Thirteen : New Year's Eve

15.8K 1.1K 6
                                    

Hari terakhir di tahun 2015 akan segera berakhir. Itu artinya sebentar lagi malam pergantian tahun akan segera tiba.

Keluarga dari pihak ayah Nabila yang super, tahun ini memutuskan untuk merayakan malam penuh keceriaan itu di rumah keluarga Mardika Bayudha Ajisena atau di kediaman keluarga Nabila yang cukup besar untuk menampung keluarga besar mereka.

Sebelumnya, keluarga dari pihak ibu Nabila sudah merayakan tahun baru 2015 di rumah Nabila. Jadi, sekarang giliran keluarga dari pihak Ayah yang merayakannya di rumah ini.

Semua turut hadir. Mulai dari Paman Nabila satu-satunya yang tidak pernah mau dipanggil Paman sekaligus anak pertama dari Kakeknya yang bernama Om Mario. Sampai Mamanya Iman, Tante Marsha.

Semuanya berkumpul di halaman belakang yang sudah disulap sedemikian rupa oleh Ayah Nabila menjadi tempat berkumpul yang asik sekaligus untuk melangsungkan acara bakar-bakar.

Bukan bakar barang-barang bekas. Tapi, membakar beberapa jenis makanan mulai dari jagung sampai daging sapi yang sebelumnya sudah dilumuri bumbu barbeque buatan Ana, Mama Nabila yang jago memasak.

Oh ya, orang tua Nabila memang sudah pulang dari Surabaya sejak beberapa hari yang lalu. Tepat satu hari sebelum pengambilan rapot milik Nabila. Jadi, semua keluarga gadis itu bisa berkumpul.

Termasuk juga Adnan yang memiliki libur panjang pasca uas sejak november lalu.

"Eh, foto-foto yuk!" Seru Arkan yang emang dasarnya raja narsis.

"Iya, masa lagi kumpul-kumpul keluarga gini enggak foto-foto?" Jena yang merupakan anak tertua dari Om Mario menimpali sambil membalik daging yang sudah setengah matang.

Nabila yang sedang sibuk mengelap piring-piring untuk makan bersama para sepupu perempuannya yang lain, menoleh sekilas. "Ambil dslr gih di kamar gue."

"Oke!" Tanpa banyak bicara lagi, cowok itu langsung melangkah masuk ke dalam rumah mereka.

Ayah Nabila menghentikan langkah
Arkan yang tinggal selangkah lagi masuk ke rumah, "Hadi! Sini dulu, kamu."

Arkan dengan langkah malas-malasan berbalik menuju Ayahnya. "Kenapa, Pa?"

"Coba tolong kamu beliin minuman bersoda sama hm...apa lagi, ya? Tanya Mama kamu aja sana. Nih uangnya."

Setelah menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu, Yudha memberi isyarat agar anak laki-lakinya itu berjalan ke arah istrinya yang sedang menghidangkan potongan daging di atas piring.

Arkan sibuk mencatat barang belanjaan yang akan ia beli di aplikasi memo yang terdapat di ponselnya. Beberapa detik kemudian, Arkan sudah siap untuk pergi ke minimarket terdekat.

Walaupun berjarak tidak terlalu jauh dari komplek perumahan, Arkan tetap menggunakan sepeda untuk menuju ke sana. Sebelum pergi, anak itu berseru dari beranda yang menghadap ke halaman belakang yang merupakan pembatas antara Ruang keluarga dengan halaman belakang.

"Bang Dikaaa, tolong ambilin kamera di kamarnya Kak Bil. Arkan mau pergi ke Alfamart."

Iman yang sedang bermain bersama Zidan dan Mara, adik perempuannya yang berumur delapan tahun langsung mengiyakan ucapan Arkan dan bangkit dari duduknya.

"Mara, kamu main sama Zidan, ya. Nanti Abang balik lagi." Iman memberi pesan kepada adiknya itu dan langsung dijawab semangat oleh adiknya. "Siap, Bos!"

Iman langsung berjalan memasuki rumah dan segera menuju kamar Nabila yang berada di lantai atas.

Seperti biasa, kamar gadis itu tidak terkunci.

Baby & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang