RION
Aku menatap keempat bocah di hadapanku dengan bingung. Wajah cemas dan tidak nyaman mereka membuat perasaanku semakin tidak enak. Dan, senyum lebar kakak iparku menambah kengerian yang kurasakan saat ini. Dia sedang bercanda, kan?
"Nanti malam kami jemput. Nggak sampai nginap kok," jelas kakak iparku lagi, memasang wajah memohon. "Kami nggak tahu lagi harus minta tolong ke siapa."
"Kami tidak mau merepotkan kalian sebenarnya, tetapi kami tidak mungkin membawa mereka ke Bandung. Mereka pasti bosan dan kecapaian. Papa dan Mama hari ini ada acara seharian. Sedangkan, Livie sedang mengurus Kaylie yang lagi sakit. Karena itu-"
"Nggak apa-apa, Kak. Dititipin di sini saja. Kasihan mereka kalau dibawa." Ucapan Anye memotong penjelasan panjang lebar kakakku. Aku menatap Anye dengan dahi berkerut dan dia membalasnya dengan senyum manis. "Kita nggak ada rencana kemana-mana juga kan, Yang?"
Aku menghela napasku dan akhirnya mengangguk. "Ya, udah. Itung-itung latihan sebelum ada anak beneran." Aku tersenyum menatap satu persatu keponakanku.
Ryujin, Mia, Dyo, dan Rea. Keempatnya balas menatapku bingung.
"Kamu tenang saja, Rion. Ryujin sudah besar, dia bisa bantuin kamu ngurus adek-adeknya. Rea juga sangat penurut sama dia, jadi dia nggak akan macam-macam. Yang perlu kamu cemaskan itu tinggal Mia dan Dyo, karena mereka selalu bertengkar setiap waktu." Kak Aeris menjelaskan tabiat anak dan keponakannya satu per satu, masih dengan senyum lebar di wajahnya.
Aku tertawa kikuk. "Anaknya ajaib ya, kayak orang tuanya." Aku menatap Mia dan Dyo bergantian. Mereka duduk berjauhan, atas perintah ayahnya, karena saat memasuki rumahku keduanya sedang berebutan permen. Dan, Mia berhasil membuat adiknya menangis kencang karena dia keluar sebagai pemenangnya.
Aku nggak bisa membayangkan Mia besarnya seperti apa. Kecil saja sudah mengerikan.
"Ya, udah. Kami pamit, ya. Acaranya pukul 11 soalnya. Jadi, kalau nggak berangkat sekarang nanti telat."
Kak Devan dan Kak Aeris pun beranjak dari sofa. Ketiga anaknya menatap kedua orang tua mereka dengan pandangan cemas. Nggak aneh, mengingat mereka akan dititipkan kepada orang yang jarang sekali mereka temui. Sudah pasti sekarang mereka ketakutan.
Cuma Ryujin yang tetap terlihat tenang.
"Bunda sama Ayah pulangnya jam berapa?" tanya Rea yang berjalan sambil menggandeng tangan ibunya. Sedangkan dua adiknya yang lain, mengekor di belakangnya.
Kak Aeris kemudian berjongkok di depan Rea dan mengelus wajah putri bungsunya itu dengan lembut. "Bunda dan Ayah usahain bisa pulang sebelum pukul 9, ya."
Rea menganggukkan kepalanya. Kak Aeris kemudian mengecup kedua pipi Mia, Dyo dan juga Rea. Sedangkan, kakakku yang cool all the time itu, hanya mengusap kepala ketiga anaknya sambil tersenyum simpul. Sudah punya anak pun gayanya masih seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] Love Me Right [SUDAH DITERBITKAN]
Romance[CERITA AKAN DITERBITKAN SECARA SELF PUBLISH SEHINGGA SEBAGIAN BESAR BAB SUDAH DIHAPUS] Winner of The Wattys 2016 for EDISI KOLEKTOR and PILIHAN STAF category. "Because wherever I am, me without you is just half" Novel ke-5 yang merupakan sekuel da...