tukang tidur begitu, Randy sangat berbakat di pelajaran ekonomi. Nilainya tidak pernah berada di bawah kkm. Itu bukan karena ia gemar mencontek, namun karena ia biasanya akan meminjam catatan anak perempuan yang lengkap lalu menyalinnya dengan lengkap.

Sementara Bila, yang juga sedang ngantuk berat namun tetap berusaha sekuat tenaga melawan kantuknya itu, saking mengantuknya tidak sadar kalau ternyata ia mengacungkan tangannya tanpa sadar.

"Ya, Nabila! Coba kamu jelaskan," Bu Nurma tersenyum sumringah. Gembira karena akhirnya ada murid yang mau menjawab pertanyaannya.

Bila melongo, "hah?Jelaskan apa, Bu?" tanyanya bingung. Kepalanya menoleh ke arah Gladis yang sedang menidurkan kepalanya di atas tas sambil memakai headsetnya, hanya menggelengkan kepalanya.

Ketahuilah, Bu Nurma merupakan guru yang paling asyik di SMA Inti Persada ini. Tentu saja selain Pak Harun yang merupakan guru musik terbaik di sekolah ini yang merupakan guru terup to date. Maklum, umurnya baru menginjak kepala tiga tahun ini.

Sementara Bu Nurma, memang membebaskan para muridnya untuk tidur kalopun memang sudah sangat mengantuk, makan ataupun tiduran di atas tas. Itu tidak masalah, namun ada satu syarat yang sangat wajib untuk di taati. Selama nilai mereka tidak berada di bawah kkm, itu tidak masalah.

"Nabila Yuna Mardika." Nabila mengerjap saat nama panjangnya diucapkan oleh bu Nurma. "E-eh iya, Bu?"

"Ayo, cepat jelaskan," titah Bu Nurma.

"Eh, yang mana ya bu?" Bila menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bu Nurma menghela nafas, "Yaampun, Nabila. Baiklah saya ulangi, mengapa APBN pengaruhnya sangat besar untuk negara?" Ulang Bu Nurma.

Nabila berdeham sejenak sebelum akan menjawab pertanyaan Bu Nurma, "Begini, Bu, Jika suatu Negara tidak memiliki APBN, maka negara itu perekonomiannya akan berantakan. Karena, angaran belanja atau pengeluarannya tidak terorganisir dengan baik. Bisa jadi, negara itu akan mengalami kemiskinan. Karena, kegiatan perekonomian akan melemah dan akan menjadi kacau. Seperti itu Bu pendapat saya"

Bu Nurma bertepuk tangan untuk jawaban Bila yang dirasanya sangat baik itu. "Bagus sekali Nabila. Nah, sekarang--"

Bel sekolah berbungi nyaring. Memotong ucapan Bu Nurma barusan. Juga, membuat ibu guru itu diam dan hanya tersenyum melihat murid-muridnya yang langsung bersemangat lagi saat mendengar bel pulang.

Sebagian sudah siap menggendong tas ranselnya. Sebagian lagi, masih sibuk merapikan alat tulis.

Beberapa menit kemudian, Setelah berdoa, mereka semua--termasuk Bu Nurma--langsung bergegas keluar dari ruang kelas XI.IPS-2 yang terbilang cukup jauh dari gerbang sekolah berada.

Baby & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang