5. I Can't

77.8K 5.6K 488
                                    

Makin ke sini yang baca kayanya makin dikit. Antara banyak yg nunggu kelar atau cerita ini semakin membosankan. Yah, yang manapun itu aku berharap aku tetap bisa menghibur kalian yang masih mau lanjut membaca.

Enjoy! ^^

---

RION

Aku menggenggam setir mobil erat sambil memperhatikan jalan di depanku. Meskipun aku seharusnya fokus pada jalanan, tapi pikiranku sejak tadi melayang kemana-mana. Teringat akan kilasan-kilasan kejadian yang terjadi beberapa saat lalu yang membuatku memutuskan untuk berkeliling Jakarta di tengah malam.

"Pengalaman kerja dan kemampuan anda sangat cocok untuk posisi yang sedang kami cari saat ini ..."

" .... anda bisa mulai bekerja secepatnya, namun ada pelatihan yang harus anda jalani terlebih dahulu ...."

"....dua tahun ...."

"Di kantor pusat kami, di Swedia ...."

Swedia. Dua tahun. Aku harus kembali meninggalkan negara asalku. Meninggalkan keluargaku. Meninggalkan kembali kekasihku.

Apa bisa aku kembali berjauhan dari Anye? Meninggalkannya di Indonesia bersama dua lelaki yang jelas-jelas menyukainya? Menunda kembali pernikahan kami untuk waktu yang lebih lama?

Kenapa sepertinya sulit sekali bagiku dan Anye untuk bersatu? Sejak dulu hingga sekarang, ada saja yang membuat kami harus berpisah. Menghalangi kami untuk bersama. Memaksa kami untuk hidup berjauhan.

Apa ini balasan untukku karena dulu aku hidup sebagai seorang lelaki brengsek???

Oh, yang benar saja.

***

Aku mengerang pelan dengan mata masih memejam rapat saat kurasakan seseorang membuka tirai jendela di kamarku. Membuat sinar matahari yang terik, menerpa wajahku begitu saja. Mengganggu tidurku dan juga melenyapkan mimpi indahku bersama Anye.

Siapa yang menggangguku sepagi ini? Bosan hidup rupanya.

"Tutup jendelanya!" protesku dengan suara serak sambil menutup wajahku dengan bantal guling. Kemudian membalikkan badan hingga aku memunggungi jendela untuk menghindari cahaya menyilaukan itu. "Tutup!!!"

Meskipun aku sudah menyuarakan protesanku tapi tidak ada juga suara yang menjawab. Namun, tiba-tiba saja kurasakan selimut yang tadinya menutupi tubuhku tertarik. Membuat tubuhku yang hanya ditutupi boxer terpapar dinginnya AC.

Benar-benar cari mati. Pasti kerjaan si Dee.

"Dee!" erangku geram masih belum mampu membuka mata. "Lo gangguin orang ti- Awwww!" teriakku kesakitan saat kurasakan pantatku dipukul dengan kencang. "Bener-bener lo ya, Dee!"

Aku membalikkan dan berniat membuka mataku untuk melihat si biang kerok itu. Tapi tiba-tiba saja kurasakan beban cukup berat menimpaku. Seseorang, dengan sangat kurang ajarnya, sedang menduduki perutku saat ini.

Sudah pasti ini bukan Dee. Jangan bilang si Callia???

"Ca-" protesku sambil membuka mata untuk melihat dia dihadapanku. Namun belum pun selesai aku bersuara mulutku dibungkam oleh sesuatu yang lembut yang menekan bibirku. "Engh."

Aku sudah akan mendorong siapapun ini yang sedang mencoba mencumbuku saat kurasakan manis yang kukenal dan aroma parfum yang selalu kusukai apalagi saat bercampur dengan aroma tubuhnya. Belum lagi kehangatan tubuh yang saat ini berada di atasku dengan tangan lembutnya yang mengusap sisi kiri wajahku.

[5] Love Me Right [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang